Bab 10 | Gladi Bersih

12 1 0
                                    

Aloooo Vren!
Spill nama sekolah kalian dong, pengen tau kalian dr sekolah apa hee.

Semoga kalian suka sama part ini, ya.
Semangat yang lagi belajar 😉

Hari ini, menjadi hari paling sibuk bagi semua siswa SMAN Pelita Bangsa, di mana semua projek dan persiapan untuk HUT SMAPSA harus selesai hari ini juga. Di dalam kelas, sekelompok anak memastikan bahwa gaun daur ulang yang akan Livi kenakan sudah sempurna. Tampak Zavas yang begitu frustasi mengajari Livi untuk melakukan catwalk. Di sudut lain, Jeysen mengecek setiap inci ruang kelas sudah didekorasi sekreatif mungkin. Dirga melaporkan bahwa projeknya sudah selesai, begitupun dengan Rea dan Raka yang sudah mengirimkan video ucapan ulang tahun sekolah melalui g-form yang disediakan oleh panitia.

"Yang bener dong, bego! Masa gitu doang ngga bisa?" kesal Zavas yang mulai terdengar putus asa.

Sedari tadi Livi susah berkonsentrasi karena dia terus memikirkan apa alasan Zavas mengajak Arkan balapan.

Kalo diliat-liat sih, mungkin aja apalagi mereka sama-sama anak geng motor. Tapi kenapa harus Arkan? Ini orang juga lama-lama serem juga kalo diliatin. Apalagi hidungnya dari tadi kembang kempis gitu udah kayak orang mau ngamuk.

"Woy! Ngapa lo ngeliatin gue mulu? Naksir, lo?" Zavas mengagetkan Livi hingga gadis itu terlihat bodoh.

Teriakan Zavas membuat semua anak menatap Livi. Livi tidak suka menjadi bahan tontonan. Dia menatap tajam ke arah semua anak. Mereka yang sadar arti tatapan itu segera melanjutkan kegiatannya tadi.

"Mulut lo ya, kalo ngomong suka ngawur!"

"Yakin, ngga naksir sama gue?" Zavas mendekatkan tubuhnya, lalu berhenti dengan jarak yang cukup dekat. Bibirnya tersenyum mengejek. Tangannya yang nyaris menyentuh rambut Livi segera ditepis dengan kasar.

"Ngga-akan," ucap Livi dengan penuh penekanan.

Di kelas lain, penampakan terlihat sama. Semua anak sibuk dengan persiapannya. Mereka ingin karya-karya yang mereka buat tampak sempurna dan bisa membawa ke gelar juara.

Leo terus berpikir, apa yang salah dengan pemrograman yang dia buat. Mengapa semuanya eror? Padahal dia sudah menuliskannya dengan benar. Berbicara mengenai pemrograman, memang membutuhkan otak yang fokus dan ketelitian yang tinggi. Salah sedikit saja, dapat menggagalkan pembacaan pada komputer.

"Gimana, Le? Udah coba lo teliti?" tanya teman kelasnya sambil mengamati garis merah yang terpampang di depan mata.

"Kalo dari keterangannya, erornya ada di baris ini, tapi gue masih belum nemuin." Leo tampak masih berpikir keras seraya memegang dagunya.

"Tenang, Le. Lo pasti bisa. Lo cuma kecapean, karena harus ngurus semuanya, jadi kurang fokus."

"Maybe. Thanks ya."

Dirinya masih memiliki waktu kurang lebih setengah hari untuk menemukan penyebab bug pada pemrograman yang dia buat. Tidak ingin memaksakan diri, Leo duduk sejenak menyenderkan tubuhnya di kursi. Dia memejamkan matanya sejenak, mengambil napas perlahan, sambil mencoba menenangkan diri agar bisa berpikir dengan fokus.

"Elah, bocah malah turu. Kenape lo?"

Leo membuka mata, lalu menatap sekilas pada seorang cowok dengan rambut belah tengah itu. Jangan lupakan kacamata besar yang bertengger di atas hidungnya. Leo menghela napas jengah, enggan menanggapi.

"Lo stres, Le?"

