Setelah peristiwa warming up yang tidak berlanjut itu, Kiera jadi malu saat berpapasan dengan Steven. Kiera justru lega saat Steven sudah berangkat ke kantor.
Di kantor, Steven berpikir tentang hubungannya dengan Kiera akhir-akhir ini. Dia mengira, sejak peristiwa 'sayang-sayangan' kemarin, hubungannya dan Kiera akan berkembang sesuai harapan. Tapi kenyataannya malah sebaliknya, Kiera malah menjaga jarak.
"Sebenarnya dia suka nggak, sih, gue cium kayak kemarin? Apa performa gue kurang bagus, ya?" Steven bertanya seorang diri.
Saat makan di kantin, Marni menghampiri Steven yang sedang makan seorang diri.
"Pak." Mirna duduk di depan Steven.
"Eh, Mir ... sini makan." sapa Steven seadanya. Pria itu melihat muka Mirna yang amat masam. Mungkin perempuan itu marah karena merasa di PHP oleh Steven.
"Saya masih kesel sama bapak soal yang kemarin!" Mirna secara gamblang mengutarakan perasaannya.
"Kan udah minta maaf. Gimana kalau saya traktir?" Steven menawarkan.
"Masalahnya anak saya ngambek, Pak. Kan udah saya janjiin mau pergi ke Dufan."
Memang acara reuni teman kuliah Steven kemarin diadakan di Dufan. Maklumlah, sebagian besar teman Steven sudah berumah tangga. Jadi selain reuni, sekalian acara jalan-jalan bersama anak istri.
Itulah sebabnya Steven berniat mengajak Mirna, supaya bisa sekalian mengajak ketiga anaknya. Mengajak Kiera juga percuma, Kiera tidak pernah mau kalau diajak pergi ke acara seperti itu. Nggak penting katanya.
"Sekali lagi saya minta maaf, Mirna. Kemarin itu saya ada keperluan mendadak."
"Ya udah, deh. Kalau kapan-kapan, bisa nggak, Pak?" tanya Mirna penuh dengan harapan.
Steven tak segera menjawab, pria itu malah menggaruk pelipisnya. "Aduh, gimana ya jawabnya ...."
"Bisa nggak, Pak?"
"Gini, ya, Mirna ... Sebaiknya kita jangan keseringan ngobrol kayak gini."
"Loh, kenapa, Pak? Biasanya juga kita akrab-akrab aja? Bapak mulai sombong, nih!"
"Istri saya nggak suka. Saya sempat berantem gara-gara kamu." Steven memutuskan jujur. "Tolong kamu jangan pernah nyapa saya lagi kalau ketemu, jangan nebeng juga. Pokoknya kamu jangan dekat-dekat saya lagi. Soal ke Dufan, sebaiknya kamu ajak saja mantan suami kamu."
Mirna merasa berat dengan saran Steven yang terakhir. Mantan suaminya sudah berumah tangga, sudah punya anak juga dari istri barunya. Agak susah meluangkan waktu untuk Mirna dan ketiga anaknya. Dengan kata lain, Mirna adalah janda terlantar.
Sebenarnya Steven kasihan juga dengan Mirna yang seorang single mother. Bantuan sekecil apapun tentu sangat berarti bagi Mirna. Tapi membantu Mirna berpotensi membuat Kiera marah.
"Bapak nggak perlu minta maaf, justru saya yang harus minta maaf. Saya nggak nyangka istri Bapak cemburu sama saya. Tapi saya kesel sama dia ... bilangin dong, Pak! Jangan manggil saya Marni terus!"
"Iya, nanti saya sampaikan."
"**
Pulang kerja Steven langsung masuk kamar, tampak Kiera sedang sibuk dengan laptopnya. Steven duduk di samping Kiera, di ranjang.
"Lagi ngapain, Ki?" tanya Steven basa-basi.
"Lagi nulis." Kiera menjawab pendek. Kemudian menutup laptopnya, takut dibaca Steven.
"Nulis apa, sih?"
"Rahasia!" Kiera bersiap tidur, kemudian membelakangi Steven.
Setelah Kiera tidur, Steven mengutak-utik laptop Kiera, penasaran dengan apa yang ditulis istrinya.
Rupanya Kiera sedang menulis sebuah cerita, Steven tertawa membaca cerita yang dibuat Kiera. Membuat Kiera terbangun karena keberisikan.
"Balikin laptop gue!" Kiera marah karena Steven dengan lancang membaca ceritanya yang amburadul. Apalagi melihat Steven tertawa karenanya.
"Cerita lo bagus, Ki!" Steven memberikan jempolnya, tapi masih tertawa. Masih teringat cerita Kiera yang berjudul SEMALAM BERSAMA PRESDIR. Di sana digambarkan seorang Presdir seperti Revan tergila-gila dengan gadis resepsionis di kantornya. Waktu gadis itu ulang tahun, sang presidir memberi hadiah sebuah pulau (ceritanya beneran ada loh, gue pernah baca hehe ....)
"Gue nggak suka ada orang yang lancang ngacak-acak privasi gue!" Kiera berkata tajam.
"Tumben lo nulis cerita? Mau jadi penulis, ya?" tanya Steven.
"Nggak usah ngeledek! Gue nulis karena gabut aja! Lagipula kesibukan gue berfaedah, daripada gue gabut bakar rumah ini."
"Yang gue heran, kenapa kebanyakan cerita novel kayak gitu, pemeran prianya selalu kaya, Presdir, ganteng, atletis, romantis?"
"Kalau tokoh utamanya miskin, jelek, gendut nanti keburu males yang baca. Males bayanginnya!" Kiera menjawab ketus.
Steven melihat tumpukan novel koleksi Kiera, ada yang judulnya DINIKAHI PRESDIR MESUM, MENGANDUNG ANAK PRESDIR, DIPAKSA MENIKAH DENGAN PRESDIR dll.
Pantes, rupanya terinspirasi dari sana ....
"Besok gue mau kerja." Kiera berkata lagi.
Steven kaget mendengar ucapan istrinya. "Kerja apa? Dimana? Jangan, deh. Kerja itu capek, Ki."
Sekeras apapun Steven membujuknya, Kiera sudah bulat dengan keputusannya. Ia terinspirasi dari ide Ceisya tempo hari.
"Gue mau kerja di kantornya Kak Revan."
"Apa?"
***