BAB 3 Rencana

17 0 0
                                    

Rosella tertegun, tak percaya dengan kata-kata yang baru saja ia dengar. Putri Vivianne adalah orang dari dunia lain? Bagaimana mungkin? Jelas-jelas yang ia lihat selama ini adalah putri yang sama dengan putri yang dikenalnya saat masih kecil, sama sekali bukan orang lain. Ketika ia mengutarakan hal ini pada Zid, pria itu pun memberi jawaban yang mau tak mau membuat Rosella semakin kaget.

"Fisiknya memang masih fisik Putri Vivianne, tapi dalamnya bukan."

"Seperti kerasukan?" Rosella benar-benar terkejut. "Saya mungkin masih bisa mengerti jika yang merasuki adalah demon, tapi ini manusia, bukan?"

"Benar," Zid mengkonfirmasi. "Memang seperti kerasukan, tapi bedanya, bukan ruh manusia yang merasuki tubuh Putri Vivianne, melainkan hanya kesadarannya. Ruh dan fisik orang itu masih sepenuhnya berada di dunianya, tapi kesadarannya ada di tubuh Putri Vivianne."

"Kau juga sempat bilang padaku bahwa kesadarannya saja sudah cukup untuk mengambil alih tubuh adikku," kata Putra Mahkota nimbrung, membuat Rosella semakin terbelalak. "Sungguh, awalnya sulit bagiku untuk percaya. Jika bukan karena tanda-tanda yang kau jelaskan, sudah pasti aku takkan percaya."

"Tanda?" Rosella mengulang, bingung sekaligus penasaran. "Tanda apa?"

"Ada ciri-ciri yang meyakinkan bahwa Putri Vivianne berada dalam kendali transmigrator," Zid mulai menjelaskan. "Pertama: hilang ingatan. Sebelum bertemu Anda, Lady, Putra Mahkota telah memberitahu saya bahwa Putri Vivianne memang mengalami amnesia setelah demam panjang selama sebulan."

"Oh, itu benar..." Mau tak mau, Rosella jadi teringat peristiwa beberapa tahun lalu sebelum penobatan Putra Mahkota. Saat itu, sang putri memang sempat demam selama sebulan dan setelah pulih, ia mengalami amnesia. Ia bisa mengingat beberapa orang dan tempat, namun ingatannya terbatas.

"Kedua: biasanya, sebelum mengalami amnesia, korban akan sempat sakit atau mengalami kecelakaan yang cukup serius. Jika sakit, penyakitnya adalah penyakit misterius yang datang dan hilang begitu saja. Jika kecelakaan, kecelakaan itu juga adalah kecelakaan yang aneh."

Lagi-lagi itu cocok. Penyakit sang putri saat itu memang misterius. Raja mengundang banyak tabib untuk menyembuhkannya, namun tak ada yang mampu hingga sebulan kemudian, tiba-tiba saja sang putri sehat kembali.

"Ketiga: terjadi perubahan kepribadian. Hal ini tidak selalu terjadi dan ada kalanya walaupun terjadi, tidak terdeteksi karena perubahannya tidak signifikan."

Sekali lagi cocok. Sang putri memang berubah menjadi lebih bebas, lebih terbuka, lebih ceria, tapi karena masih dalam batas wajar, dan karena saat itu ia baru sembuh dari sakit, semua orang termasuk Rosella menganggapnya normal... kecuali mungkin Sophia, dayang terdekatnya yang telah memperlihatkan gelagat mencurigakan beberapa kali sejak saat itu.

"Vivianne dan aku tidak begitu dekat. Kau tahu sendiri hubungan kami pada awalnya seperti apa, Lady," kata Putra Mahkota menambahkan. Mendengar itu, Rosella pun mengangguk pelan. Vivianne menghormati kakaknya, namun hubungan mereka tidak sedekat saudara pada umumnya. Hal ini dikarenakan mereka lahir dari ibu yang berbeda status. Ibu Vivianne adalah permaisuri raja yang berasal dari kaum bangsawan, sedangkan ibu sang putra mahkota hanya selir dari kaum rakyat jelata. Tak hanya itu, Putra Mahkota dan ibunya sempat dikabarkan telah meninggal dunia bahkan sebelum Vivianne lahir. Tak ada yang menyangka bahwa sang pangeran masih hidup dan diasuh oleh keluarga petani sampai pihak istana menemukannya saat usianya telah remaja. Sebelum itu, Vivianne hidup tanpa mengenal kakaknya. Ia dibesarkan untuk menjadi ratu menggantikan ayahnya, namun setelah kakaknya ditemukan, ia kehilangan haknya sebagai pewaris takhta.

"Sebelum dia sakit, kami jarang bertemu apa lagi bertegur sapa, namun setelah sehat, tiba-tiba saja dia berubah menjadi lebih ramah dan terbuka," kata sang pangeran lagi. "Awalnya aku kira dia berubah karena mensyukuri kesembuhannya, tapi setelah kupikir-pikir lagi, mungkin alasan sebenarnya bukan itu." Ia terdiam sesaat sebelum menggeleng kecewa. "Harusnya aku curiga saat dia tiba-tiba jadi sering berkunjung ke istanaku atau mengundangku makan bersama. Satu bulan terbaring sakit dalam kamarnya tak seharusnya membuatnya jadi menyukaiku."

The Princess is a TransmigratorWhere stories live. Discover now