Memasuki semester kedua di kelas dua belas, Kayshiel sekarang lebih memilih lebih banyak hang out dengan teman-teman nya.
Ia muak menghirup oksigen yang sama dengan bedebah itu, lebih menyebalkan lagi saat melihat wajah tak bersalah nya dan bersikap seolah-olah mereka tidak memiliki masalah yang besar.
Tera dan yang lain mengajak nya setelah sepulang sekolah untuk jalan-jalan, tentu saja Kayshiel setuju.
Setelah pulang sekolah, mereka memilih untuk ke pantai, sebenarnya tadi banyak sekali usulan wisata hendak kemana.
Mulai dari Tera yang hendak naik gunung, ada gila-gila nya nih anak.
Dela yang ingin ke pasar, kata nya mau beli kue tradisional terus dia jual di sekolahan, padahal dia orang berada loh, emang kadang-kadang random banget.
Dan terakhir Kayshiel memutuskan untuk ke pantai saja dan dengan cepat di setujui Eli, karena hanya usulan Kayshiel yang lebih masuk akal daripada dua bocah itu.
Sepanjang perjalanan Tera dan Dela kompak ngambek karena keinginan nya tidak di turut, saat di tengah jalan melihat kakek-kakek jualan permen kapas favorit nya langsung berhenti acara ngambek Dela.
Tera yang merasa di khianati oleh Dela pun semakin memonyongkan bibirnya.
“ngambek mulu, tuh ada cowo ganteng” ujar Kayshiel, mendengar itu dengan sigap Tera menoleh secapat kilat.
Sontak saja satu mobil langsung tertawa, Tera malah makin ngambek di gituin, kesal karena ternyata bukan cowo ganteng melainkan bapak-bapak dengan perut melendung.
Sesampainya di pantai, tebak siapa yang paling semangat, tentu saja Tera.
Gadis itu jingkrak-jingkrak sendiri begitu heboh melihat suasana pantai dan ombak yang datang.
“habis dari pantai kaya nya kita bawa Tera ke rumah sakit deh” ujar Eli yang di angguki mereka yang melihat tingkah Tera masih asik bertingkah laku kaya orang aneh.
Bahkan beberapa bule malah sibuk mengabadikan tingkah Tera, mungkin di kira bule itu Tera lagi atraksi atau hewan lepas kali ya.
Mereka dengan cepat menarik Tera saat beberapa bule mulai mengelilingi gadis itu, di tambah bertepuk tangan, ampun deh, mereka jadi malu.
Kayshiel dengan cepat menjitak kepala Tera yang langsung mengaduh, “jangan malu-maluin deh, Ra, di kira lo orang utan lepas tadi”
“anying! Aing manusia tulen”
Mereka ber-empat asik bermain air, membuat rumah pasir, berenang dan banyak lagi, setelah capek dan sunset akan datang mereka pun dengan segera duduk di pasir untuk melihat pemandangan menakjubkan.
Angin berhembus menerbangkan rambut Kayshiel, mata nya terpejam menikmati ketenangan.
“sebentar lagi kita lulus, cuma nunggu waktu sebentar lagi buat ujian, dan kita bakal menjalani kehidupan masing-masing” perkataan Dela membuat mereka seketika terdiam.
Benar, sebentar lagi mereka segera menempuh pendidikan yang lebih tinggi, dan apa mereka masih bisa berkumpul seperti ini?
“semoga aja kita ber-empat masih sering ngumpul, gue ga kebayang sih kalo kita udah sibuk masing-masing, padahal kita setiap hari di sekolah hampir ga pernah lepas kaya lem” ujar Eli menimpali, semakin menambah nuansa melow di antara mereka.
“ah lebay lo pada, n-nama nya juga hi-hidup, datang pergi itu udah biasa!” kata Eli
Tera langsung julid, “yeu, tapi ngomong nya ga usah sesegukan nangis gitu dong, pea!”
Eli langsung menyeka air mata nya sambil melotot, “ma-mana ada, anying!”
Kayshiel hanya diam saja sambil tersenyum menatap tingkah teman-teman nya, sedangkan Dela di paling pinggir memeluk tubuh Kayshiel dengan erat sambil tersenyum menatap kearah pantai.
Melihat itu Eli dan Tera yang di ujung dengan segera bergabung memeluk Kayshiel, Kayshiel pun ikut memeluk mereka.
“makasih udah mau jadi temen gue”
Satu ucapan sangat tulus yang baru pertama kali di dengar mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kayshiel
Teen Fiction"buka selalu mata kamu, sampai aku dikebumikan." Kayshiel begitu mencintai Kaiden, tunangan hasil perjodohan orang tua nya. Mereka tidak saling membenci atau bahkan berusaha untuk memutuskan perjodohan itu, keduanya saling mencintai. Namun, itu semu...