14 : 14

536 19 0
                                    

Di tengah terik nya matahari sore, seorang anak laki-laki terlihat panik dengan wajah nya yang tampak berkeringat.

Kaki nya berusaha berlari sekencang mungkin menghindar dari laki-laki berbadan besar, di tengah hutan yang rimbun akan pohon besar, dan darah yang banyak di tangan nya ia tetap enggan untuk berhenti.

Sebelum dengan tiba-tiba saja tangan seseorang menarik nya bersembunyi, menyembunyikan nya di balik papan kayu yang lumayan lebar dan usang.

Cukup mampu untuk menutupi kedua tubuh mungil mereka, “ayah mu sudah tidak ada” suara lembut dari perempuan itu menyadarkan lamunan nya.

Enggan menatap bola mata gadis kecil di depan nya, ia memilih memandang sesuatu yang menurutnya lucu.

Angin mulai melambai menerbangkan rambut gadis kecil tersebut, cukup membuat lawan jenis nya kehilangan fokus.

Harum, wangi coklat.

“hai, kita bertemu lagi” sapa nya riang, dengan senyuman nya yang lucu.

“halo? Nama kamu siapa? Tadi waktu kita pertama kali bertemu, kita tidak sempat untuk saling mengetahui nama” ujarnya yang tidak di hiraukan lawan bicaranya.

Anak laki-laki itu malah sibuk melihat bibir Kayshiel yang sedaritadi bergerak berbicara.

Tangan nya terulur berharap untuk di balas “aku Kayshiel, kamu?”

“Kaiden”

Kayshiel terpana saat bola mata anak itu akhirnya membalas tatapan nya, tidak menyadari betapa indah nya bola mata milik Kaiden.

Sampai tidak menyadari saat tangan Kaiden menjabat tangan nya, ada noda berwarna merah yang cukup banyak hingga tangan milik nya ikut terkena juga.

“hahh, hahh”

Bangun dengan napas yang mulai menipis, mengambil dengan rakus udara di sekitarnya agar paru-paru nya di isi oksigen kembali.

“sialan!“ kesal lagi-lagi mimpi itu kembali datang, setiap hari.

Mimpi itu bagaikan mimpi buruk bagi nya, Kaiden berharap untuk tidur sehari saja dengan tenang tanpa harus di hampiri mimpi sialan itu!

/ ><>< \

Dering ponsel milik Kayshiel terus berbunyi tanpa henti, merasa terganggu, akhirnya gadis itu bangun sambil berusaha memfokuskan retina mata nya pada jam dinding yang menempel.

02.00 PM

Mengangkat telepon genggam miliknya, dengan raut kesal menyapa lawan bicara nya dengan nada tidak santai.

“Halo!?”

Raut wajah Kayshiel yang awalnya kesal langsung berubah memucat sekian detik setelah mendengar apa yang di katakan lawan bicara nya.

Belum saja sembuh bengkak pada area mata nya, kini lagi-lagi ada hal yang membuat nya kembali hancur berkeping-keping.

Tapi kali ini mampu membuat Kayshiel tidak sanggup lagi sekedar untuk bernapas dengan benar.

Dengan langkah tertatih-tatih Kayshiel berusaha untuk keluar apartemen menuju rumah sakit, berusaha untuk tetap waras dalam keadaan hampir semua masalah menimpa nya secara bersamaan.

Di tengah sunyi nya jalan raya, hanya satu harapan miliknya yang tersisa.

“tuhan, kali ini, tolong jangan di ambil juga.”

KayshielWhere stories live. Discover now