keempat puluh enam ; semua yang baru

4.1K 331 60
                                    

apa itu epilog? apa itu 700 words? cih
ayo dibaca, tunggu kejutannya di epilog!
________________

“Nih” setelah ruang tengah mulai kosong karena agenda malam itu sudah berakhir, Rangga yang sejam lalu baru bisa menyusul memberikan kunci mobilnya pada Nadhif. 

“Buat apa?” tanya Nadhif kebingungan tapi tetap mengambil kunci mobil Rangga. 

Dagu Rangga menunjuk pada Shania yang tertawa pelan meningkahi Chelyn yang bercerita heboh di teras. “Omongin, selesaiin, perjelas semuanya. Kalau lo masih punya rasa sama dia, akui. Kalau lo masih sayang sama dia, ngomong. Dan tanya perasaan dia ke elo gimana. Setelah itu ya terima apapun yang terjadi” saran Rangga. 

Nadhif hanya diam, matanya menatap Shania lamat-lamat. Apa yang Rangga ucapkan memang benar adanya. Malah bisa dibilang itu satu-satunya cara agar benang merah kusut mereka bisa teruntai kembali dengan sempurna. 

“Samperin sana, gue balik sama Mama” usir Rangga.

“Beneran?” Nadhif bertanya mencoba meyakinkan. 

“Kunci mobil gue udah ditangan lo, masa ragu juga?” sungut Rangga, “Udah sana cepat, ntar gue izinin Mama, baru lo jelasin hasilnya ke Mama. Gitu-gitu Mama masih ngarep Shania jadi menantunya. Untung aja gue udah punya pacar, kalau gak, lo bisa gila dapat kabar gue sama Shania tunangan” 

Nadhif mendelik sinis. Lantas berdiri meninggalkan Rangga yang tertawa jahat dibalik punggungnya. Bagai anak muda baru jatuh cinta, rasa gugup mulai merasuki hati Nadhif. Semakin dekat dirinya dengan teras, jantungnya semakin cepat pula berdetak. 

“Dek” panggilan Nadhif meredakan tawa Chelyn dan membuat Shania mendongakkan kepalanya melihat Nadhif yang berdiri di samping kursinya. 

“Jalan?” Nadhif mengangkat kunci mobil Rangga, bermaksud memberi isyarat pada Shania mengenai janji mereka tadi tanpa harus menjelaskan hal tersebut pada si Bungsu. 

Dengan senyum lebarnya, Shania mengangguk. “Mbak ada janji sama Mas-mu. Pinjam ya” ucap Shania. 

Chelyn senang tapi kaget sehingga bukannya tersenyum ia melongo dan hanya bisa menganggukkan kepalanya sampai akhirnya tersadar ketika punggung dua orang yang ia sayangi menghilang dibalik pintu mobil Kokohnya. 

“Gue, gue, gue gak salah lihat kan, Koh?” 

“Gak, itu beneran Caca sama Mas-mu” 

Chelyn tersenyum. Kalau hubungan mereka membaik, Chelyn pun akan merasa senang karena siapa yang tidak senang kalau akan mendapatkan kakak ipar dokter sebaik Shania? Dan kalau yang terjadi malah sebaliknya, Chelyn pasti akan merasakan sakit hati pula. Kecewa pada Mas-nya. 

__________ 

“Mau kemana, Mas?” tanya Shania. 

“Mau ngobrol” Nadhif menepikan mobil di dekat sebuah minimarket yang telah tutup. Lantas menarik rem tangan dan merubah posisi duduknya menghadap pada Shania. 

Tanpa mereka tahu, masing-masing jantung mereka berdetak lebih cepat untuk satu sama lain. Rindu yang menumpuk selama dua tahun itu bagai tumpah ruah di dinginnya malam. Perasaan yang sejak lama coba dipendam pun mengambang kembali ke permukaan.

“Gimana kabarmu?” Nadhif memulai perbincangan. 

Sungguh ingin sekali ia meraih tangan Shania yang tergeletak begitu saja diatas paha gadis itu, tapi tadi ia sudah melewati batas mereka. Jadi ia harus mulai menahan diri sekarang, terlebih kalau—“Baik, Mas gimana?”

“Baik”

“Yakin?” 

Nadhif menghembuskan nafas panjangnya, “Setidaknya lebih baik dibandingkan dulu-dulu” akunya. “Selamat ya atas prakteknya, maaf gak Mas gak bisa datang” 

Returning The FavorWhere stories live. Discover now