16. Tantangan

1.3K 120 25
                                    

"Wah, wah, sepertinya gue ngerepotin nih. Tapi makasih banget sama martabaknya. Jadi ngerasa gak enak." Ucap Gevandra cengengesan sambil terus memakan martabak yang ada.

"Ngomongnya ngga enak ngerepotin. Tapi udah hampir habis dua bungkus aja gue lihat-lihat." Sindir Shani kepadanya.

"Dih, sinis banget lo sama gue. Gita yang bawain martabak aja ngga ngomong apa-apa."

"Ngga tau aja dia dalam hati nyesel bawain lo martabak."

Kedua insan itu malah asik berdebat saat. Gita yang baru kembali dari toilet heran dengan perdebatan mereka. Ia memberi kode ke arah Muthe dan Kathrina bertanya apa yang terjadi, kedua bocah itu cuma menggeleng sebagai tanggapan.

"Ekhem. Aku lihat-lihat makin akrab aja kalian berdua. Udah kayak suami istri aja tiap hari berantem."

""SIAPA YANG SUAMI ISTRI!"" Jawab keduanya bersamaan.

"Tuh, lihat. Jawabnya aja barengan."

"Lo ngapain ngikutin gue." Tunjuk Shani ke Gevandra

"Lo kali yang ngikutin gue." Jawab Gevandra tidak mau kalah.

"Jadian aja kenapa sih kalian berdua."

""DIH, OGAH BANGET.""

"Tuh kan, denial aja barengan."

"Udah deh, kenapa malah ngomongin kita. Gue kesini mau ngomongin tentang lo." Ucap Gevandra kepada Gita.

"Hah? Emang gue kenapa?" Tanya Gita.

Gevandra menatap Shani meminta penjelasan.

"Jangan lihat gue. Gue juga baru tau kalo ternyata orang misterius itu si Gita."

"Huffftt. To the point aja deh. Kayaknya Lo juga ngga tau apa-apa soal ini. Gue mau ngingetin aja, beberapa minggu ini Death Street mungkin bakalan ramai dengan mobil-mobil dari wilayah sini ataupun dari wilayah luar."

"Lah, emang apa hubungannya dengan gue?"

"Lo sering ngebut kan di jalanan itu? Beberapa kali lo udah bikin suasana jadi panas, karena sering ngerecokin balapan anak-anak yang ada disana. Apalagi setelah kejadian tadi lo ngalahin gue sama Shani. Kecepatan dan teknik mengemudi lo sudah pasti bakalan ke ekspos dan elo bakalan sering dicari sama klub-klub terkenal di dunia balap mobil. Gue saranin deh kalo ngga penting-penting amat, jangan lewat jalanan itu. Kecuali lo emang sengaja nyari musuh."

Gita mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia paham situasinya sekarang. Kalo diingat-ingat, ia memang sering mendahului mobil yang kebut-kebutan di jalanan itu. Itu tidak disengaja, dia memang sedang dalam situasi buru-buru saat itu.

Gita menghela nafasnya. Entah kenapa lagi-lagi dia terjebak dengan rasa lapar para pembalap tanpa sengaja. Padahal ia tidak terlalu suka balapan.

"Haahhh, semua ini salah Ci Shani sama bunda sih."

"Loh, kok cici?"

"Ya, kalian sering banget ketinggalan dokumen di rumah. Udah gitu sering banget nyuruh aku buru-buru buat nganterin dokumen-dokumen itu. Ya aku lewat jalanan itu lah biar sampai lebih cepet."

"Yaudah sih udah kejadian juga."

"Haahh. Thank you kak atas informasinya. Tapi lo ngga usah khawatir deh. Gue juga ngga sering lewat jalan itu. Lagian gue juga ngga bakalan mau kebut-kebutan kalo ngga penting."

"Ya terserah lo deh Git. Gue cuma memperingatin elo doang. Sebaiknya lo sembunyiin identitas lo dan hati-hati. Lo tau sendiri kalo mereka-mereka sampai tau identitas lo, lo bakalan sering diganggu buat nerima tantangan mereka."

ARGITARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang