Bab 9 | Pacar Bukan?

19 1 0
                                    

Halo gesss
Finally aku update huhuu
Kangen bgt sama kalian

Semoga kalian suka, yaa


Kali ini, langit tidak seperti biasanya. Harusnya biasa saja, jika warnanya menjadi hitam pekat. Namun, di mana rembulan itu? Di mana rembulan yang selalu tersenyum? Hingga kehadiran rintik hujan yang kini berhasil menyampaikan sebuah pesan, jawaban dari rentetan beberapa pertanyaan.

Sesekali Livi mengamati cowok di sampingnya. Biasanya, Leo akan banyak berbicara jika tengah bersama Livi. Gadis itu mengerti. Sebagai seorang kakak, Leo kini tengah merasa gagal. Meskipun semua ini bukanlah salahnya, tetap saja,
Leo selalu menyalahkan diri sendiri. Ingin rasanya Livi menggenggam jemari Leo, menyalurkan ketenangan. Namun, sepertinya Livi tidak berhak.

Sesampainya di rumah sakit, Leo berlari menuju UGD dan mencari keberadaan adiknya. Namun, rupanya Arkan sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Perasaan Leo menjadi tidak karuan. Apa separah itu luka Arkan? Leo dan Livi bergegas menuju ke ruangan yang suster maksud.

"Maaf, Mas dan Mbak ini siapanya, ya?"

"Saya Leo, kakak Arkan, Dok. Gimana keadaan adek saya?" tanya Leo dengan napas yang masih tersengal-sengal.

"Adek Mas Leo baik-baik saja, hanya terkilir sedikit di bagian tangan kanan. Dia tadi pingsan karena syok. Sebentar lagi siuman," jawab dokter dengan ramah.

"Alhamdulillah, makasih, Dok."

"Sama-sama. Tapi setelah sadar nanti, nak Arkan harus tetap menjalani rawat inap untuk mendapatkan pengobatan secara intensif agar cepat pulih."

"Baik, Dok." Dokter pun berlalu untuk memeriksa pasien lain. Leo dan Livi masuk ke ruangan dan melihat keadaan Arkan. Baru saja masuk, tangan Arkan terlihat bergerak. Perlahan, dia membuka matanya. Leo melangkah lebih cepat untuk mendekat.

"Bang Leo? Gu-gue di rumah sakit?" Arkan mengamati sekitar sambil memegang kepalanya yang sakit.

"Iya, lo kecelakaan. Udah, ngga usah banyak mikir dulu. Lo istirahat aja." Di sini, Livi seperti orang bodoh. Sedari tadi dia hanya diam saja, tidak berani bersuara. Rasanya bingung.

"Sorry Bang, udah bikin lo khawatir. Gue cuma ngga mau dianggap pengecut sama anak-anak."

"Gue paham. Lain kali hati-hati."

Leo tidak tahu lagi harus menasehati bagaimana kepada Arkan. Adiknya itu sangat keras kepala. Dia juga tidak ingin mengekangnya. Karena katanya, seseorang semakin dikekang, akan semakin melawan. Maka dari itulah, Leo sedikit memberi Arkan kebebasan.

"Lo pasti belom makan, 'kan? Gue cari makan dulu ya Le, buat Arkan. Lo di sini aja jagain dia." Livi memilih untuk keluar, hitung-hitung mencari angin. Dia tipikal seseorang yang sulit menyampaikan kata simpati, kata kasihan, atau yang lainnya. Dia hanya akan banyak bicara ketika bersama dengan Leo dan Rea.

Popularity (On Going)Where stories live. Discover now