Bab 6 | Mau Adat Apa?

38 21 76
                                    

"Hari ini, menjadi hari yang cukup berkesan dan menyimpan banyak kenangan."

Birunya langit bertabur gumpalan awan putih menjadi perpaduan yang sangat apik untuk dinikmati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Birunya langit bertabur gumpalan awan putih menjadi perpaduan yang sangat apik untuk dinikmati. Namun, tidak sempat. Semua anak kini tengah sibuk mempersiapkan hari yang paling berharga, yaitu Hari Ulang Tahun SMA Pelita Bangsa. Mereka tampak bersemangat untuk menyambutnya. Mulai dari menghias kelas, latihan untuk lomba, hingga menyelesaikan membuat projek IoT.

Siapa yang tidak tersenyum jika melihat pemandangan seperti ini? Barisan muda-mudi yang memiliki semangat 45. Semua mereka lakukan atas kecintaan kepada sekolah tercinta, SMAPSA.

Tampak Dirga dan tim tengah berusaha menyelesaikan pemrograman, sedangkan Rea sesekali memukul Raka karena Rea merasa Raka kurang tepat dalam mengambil angel kamera, sehingga terlihat tidak maksimal. Rea harus mengulangi kalimatnya lagi, lagi, dan lagi. Selain itu, ada juga Livi dan Zavas yang masih berlatih untuk berjalan agar terlihat seperti model profesional. Kali ini, mereka dibantu oleh anak-anak lain untuk merancang kostum sebagus mungkin. Tidak seperti yang Bu Gina harapan, mereka tidak akan memakai kostum raja dan ratu, mereka akan mengambil tema kebudayaan Indonesia. Sementara itu, di lain tempat, Leo terpilih untuk ikut andil dalam perlombaan pameran IoT. Dia akan membuat sebuah teknologi masa depan yang ramah lingkungan dan bersifat berkelanjutan.

"Oke, untuk lomba yang lain gue rasa udah biasa dan ngga perlu banyak latihan buat itu. Kita fokus sama dua lomba. Fashion show dan pameran IoT. Ini harga diri kelas kita, kita harus menang." Jeysen menatap semua teman-temannya dengan pandangan yakin bahwa kelas mereka yang akan menjadi juaranya. Semua anak sepakat dan mengangguk mantap.

"Selagi kita kompak, gue yakin bisa. Kita harus berusaha semaksimal mungkin. Profesional," ucap Livi menimpali. Kini, dia berusaha untuk mengabaikan apa pun tentang sikap Zavas yang menyebalkan. Semua demi kepentingan bersama.

"Gue setuju. Kita tunjukin kalo kelas kita kompak." Rea maju beberapa langkah dan mengulurkan tangannya. Di ikuti oleh Livi, Jeysen, dan anak-anak lain termasuk Zavas dan gengnya. Mereka semua kompak mengulurkan tangan dan tos bersama. Kemudian, berteriak dengan dipimpin oleh Jeysen. Sungguh pemandangan yang langka. Bayangkan saja, seorang Zavas andil dalam kegiatan sekolah.

"SEBELAS A!"

"BISA!" jawab semua anak bersamaan.

"SEBELAS A!"

"LUAR BIASA!" jawab mereka lagi.

Setelahnya, diikuti dengan riuh tepuk tangan.

"Li, kaki lo terlalu kaku. Lo ngga pernah liat orang fashion show, ya?"

Livi hampir saja memaki Zavas yang terus saja protes padanya.

"Ini gue juga lagi berusaha. Lo pikir gampang, jalan anggun kaya model-model terkenal itu? Sabar kek."

"Gue cuma berpendapat," jawab Zavas dengan nada tenangnya.

"Tapi pendapat lo kaya orang ngejek."

"Whatever."

Popularity (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang