3.5k words, siap ya? sanggup kan?
update pagi, soalnya aku lagi mood karena disini hujan
selamat weekend semua, ramein komennya ya <3_______________
“Bagaimana rasanya ngehamilin anak orang?” tanya Rangga saat menyadari Nadhif lah yang membuka pintu geser di belakangnya.
Baru juga menghirup udara pagi hari itu, ia sudah disuguhkan pertanyaan seperti itu. Lantas si Calon Ayah terbahak sarkas, “Kenapa pertanyaan lo memberi konotasi negatif ya, Koh?”
Si Pengantin Baru pun tergelak. Ia mengangkat satu bahunya tanda tak peduli, “So, how is it?” lalu berbalik melirik pada sekumpulan wanita yang kini menghangatkan ruang tengah dengan perbincangan panjang mereka dari balik pintu kaca.
“Unbelievable. Rasanya luar biasa. Campur aduk”
“Ada kalanya gue senang karena sebentar lagi gue sama Shasa bakal jadi orangtua, which mean I’m soon-to-be a father” cerita Nadhif sekilas melihat pada Shania yang sedang rebahan malas di sofa dekat perapian sambil menonton acara natal di tv penginapan, lalu kembali melirik pada Rangga, “Tapi ada juga sedihnya, sakitnya”
“Sedih? Lo sedih karena dia hamil?” tanya Rangga kaget.
“Bukan, tapi kadang gue sedih disaat-saat Shasa harus ngehadapin gejala-gejala hamilnya. Mual, masuk angin, jadi super sensitif, ya ada rasa gak tega. Tapi Shasa selalu ingatin gue kalau itu normal dan dia gak apa-apa. Dia malah senang ngelewatinnya”
Rangga masih diam mencermati cerita si Calon Ayah.
“Katanya berarti si Kakak happy di dalam sana. Ya selama masih batas wajar” simpul Nadhif. Kedua sudut bibirnya terangkat membentuk lengkungan senyum, seketika memori trimester pertama Shania terputar di kepalanya.
“Padahal kata dokter, gejala Shasa gak separah ibu hamil lainnya. Cuman tetap aja, ada rasa sedih gue ngelihat dia seperti itu. Ada rasa gak tega gue” ungkap Nadhif.
Rangga menyeringai. Batinnya mengucap syukur karena ternyata yang ia khawatirkan tidak terjadi sekalipun. Lantas dengan bangganya ia menepuk bahu sang Adik, “Keren lo, gue bangga sama elo. Gak nyangka diantara kita bertiga, lo jadi orang pertama yang kasih Mama cucu dan bakal ngasih gue keponakan”
Nadhif tertawa mengangguk-anggukkan kepalanya, “Dan lo, Koh. Gimana rasanya jatuh cinta lagi?” kini secara kompak, mata mereka melirik pada seorang wanita yang sibuk bolak balik di balik counter menghias cookies buatannya.
“Wonderful” gumam Rangga tersenyum hingga lesung pipinya muncul. Lalu mengangkat tangan guna membalas lambaian wanita dibalik counter disana.
Iya, setelah sekian lama, akhirnya seorang Rangga berhasil lepas dari rasa dukanya. Sepenunya mengikhlaskan kepergian Rosie. Kemudian tak lama setelah meyakinkan bahwa dirinya sudah baik-baik saja, seorang wanita bernama Moana datang mengetuk pintu hatinya. Membuatnya kembali berbunga-bunga seperti pertama kali ia jatuh cinta. Membantunya untuk bangkit dan berdiri tegak diatas luka yang pernah Rosie berikan. Bahkan menemaninya mengunjung makam Rosie di Australia.
“Gue jadi punya semangat hidup panjang lagi karena dia. Gue merasa hidup gue lebih berwarna, lebih seru hari ke harinya karena dia” cerita Rangga kini mengarahkan pandangannya kembali pada hamparan salju di depan sana.
“Gue merasa . . .” Rangga menghembuskan nafas panjangnya, membuat hawa dingin tampak keluar dari mulutnya, “Hidup gue lebih berarti aja. Gue jadi punya alasan hidup lebih lama karena dia dan untuk dia” ungkapnya.
YOU ARE READING
Returning The Favor
ChickLitKalian pernah dengar kalimat "witing tresno jalaran soko kulino" tidak? Bahwa cinta datang karena terbiasa. Apa kalian percaya sama kalimat itu? pernah merasakan langsung? Entah kenapa membuktikan kalimat itu secara langsung sepertinya susah sekali...