Lembaran 25 🔞

525 30 4
                                    

Sebelumya Gojo :

"Hmmm. Apa ini ? Jejak terkutuk Megumi ?? Dan Yuuji ??. Apa mereka disekitar sini?."

"Tabun ne, radar koordinat Megumiku juga mendeteksi kalau mereka disekitar sini. Demo~ Nande Megumi to Yuuji disini? Apa yang mereka lakukan?"

"Apakah mereka kencan 😤??. Aaah itu tidak mungkin, Megumi hanya akan menyukaiku."

Gojo saat ini tengah menjalankan misi di daerah Akihabara. Misinya tidak sulit. Mungkin hanya keroco kecil kelas 2, paling tinggi kelas 1. Namun banyak rumor beredar hingga sampai ke titik

'Kemungkinan gedung tua itu memiliki penjara atau ruang bawah tanah tersembunyi yang bisa saja menjadi markas pengguna kutukan'

Untuk menghindari situasi seperti kematian penyihir yang sia sia. Maka penyihir berpengalaman seperti dirinyalah yang diutus untuk terjun ke lapangan. Sebenarnya tidak perlu Gojo, si penyihir kelas khusus. Cukup penyihir profesional kelas 1 saja sudah bisa mengatasinya.

Tapi mau bagaimana lagi, sejak kehadiran, kelahiran kembali The Strongest, sang representasi Buddha tertinggi, hampir semua pekerjaan sulit dilimpahkan kepadanya. Bahkan penyihir profesional seperti dari klan Kamo maupun klan Zen'in tidak berkontribusi penuh dan memilih berpangku tangan.

"Sungguh golongan orang tua kuno yang kolot dan korup dan bangsat." Gojo memaki-maki para atasan Jujutsu yang membuatnya kesal hingga rambutnya penuh uban.

Walau sebenarnya surai Gojo sudah putih sejak dalam kandungan sih.

Ah, tahan itu, hampir sebagian alasan klan Zen'in tidak berkontribusi pada dunia jujutsu itu karena dirinya sendiri. Bukan hanya karena ia adalah Gojo.

Namun dia yang seorang Gojo telah mencuri-membeli-paksa anak emas klan Zen'in, pewaris 10 bayangan, harta mereka. Jadi tidak heran jika kebencian klan Zen'in pada klan Gojo khususnya pada seorang dewa tertinggi sang Gojo Satoru menjadi lebih kuat bahkan dari 400 tahun yang lalu 😌.

Ya, begitulah awal mula mengapa hanya Gojo Satoru seorang yang sering sibuk kesana kemari untuk membasmi kutukan. Bahkan walau kutukan itu sanggup dimurnikan oleh penyihir kelas 1 saja. Sama seperti yang ia alami saat ini.

"Sepertinya eselon teratas yang kuno itu sengaja membuatku kesal." Geram Gojo seraya menjejakkan kakinya ke trotoar.

Maa ikka, lagipula ia bisa sekalian jalan-jalan. Ia juga masih punya waktu untuk bersenang-senang. Dan benar, ia memang bersenang-senang hingga pada taraf bertindak seenaknya.

"Oh, pancake super manis bermandikan madu! Cerinya merah semerah puting Megumi!." Celoteh Gojo tatkala ia melihat menara pancake dengan taburan buah ceri yang bulat sebulan puting milik Megumi.
.
.
.
Sebuah pelecehan verbal yang keluar dari mulut pak tua yang ubanan.
.
.
.
Mari berharap tak ada satupun yang mendengar-menyimak-ucapan Gojo itu.
.
.
.
Sayangnya, kesenangannya yang langka-sebenarnya tidak juga, Gojo nyaris selalu bersenang-senang-raib seketika tatkala ia mendeteksi energi kutukan pacarnya bersama dengan energi kutukan salah satu murid barunya, Itadori yuuji.

Namun, Gojo adalah guru yang rasional. Guru bertanggung jawab yang menyayangi semua muridnya. Jadi pikiran rasionalnya mengatakan kalau kemungkinan tahun pertama baru, Yuuji dan Nobara, memaksa Megumi untuk menjadi guide tour mereka di Tokyo.

"Itu kemungkinan paling masuk akal." Gojo berkata seraya mengangkat kedua bahunya. Ia pendarkan energi terkutuk dari enam matanya yang tertutup untuk mencari jejak-jejak energi kutukan kekasih kecilnya.

Mengingat tahun pertama lainnya adalah bukan orang Tokyo. Dan dia secara sengaja merusak jalan-jalan mereka terakhir kali. Jadi ia menyimpulkan kalau tahun pertama melakukan jalan-jalan balas dendam.

Gofushi's Daily Life -524Onde histórias criam vida. Descubra agora