9 : 9

536 23 0
                                    

Bunyi ketukan sepatu yang menyapa sebuah ruangan terdengar jelas, gelap dan hening, menggambarkan suasana di dalam sana.

Hembusan nafas panjang dan suara berisik dari lembaran kertas mengawali permainan di mulai.

Drtt drtt

“sensor wajah pria itu, dan biarkan wajah kekasihnya ter-ekspos ke media.”

Bip.

Sudah tiga jam berlalu, Kayshiel akhirnya bisa menghembuskan napas nya saat berkas yang di kerjakan nya selesai.

Mata nya menerawang jauh terlempar ke masa lalu, saat itu mungkin ia terlena dengan semua nya, hingga lupa.

Gadis yang masih berusia sepuluh tahun itu nampak khawatir melihat seorang remaja laki-laki dengan peluh yang banyak, seperti di kejar seseorang.

Ia pun menghampiri dengan cepat, saat menyadari ada sosok pria besar di belakang remaja itu, menarik nya bersembunyi di balik tumbuhan tinggi yang merambat membalut papan kayu usang.

Dengan sigap ia menutup mulut laki-laki di samping nya saat menyadari setapak kaki menginjak ranting dan dedaunan pohon.

Setelah cukup lama memastikan, akhirnya gadis itu melepas tangan nya, ia sudah memastikan pria dewasa itu sudah tidak ada.

Saat menoleh ke samping, mata nya langsung beradu dengan bola mata jernih berwarna hitam kelam.

Keduanya larut dalam kekaguman mereka masing-masing, dengan angin yang menyapu keduanya, membuat mereka semakin terpesona pada insan yang mereka tatap.

“terimakasih sudah menolong ku, siapa nama mu?”

Tangan itu terulur untuk berjabat tangan, gadis itu masih diam.

senyum tipis nya, bola mata hitam nya dan tangan yang putih walaupun terdapat banyak bercak darah yang menutupi, ia menyukai semua nya, semua yang ada pada sosok di depan nya.

“Kayshiel,” membalas jabatan tangan laki-laki di depan nya.

Ia tidak masalah walaupun tangan nya menjadi kotor akibat darah yang menempel akibat tautan tangan mereka.

“nama yang cantik, salam kenal Kayshiel,” remaja itu sempat menjeda ucapan nya, nampak ragu, tapi akhirnya melanjutkan ucapan nya, “aku Kaiden.”

Awal pertemuan yang cukup manis.

Bunyi notifikasi yang beruntun mengalihkan perhatian Kayshiel, isi pesan yang sudah bisa ia tebak.

Eli: ini kok mirip sama pacar lo, Kay?

Ini semua memang sudah seharusnya aku lakukan, perasaan murahan ini hampir menghancurkan nya.

Kayshiel mengetik pesan, tidak menghiraukan pesan teman-teman nya, ia harus benar-benar memulai nya sekarang juga.

Kayshiel: aku sudah berbaik hati hingga terjerat pesona mu, aku mengakui nya. Namun sekarang sudah terlambat, selamat datang dalam neraka buatan ku, Kaiden.

KayshielWhere stories live. Discover now