"Butuh bantuan?"

Leo masih diam. Semoga saja dia diberikan banyak kesabaran, dirinya benar-benar lelah.

Merasa diacuhkan, temannya itu akhirnya pergi. Namun sebelum itu, dia mengatakan satu hal penting yang membuat Leo sontak bangkit untuk mengecek pemrograman pada komputernya.

"Ah, bener. Cuma gara-gara salah naro titik koma, bisa bikin gue gila." Leo tersenyum lega, lalu mengawasi sekitar untuk mencari cowok culun tadi, tetapi tidak ada. Huh, dia merasa bersalah karena bersikap butuh terhadapnya tadi.

Usai menyelesaikan projeknya, Leo bergeser ke ruang musik untuk mengadakan gladi bersih. Sementara itu, Livi masih berusaha keras untuk berjalan dengan baik. Beberapa kali mencoba menggunakan heels selalu terjatuh, tetapi akhirnya berhasil. Hanya saja jalannya masih kaku karena belum terbiasa. Zavas mengamati bagaimana gadis itu terus mencoba meskipun beberapa kali nyaris jatuh.

"Ngga heran kalo dia jadi bintang pelajar," gumamnya.

"Pantengin aja terosss. Lama-lama naksir lo sama Livi, bos," celetuk Kelvin sambil terkekeh. Zavas yang mendengar itu langsung memukul kepala Kelvin menggunakan gulungan buku yang tengah dia genggam.

"Shut up! You guys are noisy. Kalo mau cabut, duluan aja. Gue harus mastiin tuh anak bisa jalan yang bener. Kalo besok gagal, muka gue bisa tercoreng sebagai cowok paling keren di SMAPSA," ucap Zavas dengan penuh percaya diri, sedangkan teman-temannya yang mendengar hanya bisa melongo sekaligus geli.

Mereka yang tengah asik mengobrol, mengalihkan pandangan melihat Raka yang masih berusaha mendekati Rea. Sesekali terlihat Rea mengepalkan tangannya karena risih dengan Raka yang terus mengikutinya.

"Gue lipet juga nih bumi lama-lama. Capek banget gue," kesal Kelvin. Pemandangan di kelasnya benar-benar membuat muak. Selain tulisan-tulisan di papan tulis, melihat orang-orang yang tengah bucin pun mampu membuat perut sedikit mual.

"Kasian jomblo," ledek Rival dengan entengnya.

"Ngaca, monyet! Lo juga jomblo. Udah jomblo, jelek, nilainya ancur, dibenci orang tua, ngga punya temen, miskin, pantesan ngga ada yang mau sama Lo," pekik Kelvin pada Rival. Rival hanya bisa ternganga. Padahal niatnya hanya bercanda, tapi Kelvin malah menanggapinya dengan serius dan mengeluarkan semua aib yang Rival punya.

"Buset, jangan di spill semua, tolol! Makin ngga ada yang mau sama gue ntar. Ih si bego mah baperan!"

"Gue bilang juga apa, udah cabut sana! Adu mulut lo berdua udah kayak cewek aja," omel Zavas. Rival hendak melangkah, tiba-tiba beberapa anak berlari dengan tergopoh-gopoh sambil menyebut nama Zavas. Livi yang tidak sengaja mendengar itu langsung menatap dengan penuh tanda tanya.

"Zavas, buruan temuin mereka. Itu gerbang sekolah udah roboh karena diamuk sama mereka," ucap beberapa anak itu sambil meraup napas dengan susah payah.

Zavas berusaha menyisir otaknya, kira-kira siapa mereka? Apakah anggota Arkan yang tidak terima karena ketua mereka kecelakaan? Zavas dan gengnya bergegas menghampiri kericuhan itu.

***
Zavas kalo punya musuh ngeri ya, sampe ngerusak aset sekolah hadehhh

Gimana part ini?
Aku udah ngga sabar bgt ngeliat penampilan Livi sama Zavas di fashion show. Juga penampilan Leo yang pasti super kece pas lagi presentasi hasil projeknya 😍😍😍

See u next chapter gesss

Popularity (On Going)Where stories live. Discover now