8 : 8

527 31 0
                                    

Saat ini, Kayshiel berdiri di depan salah satu pintu kamar yang tersedia di tempat hingar bingar malam.

Mata coklat gadis itu menatap dengan ekspresi tak terbaca, tangan nya masih menggantung di udara.

Berusaha untuk biasa pun, nyata nya Kay tidak bisa. Rasa sakit itu masih ada bersembunyi di ujung hati nya.

Sakit karena hilang nya kepercayaan.

Sakit karena yang di percaya malah berkhianat.

Sakit, saat lagi-lagi harus menerima kenyataan pahit bahwa dirinya ternyata tidak cukup hanya untuk laki-laki itu.

Kayshiel menghirup udara begitu kuat, berharap bisa mengurangi rasa sesak yang membuat nya tercekat.

Bunyi dari derap langkah beberapa orang mengalihkan perhatian nya, beberapa orang itu dari pekerja club di sini dengan membawa gantungan kunci yang Kay pinta.

“ini gapapa kak?” tanya salah satu laki-laki itu, memastikan dengan benar.

Kayshiel mengangguk, “saya sudah izin dengan atasan kamu.” ujarnya.

Gadis itu menghembuskan nafasnya, menyangkut privasi, Kayshiel tidak peduli, ini awal dari rasa sakit yang akan datang pada mereka.

Pintu terbuka dengan kencang, akibat Kayshiel yang mendorong dengan kesetanan.

Di luar kendali nya,

Perasaan ini cukup menyakitinya.

Pemandangan yang luar biasa menakjubkan, Kaiden yang bergelung selimut seraya memeluk gadis di dekapan nya, dengan sama-sama tidak memakai apapun.

Terlihat dari pakaian mereka yang berserakan di lantai dan kasur.

“oh, jadi markas lo udah ganti tempat jadi kamar pemuas nafsu lo, Kai?” sindir nya, mengingat Kaiden yang memberi alasan pergi untuk ke markas,

Namun kenyataannya...

Kaiden mengerjapkan mata nya, nyawa nya langsung terkumpul saat menyadari suara siapa yang baru saja berbicara.

Gadis di samping laki-laki itu, lebih tepatnya Amora, dengan cepat-cepat menutupi tubuh telanjang nya dengan selimut.

Mata Kaiden dan Amora membulat saat menyadari beberapa orang di belakang Kayshiel yang sudah mengabadikan mereka.

“Kay, kamu salah paham-”

Plak!

Kayshiel menatap tajam keduanya, “lo gila Kai, gue ga tau lo sebrengsek ini, ” Kay tidak membiarkan Kaiden berbicara, “lo tau gue percaya sama lo.”

Ia ingin membuat laki-laki itu terpojok, dan semakin membuat banyak orang menyudutkan kedua nya.

Mata Kayshiel menatap keji kedua nya, mereka yang tidak memakai sehelai pakaian pun.

Kaiden melihat raut wajah yang di tampilkan Kayshiel, ini sedikit mengganggu nya.

Ini salah, Kaiden merasa harga dirinya hancur, amarah nya sedikit mulai memucak dengan apa yang Kayshiel lakukan kepadanya.

“kenapa Kai? Apa yang bikin kamu lebih milih dia ketimbang aku? Aku kurang apa sama kamu?” air mata Kayshiel yang sudah gadis itu sekuat tenaga keluarkan akhirnya jatuh.

“aku ga cukup buat satu-satunya jadi milik kamu?”

Semua yang di sana hening menatap kejadian per-labrakan mereka, beberapa perempuan disana menenangkan Kayshiel, sisanya menatap sinis kearah Amora yang menundukkan kepala nya.

Sejak tadi gadis itu menunduk, awalnya ingin membalas Kayshiel dengan menampar nya, tapi saat melihat reaksi Kaiden yang begitu panik entah kenapa, membuat nya terdiam.

Harusnya laki-laki itu senang, karena dengan begitu Kaiden dan dirinya akan semakin mudah untuk segera bersama.

Tanpa perlu repot-repot menyingkirkan gadis sialan di depan nya ini.

Kaiden berusaha menarik tangan Kayshiel agar mendekat, namun Kay tidak sudi di sentuh laki-laki itu. “kita tunangan Kai, sudah menuju ke jenjang serius. Kamu lebih memilih selingkuh?” tawa Kayshiel menguar di iringi air mata nya yang turun.

Kali ini Kaiden benar-benar di buat diam dan mati kutu melihat Kayshiel pertama kali nya begitu remuk.

Kini mata gadis itu mengarah pada selingkuhan tunangan nya, “harga diri lo kemana? Ngasih mahkota cuma buat orang yang jelas-jelas udah punya.” ujar nya penuh kebencian.

Kepala Amora terangkat kencang akibat tarikan Kay, “mau lo mati sekalipun, ga bakal menghilangkan jejak bahwa lo cewe murahan yang ngerebut cowo orang.” ia menatap Kayshiel yang tersenyum bengis, senyuman yang tidak di ketahui orang lain selain mereka bertiga.

“kenapa diem? Keluarin suara desahan lo, kali aja banyak yang minat mau mesan.”

Amora mulai menangis, bahu nya bergetar ketakutan. Kayshiel tersenyum tipis, menampar pipi gadis itu berulang kali.

Saat tangan nya ingin mencengkeram dagu gadis itu, tangan dari Kaiden menahan nya, membuat Kayshiel menatap laki-laki itu dengan raut tak terbaca.

Kayshiel menoleh ke belakang, meminta mereka untuk keluar dari ruangan ini, dan memberi nya waktu.

Kini hanya ada mereka bertiga, Kaiden tiba-tiba sudah lengkap memakai pakaian, namun Amora hanya sempat memakai dalaman dan tanktop.

Bugh!

Kaiden terdorong ke belakang saat mendapat pukulan dari kekasih nya, belum sempat bangkit, gadis itu kembali menendang perut laki-laki itu, dan bagian aset nya.

Kaiden meringis sakit, pukulan gadis itu benar-benar tidak bisa di remehkan.

Amora menatap tidak percaya apa yang ia lihat di depan nya, sepertinya ia salah mengartikan sosok gadis itu.

Kayshiel begitu membabi-buta memukuli Kaiden, wajah dan badan pria itu memar di mana-mana, Kaiden hanya diam tak membalas, walau berusaha sedikit menangkis pukulan gadis itu.

“anjing lo! Bangsat!”

“sini lo yang mau bunuh gue!” tantang Kay dengan tatapan tajam nya, menarik kerah baju yang di pakai Kaiden dengan kuat, “lo udah salah buat gue kaya gini, Kai.” desis Kayshiel dengan amarah yang masih meluap-luap.

“sebelum lo bunuh gue, gue yang bakal bunuh lo duluan.” Kayshiel tersenyum mengusap wajah Kaiden dengan lembut, tangan nya mengusap ke bawah agar mata laki-laki itu tertutup.

“lo bakal tau, se-berkuasa apa gue di kehidupan lo sayang.” bisik nya pelan dengan tangan yang awal nya mengusap rahang kokoh itu begitu lembut, dan berakhir tamparan yang begitu keras, mengakibatkan bibir Kaiden yang robek mengeluarkan darah.

Tatapan Kayshiel beralih kearah Amora, senyum nya begitu manis beriringan dengan bunyi derap langkah nya, serta jantung Amora yang terpacu cepat.

“sekarang, giliran lo bitch.”

KayshielWhere stories live. Discover now