02

186 14 0
                                    

Gak kurus banget sih kayak tulang.. Ini berisi lah ya.. Bagus kok badannya ini.. Ideal.

Aku membaca nametag di seragam sekolahnya.

"Ezra Narendra." Gumamku lalu menatap wajahnya yang sedang heran menatapku.

EZRA NARENDRA?!

Aku melototkan mataku lalu segera berlari cepat menjauh dari pemeran utama itu. Kenapa harus ketemu pemeran utamanya sekarang sih? Aku kan ingin tentram menikmati peranku sebagai figuran.

Ezra Narendra ini karakternya sama seperti kak Sean yaitu dingin seperti kulkas seribu pintu. Anak basket sejak SMP.

Di novel tuh Leona satu sekolah terus dari TK sampai sekarang bareng Ezra.

Seharusnya kan adegan tadi yang aku alamin barusan. Si Ezra ketemu Biani nih.. Seharusnya yang di posisi aku tadi tuh Biani, ini kenapa malah aku yang ngalamin adegan itu?!

Aku masuk ke kelas yang akan ku diami sekarang. Kok kamu tau kelasmu dimana? Iyalah, kan aku sendiri yang buat novelnya jadi tau dong denah sekolahnya.

Kelas masih agak sepi, karena aku sudah pintar dan cerdas. Jadi aku akan memilih tempat duduk paling belakang saja.

Aku mengeluarkan buku dan tempat pensil untuk menulis point-point di dalam cerita novel yang ku buat.

Disaat aku sedang fokus menulis point-point cerita. Seseorang entah siapa duduk di sebelah kursi yang ku tempati.

Sepertinya orang ini mau sebangku bareng aku? Jadi aku membiarkannya saja dan melanjutkan menulis point-point cerita.

"Ekhem!"

Ahh.. Paling tenggorokannya gatal.

"Ekhem!"

Tuh kan! Fix gatal tu tenggorokannya. Dari suara dehemannya sih kayak cowok ya yang duduk di sebelah aku ini.

"Ekhem!"

"Coba minum sana nah kalau tenggorokan gatal tuh.." Omelku sambil memberikan botol minuman yang memang ku bawa dari rumah.

"Nih! Nih! Minum nih!" Omelku sambil menghadap ke orang yang berdehem tadi.

Dia mengambil botol di tanganku dan segera meminumnya. Dan aku langsung melanjutkan tulisanku tanpa melihat siapa orang itu.

"Thank's." Katanya singkat sambil menggeser botol minumku.

Seperti kenal suaranya..

Aku langsung menoleh ke arah orang itu dan membelalakan mataku karena shock.

INI SI EZRA KENAPA DUDUK DI SEBELAH AKU?! SEHARUSNYA KAN SAMA SI BIANI?!

Dia juga ikut menatap wajahku lalu menangkup pipiku dengan kedua tangannya yang besar itu.

Iya, sebesar itu tangannya..

Satu tangannya saja bisa menutup seluruh wajahku.

Kalian mau tahu apa yang dia lakukan?

Dia mencubit pipiku dengan gemas! Dan juga mencubit pipiku dengan wajah datarnya.

Dia nih gemas kepadaku kah?

"Hei!" Protesku namun dia tidak menggubris.

"Pipiku sakit kalau kau mencubitnya terlalu keras!" Protesku lagi.

Bagaimana tidak protes kalau dia mencubit pipiku dengan keras.

Ku rasa dia melonggarkan cubitannya pada pipiku.

"Ezra! Sahabatmu yang tampan ini datang~"

Aku dan Ezra melihat ke arah pintu dimana sahabat Ezra kalau di dalam novel namanya tuh Rayyan Elvano.

"Wah.. Sekarang sahabatku yang dinginnya melebihi seribu pintu kulkas ini sudah mulai melirik cewek." Kata Rayyan sambil melihat Ezra yang masih mencubit pipiku.

Aku kah yang dimaksud Rayyan?

Hei! Harusnya aku tidak di adegan ini! Seharusnya tuh si Biani!

Ck! Lagian si Biani kemana coba? Kok belum datang tu anak!

Ahh.. Sepertinya aku harus pindah tempat duduk..

Aku melepas cubitan Ezra dari pipiku dan segera mengemasi buku ku.

"Kemana?" Tanya Ezra tanpa ku gubris.

Memang enak dicuekin!

Saat aku menggendong tasku, Ezra menarik pergelangan tanganku.

"Kemana?" Tanya Ezra lagi.

"Pindah tempat duduk." Jawabku sambil roll eyes.

"Disini saja." Kata Ezra.

"Tidak mau! Nanti kamu memcubitku lagi!"??

"Tidak! Tetap disini!" Perintah Ezra membuat bulu kudukku merinding.

Inikah karakter seorang Ezra Narendra yang ku buat?

Transmigrasi LeonaWhere stories live. Discover now