Pulang

2.1K 143 16
                                    

Jangan lupa voment juseyo ❤️
Finally, kita udah di chapter terakhir
Terima kasih yang udah baca dan voment
————————————————————-

Jangan lupa voment juseyo ❤️Finally, kita udah di chapter terakhirTerima kasih yang udah baca dan voment ————————————————————-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

—————————————————————

Suara gemericik hujan di luar sana terdengar menggema di kediaman Mark. Sepasang kekasih ini memilih duduk di sebuah sofa tua yang menghadap ke jendela dan menikmati pemandangan hujan kota Toronto. Tak ada yang bicara. Keduanya diam dan memandang lurus ke luar jendela. Hanya tangan Mark yang bergerak mengusap lembut tangan Jaemin. Sedangkan Jaemin bersandar di bahu Mark sambil melihat hujan.



"Na, kamu suka sama rumah ini ?"


Pertanyaan itu dijawab dengan sebuah anggukan. Mark dapat merasakan kepala yang bersandar di bahunya bergerak.


"Kalau gitu, kita tinggal disini ya setelah menikah."


Jaemin mengulum senyum. Sekarang terbayang dalam kepalanya bagaimana hari yang telah Jaemin nanti itu akan tiba esok. Keinginannya untuk menikah dengan Mark yang dulunya nampak tak mungkin, kini menjadi jelas di depan mata. Mark ingin menikah dengannya. Jaemin juga. Mereka sama-sama ingin hidup bahagia berdua selamanya.


Tapi apa kata Tuhan.


"Hyungie..."


Mark menoleh, melihat ke arah Jaemin yang masih bersandar di bahunya. "Ya ?"


Jaemin mendongak sedikit. Kini bisa ia lihat wajah Mark dengan jelas. Pemuda itu masih mengulum senyum sambil menatap penuh arti pada Mark. Ada beribu makna indah yang terpancar di matanya. Tak lupa rasa syukur atas kehadiran Mark, tampak terbaca dalam sorotan mata Jaemin.


"Hyungie ga boleh sedih ya kalau aku udah ga bisa nemenin hyungie lagi.."


Hati Mark mencolos mendengarnya. Ia langsung bisa merasakan dadanya yang sesak seperti tertekan sesuatu amat berat. Matanya memanas. Disaat yang sama, bayangan betapa kelamnya hidup tanpa Jaemin mulai terbayang. Mark tak akan mampu melalui hari-hari itu.


Tapi kenyataan seolah menampar Mark cukup keras. Ia sudah terlalu jauh melupakan bahwa Jaemin bisa pergi darinya kapan saja. Ia nyaris tak ingat bahwa kekasihnya masih berjuang untuk sembuh. Ada banyak skenario Tuhan yang dapat menjadi akhir dari kisahnya. Termasuk kepergian Jaemin juga bisa menjadi ujung cerita ini.


Namun, Mark tak bisa.


Tak bisa tanpa Jaemin.


Dek Nana : MarkminWhere stories live. Discover now