5 : 5

525 20 0
                                    

“ARGHHH!!” teriakan yang begitu menggema memenuhi apartemen, kamar yang malam tadi di hias begitu indah, kini hancur berantakan oleh gadis itu.

“brengsek, sialan, keparat, bajingan!” semua caci maki terlontar akibat tak tertahankan.

Rasa sakit yang tidak bisa di tahan, kepercayaan yang di khianati tanpa penjelasan, Kayshiel sungguh merasa menjadi manusia paling bodoh, karena baru mengetahui kebusukan tunangan nya.

Kaiden sedang keluar bertemu teman-teman nya, saat pagi Kayshiel begitu hebat menyembunyikan semua nya, seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

Mata nya berair, nampak bengkak karna terlalu lama menangis. Kayshiel terlihat begitu menyedihkan, dengan rambut acakan dan air mata yang berlinang.

Dada nya naik turun akibat napas yang masuk keluar menggebu-gebu akibat emosi nya yang membludak, tangan nya terkepal kuat, sebelum berpindah mengambil salah satu bingkai foto mereka lalu melemparkan nya kearah cermin.

Kayshiel benar-benar menghancurkan kamarnya, menangis sejadi-jadinya dan berusaha meluapkan seluruh amarah nya.

Karena ia yakin, apabila ia keluar dari kamar ini, maka ia pastikan,

Diri nya bukan lah Kayshiel yang dulu.

'*'*'

“Kay?” Kaiden masuk dengan membawa satu kotak makanan di tangan nya, menghampiri Kayshiel yang terlihat berada di pantry.

Kai mendekat untuk mencium pipi pacarnya, namun Kayshiel dengan cepat menghindar dan mengambil kotak makanan di tangan Kaiden.

Kaiden nampak bingung namun tidak terlalu memikirkan. Ia pikir mungkin Kayshiel sedang sibuk menyiapkan makanan untuk mereka berdua.

“ga makan?” tanya Kaiden.

Kayshiel menatap sekilas dari ujung ekor matanya, memindahkan sepiring spaghetti ke meja makan untuk Kaiden.

Kaiden dengan cepat menahan tangan Kayshiel yang berniat ke kamar, laki-laki itu menatap Kayshiel begitu tajam, “kenapa?” desis nya pelan.

Ia tahu, ada yang tidak beres pada sikap tunangan nya itu.

“apanya yang kenapa?” Kayshiel pura-pura tidak mengerti.

“otak lo kemana?” Kaiden mendorong piring makanan nya hingga menimbulkan bunyi yang nyaring.

Kaiden mulai emosi, dan ini sifat yang tidak di sukai Kayshiel.

Kaiden dan tempramen nya.

Kayshiel menatap Kaiden sekilas, “gue gapapa, lepas.” ujarnya.

Kaiden yang mendengar tentu saja amarah nya memucak, Kayshiel jarang sekali berbicara lo-gue setelah mereka bertunangan.

“lo mancing gue, Kayshiel?!” bentak Kaiden menghiraukan Kayshiel yang mungkin akan kesakitan akibat cengkraman tangan nya.

Kayshiel berusaha menahan emosi yang ia tahan sedaritadi, demi menahan Kaiden yang mungkin akan menyadari nya.

“lagi capek, Kaiden. Udah, makan sana.” nada Kayshiel melembut, namun enggan menatap Kaiden, ia lebih memilih menatap pantry di belakang tubuh Kaiden.

“sampai gue tahu penyebab lo gini, gue hajar lo.”

Lo yang gue bunuh, bangsat.

KayshielHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin