📖 3.2 Sweet Chaotic

56 12 30
                                    

_________________________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

_________________________________


Journal Chaenava
Kota Marmer—2016

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak setengah jam yang lalu, tapi sayangnya aku masih terjebak di halte sekolah. Ini semua gara-gara adikku yang meninggalkanku pulang terlebih dahulu tanpa mengabari.

Sudah lama aku menunggu, hari sudah semakin sore ditambah mendung bergulung siap menumpahkan hujan. Tak ada tanda-tanda angkutan umum yang lewat, jika terus begini bagaimana aku bisa pulang?

Tapi dibalik kekesalanku menunggu di halte sekolah, tiba-tiba seorang pemuda mengendarai motor matic memberhentikan kendaraannya di depan halte. Awalnya aku acuh, pikirku dia memang sengaja berhenti di halte karena ada urusan. Namun rasa acuh itu berubah menjadi keterkejutan tatkala pemuda itu membuka kaca helmnya.

“Woy Chaena! Ngga pulang lo?! Mau hujan ini.” ternyata Han lah si pengendara motor yang menghampiriku.

“Masih nunggu angkutan.” jawabku singkat.

Mendengar jawabanku, Han segera turun dari motornya dan berjalan mendekat ke arahku, “Jam segini nunggu angkutan? Mana ada yang lewat. Kalau mau nunggu angkutan harusnya pas jam pulang sekolah tadi.”

Aku mendengus, “Ya gue tau susah nunggu angkutan lewat jam segini. Tapi kalau ngga gitu gimana gue bisa pulang?”

“Ayo gue anterin daripada nunggu angkutan.”

Jelas aku kaget mendengar tawaran Han, “Heh ngga usah, ntar ngerepotin lo lagi.”

“Ngrepotin apa sih? Ngga kok, paling besok lo kudu traktir gue di kantin.”

“Kan, ada maunya. Ngga ngga, makasih.”

“Hahaha canda, beneran nih gue anterin pulang. Gratis kok, suer.” Han kukuh menawarkan tawaran pulang padaku.

“Ngga usah Han. Bentar lagi pasti ada angkutan lewat.” kalau Han kukuh aku juga bisa, aku tak mau merepotkan pemuda yang aku kenal saat acara festival sekolah itu.

“Yaudah kalau gitu gue temenin nunggu. Tapi kalau sampai 5 menit angkutannya ngga lewat, lo pulang sama gue. Ngga boleh nolak.”

Aku membulatkan mata mendengar tawaran Han, “Lah kok maksa?”

“Ya biarin, daripada lo nggga pulang-pulang cuma perkara dighosting angkutan.”

Enggan berdebat dengan Han aku hanya diam saja. Biarlah Han disana, lagipula aku yakin jika angkutan akan lewat kurang dari lima menit.

Namun dugaan ku salah, sudah lima menit berlalu ternyata tak ada satupun angkutan yang lewat. Dengan begini aku tak bisa berbuat apa-apa selain menerima tawaran Han.

Cerita sore ini tak berhenti sampai disitu, karena pada saat kami hendak beranjak masalah baru datang, siapa duga awan mendung itu berubah menjadi hujan deras yang mengguyur jalanan di depan kami.

MATRIS JOURNAL | Han Jisung x Lee ChaeyeonWhere stories live. Discover now