Bacanya pelan-pelan ya biar paham sama beberapa pertanyaan yang terjawab dari keraguan Chaena buat Hannes... Happy Reading...
____________________________________
Journal Chaenava Kota Marmer—2016
Sesuai janji Han, hari ini kami pergi untuk menemui orang tua Han yang baru saja pulang dari Malaysia. Sejujurnya sejak semalam aku merasa tak tenang, tapi Han berulang kali meyakinkan jika tak akan terjadi apa-apa dan orang tuanya pasti akan menyetujui hubungan kami.
Inilah kali pertamanya aku menginjakkan kaki kedalam rumah Hannes sejak insiden 6 bulan lalu. Jujur aku terpana, rumah ini begitu rapi, nyaman, dan tertata. Netraku mengedar ke seluruh penjuru ruang. Tipe ruang keluarga minimalis nan modern dengan taman terbuka yang memberikan kesan natural. Ditambah desain interior dominasi coklat menambah suasana tenang disana.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
“Azizie?”
Tiba-tiba sebuah suara terdengar memecah fokusku. Rupanya itu suara seorang wanita paruh baya yang perlahan sedang menuruni tangga. Han pun segera menghampiri wanita paruh baya yang bisa aku pastikan itu ibunya. Terlihat Han dan wanita itu berpelukan. Senyum tercetak di wajah keduanya.
Tapi atmosfer seketika berubah tatkala aku mengajak Ibu Han bersalaman. Ketara sekali dia menolak kedatanganku dengan menghiraukan salam yang kuulurkan. Aku hanya bisa diam seraya mengulum senyum tipis. Hatiku tergores, aku yakin ini semua tak akan berjalan sesuai harapan kami.
Melihat sikap ibunya kepadaku, Han segera menuntun kami untuk duduk di sofa. Sekali lagi aku melihat rasa enggan yang ketara pada wajah Ibu Han. Beliau duduk dengan angkuhnya sampai melihatku saja tak sudi.
“Mama apa kabar?” Han mulai membuka obrolan.
“Mama baik, ngomong-ngomong masih ingat rumah juga kamu. Mbak Elin bilang selama mama di Malaysia kamu jarang pulang. Bahkan mama pulang saja kamu ndak jemput mama ke bandara.”
