12 : 12

521 24 0
                                    

Wajib banget play lagu di atas

/ <><> \

Apa yang salah dari sikap Kayshiel selama ini?

Mengapa bisa Kaiden meninggalkan nya tanpa berpikir bahwa apakah gadis itu baik-baik saja setelah nya?

Apa masih kurang rasa sayang dan ketulusan nya selama ini?

Apa ia tidak pantas di cintai?

Air mata Kayshiel berhamburan keluar membasahi pipi nya, terduduk di kursi balkon memandang gelap nya malam dengan angin dingin yang berhembus.

Tangan nya masih menggenggam erat ponsel nya yang menunjukan pasangan yang sedang berbahagia dengan status baru mereka.

Ingatan Kayshiel terlempar satu tahun yang lalu, saat itu Kayshiel dan Kaiden menduduki kelas sebelas SMA.

“makan dulu” Kaiden datang merebut ponsel yang di mainkan Kayshiel.

Mereka sedang duduk di roftof menatap hamparan rumah-rumah yang membelakangi sekolah, Kaiden baru saja dari kantin dengan seorang murid yang sudah pergi setelah menaruh makanan mereka.

Kayshiel tersenyum menerima satu mangkok mie ayam dari Kaiden, tak lupa mengucap terimakasih pada kekasihnya.

Mereka makan dengan tenang, Kaiden mengusap bercak kuah di sudut bibir Kayshiel.

Mata nya memandang kekasihnya dari samping begitu dalam, begitu lembut.

Kaiden mungkin laki-laki gengsi dan egois yang tidak bisa menggunakan mulutnya untuk memuji sang pacar.

Tapi kali ini, Kaiden akan berkata sejujurnya dari hati yang paling dalam.

Kayshiel gadis yang sangat cantik.

Sangat sempurna.

Sangat baik.

Kaiden mungkin akan menyesal kalau saja melepas gadis di depan nya, mungkin saja ia akan menjadi gila saat melihat perempuan ini menjadi milik pria lain.

Kaiden bersyukur, gadis itu kini di sini bersama nya.

Miliknya.

Tangan nya menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Kayshiel, menyampirkan nya ke belakang telinga.

Bola mata cokelat yang ia kagumi itu kini mengarah pada nya.

Dengan senyum yang terukir,

Begitu manis.

Mampu kah Kaiden mempertahankan senyuman itu hanya untuk nya?

Mampu kah bola mata cokelat itu hanya menatap nya seorang diri dengan puja?

Mampu kah, Kaiden selama nya memiliki Kayshiel hanya untuk nya?

“Kai? Kenapa?” Kayshiel sudah menaruh mangkok miliknya, menemukan pancaran memuja dari Kaiden yang sudah biasa ia lihat.

Kaiden mendekat kan badan nya, tangan kekar pria itu menyelinap di sisi masing-masing pinggang Kayshiel, lalu menariknya.

Memeluknya dengan erat, dengan nyaman.

Hembusan napas hangat nya menerpa leher Kayshiel, gadis itu pun membalas pelukan kekasihnya.

Apakah pelukan ini akan selama nya terasa hangat?

Apakah bahu kekar ini akan selama nya hanya ia yang bisa mendekap?

“jangan pergi, Kay. Tetap disini,”

“–bersama ku.”

Tapi kamu mengingkari nya, Kai.

Kamu yang pergi meninggalkan ku.

Lagi dan lagi mata Kayshiel mengeluarkan cairan bening, berlomba-lomba keluar.

Kali ini, suara tangisan nya keluar sejak tadi hanya diam menangis tanpa suara.

Bahu nya bergetar dengan suara tangis yang sangat pilu.

“bahkan sekarang untuk melihat bayangan kamu saja sulit, Kai.” lirih Kayshiel.

Seorang laki-laki dengan jaket denim di tangan nya menatap punggung kecil Kayshiel yang bergetar, menatap nya dalam diam.

Laki-laki itu sudah berdiri sejak empat puluh menit yang lalu, menyaksikan Kayshiel menangis dengan rapuhnya.

Harusnya, dirinya pergi saja setelah mengambil jaket miliknya.

Harusnya, dirinya pergi saja tanpa peduli apa yang terjadi pada Kayshiel.

Harusnya, dirinya segera pergi setelah getar ponsel di rasakan di saku celana nya, panggilan dari Aurora.

Seharusnya begitu.

Tapi kini, sampai empat puluh menit berlalu, Kaiden masih berdiri menatap Kayshiel yang menangis.

Jaket denim yang di genggam pria itu sudah tidak rapi akibat genggaman nya yang semakin kuat saat suara tangis gadis itu semakin menyakiti hati nya.

“kita akhiri tunangan ini”

KayshielWhere stories live. Discover now