📖 3.5 Dari Takdir Tak Diharapkan

39 7 30
                                    

____________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____________________________________


Journal Chaenava
Kota Marmer—2016

Siang ini disinilah aku berada, di depan gerbang rumah mewah yang seperti milikku dulu. Usai jam perkuliahan selesai aku memutuskan untuk ke tempat ini karena suatu hal yang terus memenuhi pikiranku. Dan dengan hati mantap pun aku memberanikan diri datang kemari.

Bel yang terletak di samping gerbang aku tekan, tak lama seorang satpam menghampiriku dan menanyakan maksud kedatanganku. Tanpa berbelit-belit aku mengatakannya dan satpam itu menyuruhku pergi ke rumah utama.

Aku menarik nafas dan menghembuskannya perlahan ketika aku berada di depan pintu utama rumah itu. Setelah ku rasa tenang, ku ketuk pintu itu hingga seorang perempuan berumur kepala tiga datang menyapaku. Dia ART kediaman ini, perangainya baik bahkan setelah aku mengatakan maksud kedatangannku dia langsung masuk untuk memanggil seorang yang aku cari.

“Ngapain kamu kesini?”

Suara bariton itu sontak mengejutkanku yang tengah asyik menikmati suasana rumah. Cepat-cepat kualihkan pandanganku ke arah pemuda berkaus abu-abu dengan celana pendek rumahan itu.

“Hannes..”

Lirih ku panggil nama pemuda yang hampir dua minggu tak aku jumpai. Aku rindu dia, ingin memeluknya, dan menceritakan banyak hal padanya.

“Aku mau bicara sama kamu.” ujarku tapi sepertinya Han enggan menjawab.

Pemuda itu malah menarik tanganku menuju garasi rumahnya. Dia segera mengambil motor dan mengisyaratkanku untuk naik. Setelahnya Han membawaku pergi.

Di sepanjang jalan hanya ada diam diantara kami. Tak ada pelukan hangat seperti dulu, hanya ada kesunyian diwarnai suara deru kendaraan di jalan. Sampai akhirnya kami tiba di taman tepi bukit yang asri, Han menyuruhku turun dan mengajakku duduk di bangku kayu berwarna biru. Selama beberapa menit kami hanya duduk berdampingan tanpa suara, aku tau kami saling bergelut dengan pikiran masing-masing. Sampai akhirnya aku memberanikan diri untuk membuka suara terlebih dahulu.

“Kamu apa kabar? Kamu kemana aja akhir-akhir ini?”

“Baik, aku di rumah. Sibuk nugas.” jawab Han singkat, bahkan tanpa ada nada peduli disana.

“Sampai ngabain pesanku?”

“Kamu tau kan anak kedokteran banyak tugas?!”

“Tapi apa susahnya ngabarin aku sebentar aja? Aku ini pacar kamu Han, apa salah kalau aku butuh kabar kamu?!”

Terdengar suara helaan nafas dari Han ketika menanggapi ucapanku. Aku tak mengerti kenapa pemuda yang dulu begitu ceria menjadi dingin seperti ini. Seolah Hannes Aziziel yang selalu penuh aura ceria dan bisa membuatku tertawa, sekarang hilang entah kemana.

MATRIS JOURNAL | Han Jisung x Lee ChaeyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang