Setelah yakin Nadhif benar benar pergi, Shania pun memberanikan diri untuk keluar dari kamarnya. Ia menghela nafas panjang seraya memegang dadanya, seperti baru saja melewati hari yang berat. Padahal matahari baru terbit dua jam yang lalu.
Gadis itu kemudian melangkah gontai ke arah sofa, melempar punggungnya pada sandaran, kemudian bergerak malas menyalakan tv dengan saluran berita pagi hanya untuk mengisi keheningan rumah kontrakan kecil ini. "Kamu udah bisa tenang, jantung" monolognya kemudian menggerutu pelan.
Masih ada sisa keterkejutan di jiwanya. Kaget karena pertama, kedatangan mendadak Nadhif. Kedua, karena alasan kepergian Nadhif malam itu. Ketiga, tidak pernah menyangka bahwa Pria sebaik dan sesempurna Hansel diselingkuhi oleh Natha.
Gadis itu menggerutu pelan.
Kalau gatal mah gatal aja, gak usah sok polos gitu omelnya dalam hati.
Manusia emang dilahirkan dengan sikap serakah, tapi emang boleh se-serakah itu? tanyanya lagi dalam hati.
Gak tau bersyukur. Dikasih jantung, ngelunjak minta hati lagi lagi dia hanya bisa menyindir dalam hati. Ciut duluan kalau diminta menyuarakan kekesalannya. Orang kecil seperti dia memang suara nya sekuat apa sih? gak ada apa-apanya kalau dibandingkan sama suara mereka yang bergelimang harta dan punya jabatan.
Sok baik, aslinya busuk gumamnya lagi.
Shania tahu, dengar dengan jelas alasan Nadhif pergi memang karen Hansel. Tapi Shania tak bisa menampik bahwa ia tetap kesal karena lagi-lagi masalah itu ada sangkut pautnya dengan Natha. Dendam yang sudah ia kubur dalam-dalam kembali menggebu-gebu. Sebenarnya Natha itu maunya apa sih?
Mau Nadhif stay sebagai sahabatnya? oh, Tuhan, Nadhif sudah se-setia itu padanya.
Mau Hansel kembali dan memperjuangkannya? Udah jadi pacar kok sekarang.
Natha sudah dapat keduanya, tapi kenapa dia masih mencari ke pria lain? Bahkan-sampai hamil.
Dari cerita Nadhif, Shania tidak tahu yang benar yang mana. Apa Natha benar-benar diperkosa sampai hamil atau Natha berhubungan di belakang Hansel dan kecolongan? Shania tidak tahu benarnya yang mana. Tapi karena dendam, dia lebih percaya pada pilihan kedua.
Alih-alih marah pada Hansel-alasan Nadhif pergi-Shania malah marah pada Natha.
Dendam memang mengerikan, ia bahkan menutup mata dari fakta yang terjadi demi memuaskan rasa dendam dan egonya.
Tapi-AAAAAAAA, Shania mau teriak rasanya. Sudah dilahirkan dengan keluarga yang berantakan, Mama yang pergi sebelum ia sukses, hidup dengan harta yang sangat berkecukupan, punya hutang budi pada Ibu Maya, lalu kenapa orang seperti Natha-yang makin mempersulit dirinya-dimunculkan dalam cerita hidupnya? Apakah kurang sengsara kehidupan Shania?
Keluarga berantakan, seorang piatu, hidup berkecukupan, kisah cintanya mengecewakan. Apa tidak bisa setidaknya ia punya kehidupan cinta yang sempurna?
Miris sekali jadi kamu, Shania.
Untuk mengisi waktu kosongnya, Shania beranjak mengambil sapu. Ia akan membuang emosi negatifnya dengan bersih-bersih rumah. Sekaligus menyemprotkan pengharum ruangan agar rumahnya bebas dari bau parfum Nadhif.
Setelah beberes ia menyempatkan untuk bertelponan dengan Buk Eka dan adik-adik di pantinya. Menanyakan kabar mereka, menceritakan kehidupannya disini-tentu menyembunyikan kabar mengenai kehadiran Nadhif, juga mendengarkan kisah-kisah adik-adik pantinya yang menggemaskan. Kemudian memilih membaca buku bacaannya yang sempat tertunda karena kesibukannya belakangan ini.
CZYTASZ
Returning The Favor
Literatura KobiecaKalian pernah dengar kalimat "witing tresno jalaran soko kulino" tidak? Bahwa cinta datang karena terbiasa. Apa kalian percaya sama kalimat itu? pernah merasakan langsung? Entah kenapa membuktikan kalimat itu secara langsung sepertinya susah sekali...