keenam belas ; yang bergemuruh

5.8K 595 200
                                    


Satu hal yang Shania syukuri dari pindahnya Hansel ke Indonesia, Natha jadi lebih sering bersama Hansel dibanding Nadhif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu hal yang Shania syukuri dari pindahnya Hansel ke Indonesia, Natha jadi lebih sering bersama Hansel dibanding Nadhif. Shania tidak tau apa hubungan keduanya, intinya ia diam diam berterima kasih akan hadirnya Hansel. Hasilnya, Nadhif jadi lebih sering dengan Shania. Hal hal yang awalnya hanya ada di dalam angan angan Shania, perlahan terwujud satu persatu. Dari ruang pesannya yang mulai berisi dan sangat interaktif, Nadhif yang sesekali mengunjunginya di rumah sakit, sampai Nadhif yang kini memperbolehkan Shania untuk belajar di apartemennya karena entah kenapa kos-kosan Shania semakin banyak saja pengganggunya—dari suara tukang yang tiba tiba muncul memperbaiki kamar sebelah, air di kamar Shania yang suka mati pagi harinya, AC nya yang bocor, dan yang lebih parah suara desahan itu tak kunjung hilang padahal katanya Nadhif sudah melapor ke ibu kos tersebut.

"Mas, capek" keluh Shania melempar punggungnya ke sandaran sofa, kemudian menghela nafas panjang dan berat ingin menunjukkan bahwa ia sangat lelah.

"Ya nyerah aja kalau capek"

"Enak banget ngomongnya" gerutu Shania kemudian memperbaiki letak bando putihnya.

Shania sempat membaca beberapa baris laporan pasien yang tadi menarik perhatiannya, kemudian menghela nafas berat lagi hingga akhirnya ia melepaskan kertas kertas tersebut.

Sementara Nadhif datang dengan dua kotak martabak, satu martabak telur satunya lagi martabak manis yang dicampur cokelat dan keju. Mata Shania langsung dipenuhi binar binar bahagia, tubuhnya yang tadi terkulai lemas di sofa seketika menegak dengan kaki yang bersila. Ia menyingkirkan buku bukunya memberikan tempat untuk dua kotak martabak hangat itu diatas coffee table.

"Asik makanan" serunya bahagia.

Namun sayangnya tangannya ditahan oleh Nadhif saat hendak mengambil sepotong martabak manis.

"Kenapa? Tanganku gak kotor kok, Mas"

"Bukan itu"

"Terus?"

"Tunggu Natha dulu, dia mau datang kesini"

"Kok harus nunggu Mbak Natha dulu?" Tanya Shania kesal.

Semula, di awal hubungannya dengan Nadhif, Shania menyukai sosok Natha. Tapi semenjak ia tau Nadhif katanya menyimpan perasaan pada Wanita itu, nama Natha seperti nama yang terkutuk bagi Shania. Setiap mendengar nama tersebut, Shania jadi benci dan mood nya bisa tiba tiba jelek.

Iya, setidak suka itu dia pada Natha.

Sayangnya, ada waktu waktu dimana Natha memperlakukannya dengan ramah, membuat Shania merasa harus menyembunyikan ketidaksukaannya terhadap Wanita tersebut. Apalagi, sempat terbesit pikiran bahwa Shania akan semakin sulit mendapatkan hati Nadhif bila Shania kelihatan tidak menyukai sahabat Nadhif yang satu itu.

"Ini aku belinya buat dia" tunjuk Nadhif.

Seketika mood makan Shania runtuh menghilang tak bersisa. Alih alih mengambil satu potong martabak pun, Shania buru buru menarik tangannya menjauh dari sana lalu mengambil kembali lembaran kertasnya. Mencoba mendistraksi otak juga nafsunya dari aroma harum martabak di depannya.

Returning The FavorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang