Lembaran 28

265 23 4
                                    

Megumi melangkah dengan malas menyusuri lorong asrama, menuju ruang kelas tua, dengan bau kayu lapuk dan kuno. Masih dengan pakaian casual favoritnya, kaos oversize putih milik prianya, dan celana training oversize miliknya. Megumi menguap panjang, mengantuk dan bosan. Lengannya terangkat untuk menggaruk surai landak dengan malas. Sementara lengannya yang lain bersarang dengan nyaman di saku celananya.

Permata zamrudnya menangkan mesin minuman, menimang-nimang apakah ia cukup haus untuk membeli minuman dari mesin itu. Setelah pertimbangan singkat, Megumi meraih dompet dari sakunya, mendekati mesin minuman, dan memilih membeli kopi hitam yang dingin, dengan dua kaleng soda jeruk yang ia tahu akan disukai oleh paket stress nomor dua miliknya.

Megumi kembali melangkah, menyusuri lorong, menuju tempat tujuannya. 5 langkah lagi dan Megumi akan tiba ke ruang kelas, namun indra pendengarannya yang sensitif sudah diserang dengan teriakan dan ocehan menyebalkan dari paket stress nomor dua, menyerang kewarasan otaknya, menghancurkan ketenangan, menyeretnya ke arus kekacauan.

Mendesah panjang adalah satu hal yang bisa ia lakukan, satu hal yang mungkin, mungkin, iya yakin akan meredakan rasa cenut-cenut di kepalanya. Walau tak sepenuhnya menyelesaikan, menghilangkan sumber stressnya.

"Yah, mungkin nanti aku akan terbiasa." Guman Megumi dalam hati.

Megumi menggeser pintu kelas, hanya untuk mendapati dua sahabatnya tengah cekcok entah atas dasar apa. Tanpa hati atupun empati untuk peduli, Megumi melempar dua kaleng soda jeruk ke dua temannya. Tindakan itu membuat dua temannya kesal, namun rasa kesal itu hilang kala mereka menyeruput soda berbusa itu ke tenggorokan mereka. Megumi, nyaris tak peduli, memilih berjalan dengan acuh menuju bangku paling dekat dengan jendela, tepat di depan bangku guru. Itu adalah tempat favoritnya.

Megumi mengeluarkan novel non-fiksi ukuran saku dan membacanya, memilih menguburkan otaknya pada bacaan berguna, daripada fokus mendengarkan ocehan dan debat anak-anak di sebelahnya.
.
.
.
Sudah hampir 2 Minggu sejak insiden kebodohan Yuuji yang menelan jari Sukuna dan kepindahan Nobara ke SMA Jujutsu. Dan sejak saat itulah Megumi sudah mencoba, beradaptasi pada lingkungan baru, yang awalnya tenang dengan beberapa ocehan dan keributan yang masih berada di batas toleransinya, menjadi keributan dan debat anak-anak yang meledakkan termometer toleransi miliknya.

Kini, Megumi sudah memiliki termometer baru dengan batas toleransi yang telah terupgrade dengan baik, sehingga ia bisa hidup dengan kewarasan yang terjaga.

Beruntung, kurangnya jumlah misi, bahkan tidak ada sama sekali, memberi lebih banyak waktu bagi Megumi untuk menyesuaikan diri. Memang, sudah hampir 2 Minggu lewat, tahun pertama tidak mendapat misi apapun selain dua miso main-main yang diberikan guru mereka beberapa hari lalu. Jadi yang mereka lakukan beberapa hari terakhir hanyalah menganggur di SMA, belajar mandiri, berlatih, menjajah kamar Megumi dengan dalih menonton film, mengemis makanan di kamar Megumi, dan memanjakan diri.

Ini pantas mereka dapatkan, sedikit ketenangan sebelum kekacauan. Pikir Megumi.
.
.
~•~•~
.
.
*Buk!*

Dengan kasar, Gojo membanting pintu mobil yang dikendarai Ijichi. Toh, Dia bisa membeli puluhan, bahkan ratusan  mobil yang sama, untuk apa dia peduli? Satu-satunya yang tersisa di otak jeniusnya hanyalah bertemu dengan pacar kecilnya, memeluk dan bercinta dengannya. Sudah 1 Minggu lebih Gojo bermain-main dengan kutukan, menuruti perintah dan tugas dari tetua kolot yang menjengkelkan. Kini, saatnya bagi Gojo untuk bermanja diri, bermain dengan kekasih kecil, Megumi.

Jadi, dengan langkah percaya diri, Gojo mengikuti jejak energi kutukan yang mengarah pada ruang kelas. Enam matanya mendapati kalau ada 3 energi kutukan berbeda, yang ia yakin berasal dari tiga murid tahun pertamanya. Dengan totebag berisikan souvernir dari perjalanan bisnisnya, Gojo menggeres pintu kelas dan dengan semangat meneriakkan keberadaannya.

Gofushi's Daily Life -524Where stories live. Discover now