3. Aku Pulang

1.6K 104 2
                                    

19.00, Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, Indonesia
(Beberapa jam sebelum kejadian di chapter 2)

"Para penumpang pesawat yang terhormat, kami saat ini sedang memasuki fase pendaratan menuju Bandara Soekarno-Hatta."

Suara announcement dari awak pesawat menyadarkan lamunanku. Tanganku bergerak untuk mengatur tempat dudukku dan memastikan seat belt ku terpasang dengan semestinya. Aku tersenyum, dengan perasaan senang karena sebentar lagi aku akan menginjakkan kaki di kampung halamanku.

Beberapa menit telah berlalu, pesawat sudah sepenuhnya landing di bandara. Ku kemasi barang-barangku, merapikannya dan bersiap untuk keluar dari pesawat. Kulangkahkan kakiku turun dari pesawat, berdiri diam sejenak. Kupejamkan kedua mataku sambil menghirup udara malam dari kota jakarta.

"Aku Pulang."

Setelah diam untuk sejenak. Kuedarkan pandanganku untuk melihat sekitar. Netraku terkunci pada segerombol orang yang memakai jas rapi terlihat berjalan ke arahku. 

Kukenali salah satu orang yang terlihat seperti pemimpin dari segerombol orang tersebut. Mereka berhenti di hadapanku lalu menundukkan kepala dengan hormat sebelum menyapaku.

"Selamat datang kembali, tuan muda Argitara." Ucap seorang pria tua yang kukenali sebagai kepala pengurus rumah tangga di keluarga kami sekaligus tangan kanan kakekku dulu.

"Ya, aku kembali, Sebas. Bagaimana keadaan orang-orang di rumah?"

"Mereka baik-baik saja, tuan muda. Tuan Arvan seperti biasa, sibuk dengan urusan bisnis. Beliau juga terlihat sedang dalam mood yang baik beberapa bulan terakhir. Mungkin karena perusahaan mulai stabil saat ini."

"Bunda?"

"Nyonya Melodi sekarang mulai fokus menjadi ibu rumah tangga. Beliau mengurangi jadwal prakteknya di rumah sakit dan meluangkan waktunya untuk family time."

"Nona Shani sibuk dengan kuliahnya dan sekarang sudah mulai magang di rumah sakit nyonya melodi sebagai asisten dokter."

"Untuk tuan muda Delta-." Sebas menghentikan laporannya dan menghela nafas sejenak. Aduh, adikku satu ini pasti berulah lagi.

"Beberapa minggu ini, beliau sudah dua kali menghancurkan mobilnya. Bahkan minggu lalu beliau pulang dengan kepala berdarah. Beberapa kali juga beliau terlibat perkelahian."

Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku mendengar semua laporan sebas tentang adik laki-lakiku itu. Masih saja bertingkah seperti biasa.

"Lalu bagaimana dengan dua adik kesayanganku?"

"Nona muda Mutiara dan Nona muda Kathrina tampak terlihat muram beberapa hari terakhir ini. Mungkin karena tuan muda berkata tidak akan pulang di hari wisuda mereka berdua. Khususnya Nona muda Kathrina, beliau terlihat lebih pendiam dan nafsu makannya juga sedikit berkurang."

Aku terkekeh mendengar laporan tentang dua adik kesayanganku itu. Kedua adikku itu memang sangat manja kepadaku. Mereka pasti bakal marah nanti. Aku tersenyum, tidak sabar untuk bertemu mereka nanti.

"Terima kasih sebas atas laporannya."

"Sama-sama tuan muda. Ini kunci mobil anda."

"Ya, terima kasih. kalian kembali saja dulu. Aku ingin bernostalgia sebentar."

"Baik, kami undur diri."

Mereka lalu pergi setelah menundukan kepala sebentar.

"Baiklah, mari jalan-jalan sebentar."

Kulangkahkan kakiku menuju area parkiran khusus bandara. Mulutku tersenyum saat pandanganku menatap ke arah sebuah mobil Dodge Charger SRT Hellcat berwarna black silver yang terparkir sendirian disana.

ARGITARAWhere stories live. Discover now