124

684 35 4
                                    

Ternyata dugaan Revan benar, Kiera dinyatakan hamil oleh dokter. Tentu saja Steven merasa senang. Sebentar lagi dia akan jadi papa muda.

Setelah mengambil vitamin di apotik, kedua pasutri itu bergegas pulang ke rumah. Kiera cemberut karena ingin mampir makan dulu di warung pinggir jalan. Tiba-tiba pingin makan pecel lele. Padahal sebelum hamil Kiera paling ogah makan di tempat seperti itu. Sepertinya anak di kandungan Kiera mempunyai sifat yang sangat merakyat.

"Makan di rumah aja. Jangan makan sembarangan, nggak sehat."

Steven meraih tangan Kiera, sedang sebelah tangannya sibuk menyetir. Kiera merasa risih karena tangannya dicium-cium terus.

"Apa, sih! Kayak bocil mau berangkat ngaji aja." Kiera menarik tangannya. Tapi Steven tidak mau melepaskan.

"Biarin aja, sih. Aku tuh lagi seneng banget." Lagi-lagi Steven mencium tangan Kiera. "Btw tangan kamu ini bersih kan?"

"Baru aja ngupil." Kiera membohongi Steven.

Steven menatap tangan Kiera ragu. "Beneran abis ngupil?"

Kiera mengangguk.

"Ya udah nggak papa." Steven terus menggenggam tangan Kiera. Membuat Kiera ngeri.

"Makasih, ya."

"Buat apa?"

"Ya karena kamu mengandung anak aku."

Kiera tersenyum penuh arti. "Seharusnya aku yang makasih. Dengan adanya anak ini, sebentar lagi warisan aku cair. Hahaha ...."

Kiera tertawa menyeramkan.

"Kamu tuh, warisan terus yang ada di pikiran kamu." Steven prihatin melihat istrinya. "Sekarang yang perlu kita pikirkan, bagaimana merawat anak ini sebaik-baiknya."

"Merawat anak emang apa susahnya? Kan nggak kayak tanaman yang perlu disiram dan dipupuk?"

Steven memilih diam daripada menanggapi pertanyaan istrinya. Yang ada malah migren.

***

Sesampainya di rumah, Steven segera melayani Kiera dengan sebaik-baiknya.

"Kamu mau makan apa, Sayang?"

Kiera agak baper mendengar panggilan Steven. "Perasaan baru kali ini gue dipanggil sayang? Jangan-jangan karena gue hamil? Jadi kemarin-kemarin gue nggak disayang?"

Mendengar istrinya sibuk bicara sendiri, Steven pun mengulangi pertanyaannya. "Sayang, kamu mau dimasakin apa?"

"Udah deh, nggak usah pakai sayang-sayang. Aneh dengernya." Kiera menutup kupingnya geli.

"Dih, aneh. Disayang malah nggak mau." Steven pergi ke dapur untuk mulai memasak. Karena Kiera tidak menjawab pertanyaannya, dia memutuskan masak spaghetti aglio olio saja, yang mudah.

Sambil memasak, Steven menelpon mamaknya untuk mengabarkan kehamilan Kiera. Di seberang sana, mamak Steven senang bukan main, malah berencana datang ke rumah Steven. Kiera langsung melotot sambil menyilangkan jari.

Steven mengerti Kiera perlu waktu untuk istirahat. Dia juga tau kedatangan mamaknya yang cerewet berpotensi mengganggu ketenangan Kiera. Steven tidak mau hal itu berpengaruh ke kandungan Kiera.

"Kapan-kapan saja Mamak datangnya. Kan kemarin mamak baru datang ke sini. Kebun siapa yang urus? Kan mau panen sawit?"

Steven berusaha mencegah kedatangan mamaknya, membuat Kiera merasa lega. Capek juga mendengar mertuanya itu mengomel tentang ini dan itu. Ada saja yang tidak pas, kesalahan Kiera selalu dicari-cari.

Setelah makan, Kiera langsung pergi ke kamar untuk tidur. Akhir-akhir ini dia memang sering ngantuk dan gampang capek. Tidak taunya itu salah satu tanda kehamilan.

"Habis makan jangan langsung tidur. Sini nonton TV dulu." Steven mengajak istrinya duduk di sofa.

"Males, acaranya nggak ada yang bagus. Kebanyakan iklan lagi. Enakan nonton YouTube di hape, iklannya bisa diskip." Kiera mengomel.

"Mulai sekarang kamu jangan capek-capek, ya. Nggak usah ngapa-ngapain. Kerjaan rumah biar aku yang urus. Kalau pingin makan apa-apa, bilang. Nanti aku cariin ...." Steven berpesan kepada istrinya.

"Biasanya kan juga gitu, Abang yang kerjain semuanya." Kiera memotong ucapan suaminya.

"Iya, sih ...."

Sepertinya kehamilan gue ini membawa berkah, gue jadi semakin di sayang, pikir Kiera bangga.

"Abang! Capek." Kiera memutuskan mengetes, suaminya siaga apa nggak.

"Mana yang capek?"

Kiera mengulurkan kakinya, dinaikkan di pangkuan suaminya. Steven segera memijatnya.

"Yang enak, jangan keras," pesan Kiera.

Steven tidak fokus memijat kaki Kiera, karena Kiera hanya memakai celana setengah paha. Memperlihatkan paha Kiera yang mulus dan terawat.

"Yang serius dong kalau mijet, itu mah ngelus." Kiera protes.

"Katanya jangan keras?"

"Iya, tapi jangan pelan juga. Sedeng aja."

Steven menuruti perintah Kiera, tapi lagi-lagi dia jadi tidak fokus.

"Abang kenapa, sih? Pingin?"

Kiera malah menawari terang-terangan. Membuat Steven jadi salah tingkah sampai batuk-batuk. Kalau tidak ingat lagi hamil muda, pasti di gas lah, masa enggak. Tapi menurut cerita Revan, trimester pertama itu masih rawan. Jangan keseringan.

"Tidur sana. Katanya mau tidur?" Steven malah mengusir Kiera ke kamar, daripada nanti keterusan kan. Kiera bingung melihat tingkah suaminya, katanya tadi jangan tidur dulu, sekarang malah disuruh tidur.

"Nggak jelas!" Kiera berjalan ke kamar sambil mengomel.

***

Btw ini kalian nyadar nggak, sih. Ini story part-nya udah ratusan aja hehe ... Apa kita udahan aja ya ... Takutnya kalian bosen.

Kawin GantungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang