Chapter 18: WTF?!?!

96 15 0
                                    

Karina bersenandung, berjalan sesekali melompat kecil menuju halte bus terdekat dengan tempat lesnya (sekarang Karina sudah sedikit tahu rute bus menuju rumahnya). Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Di jam segini lah Karina pulang les. Jadwal les Karina itu hanya tiga kali dalam seminggu.

Saat sedang asik melangkah, seketika langkah Karina terhenti saat ia melihat seseorang yang sepertinya ia kenal sedang terduduk di pinggir jalan dengan keadaan yang tidak cukup baik, sepertinya.

Karina segera menghampiri orang tersebut. Berjongkok di depan laki-laki itu dan memandangnya. Wajah kakak kelasnya ini terlihat sangat mengenaskan. Terdapat biru di pipinya, darah mengering di sudut bibirnya yang robek dan lebam pada dahi dan sudut mata. Yeonjun terlihat berantakan.

"Ya ampun, kak nujnoey.” Karina menuntun Yeonjun untuk duduk di kursi panjang yang ada di depan salah satu kedai makan di pinggir jalan.

“Bentar, aku ke apotek terdekat dulu beliin obat buat kakak.” Karina hendak beranjak dari duduknya namun pergelangan tangannya ditahan oleh Yeonjun. “Gak usah, di jok motor gue ada kotak P3K. Lo ambil aja di situ.”

Tanpa banyak bicara Karina menuruti perkataan Yeonjun. Dia segera menuju motor Yeonjun setelah kakak kelasnya itu memberikan kunci motor padanya. Setelah mengambil kotak P3K di jok motor Yeonjun, Karina segera kembali duduk di samping Yeonjun, membuka kotak P3K mengeluarkan kapas, alkohol, betadine dan plaster.

"Kak nujnoey kenapa, ya ampun." ucap Karina dengan nada yang panik.

"Gue gapapa, udah sana lo pulang. Gue bisa ngobatin sendiri." jawab Yeonjun.

"Gapapa gimananya? Kak nujnoey luka.” Karina berucap lirih, “Emang kakak bisa obatin sendiri? Udah deh, sini aku bantu obatin.” Karina mulai mengobati luka Yeonjun. Mengelapnya dengan hati-hati agar tidak melukai Yeonjun. Yeonjun hanya diam tak membantah.

"Aku tanya sekali lagi, kak nujnoey kenapa bisa kayak gini?" tanya Karina masih fokus mengobati luka Yeonjun.

"Di keadaan kayak gini, masih bisa ya lo manggil nama gue dengan tidak baik dan benar." Yeonjun terkekeh.

"Ihh, kak aku nanya serius. Kak nujnoey kenapa bisa kayak gini?" ucap Karina lagi.

Yeonjun tersenyum kecut, "Gue tadi ditabrak sama orang mabok. Motor gue sampe penyok tuh. Dia yang salah, dia yang lebih galak. Terus gue malah dipukulin gini sama tuh orang mabok.” jawab Yeonjun sambil sesekali meringis.

Karina yang pada dasarnya memiliki hati yang lembut jadi ingin menangis. Ia sampai lupa hubungan tegang (sering ribut) dengan kakak kelasnya ini, yang Karina tahu dia harus menolong Yeonjun.

"Duh, pasti sakit banget, ya?" tanya Karina sambil meringis.

"Ya, lumayan," jawab Yeonjun, "Tapi kenapa lo nolongin gue? Bukannya kita musuhan? Lo nolongin musuh lo?"

"Siapa pun orangnya kalau mereka butuh pertolongan pasti bakal aku tolongin. Bunda selalu ngajarin aku gitu. Meskipun kak nujnoey orang yang nyebelin, tetep harus aku tolongin.” ucap Karina sambil menotolkan betadine di atas luka Yeonjun.

Lalu hening. Yeonjun terlihat tidak ingin membuka percakapan lagi dan Karina juga tidak berminat untuk berbicara. Keduanya memilih membisu dengan Karina yang menempelkan plester di atas luka Yeonjun. Yeonjun hanya diam, menerima semua perlakuan Karina tanpa sepatah kata pun.

Dalam waktu singkat Yeonjun sudah diobati dan Karina bersiap untuk pulang. Saat ini sudah jam 10 malam dan bus pasti sudah berhenti beroperasi.

"Lo mau ke mana?" Yeonjun bertanya, menyilangkan tangannya saat melihat Karina bersiap untuk pergi.

"Rumah." jawab Karina singkat.

"Gak ada bus di jam segini." jawab Yeonjun.

"Aku tahu. Aku bakal jalan kaki."

Yeonjun mendengus sambil menggelengkan kepalanya, "Gak, gue gak akan biarin lo. Udah malem ini woy. Gimana kalo nanti lo kenapa-napa?"

Karina menyilangkan tangannya, "Oh, ya? Terus aku harus apa, kak nujnoey?"

"Gue seneng akhirnya lo nanya." jawab Yeonjun sambil menunjuk ke arah sepeda motornya. Yeonjun segera naik, menyalakan mesin. "Naik."

"Kak nujnoey mau aku naik motor kakak? Bahkan kakak gak ada helm cadangan." ucap Karina.

"Pake punya gue." jawab Yeonjun.

"Gimana kalo nanti aku jatoh?" tanya Karina.

"Lo gak akan jatoh." jawab Yeonjun acuh.

"Gimana kalo aku terlalu berat?" tanya Karina lagi.

"Kagak, wih.. Lo kayak gak pernah gue bonceng aja sih!" Jawab Yeonjun yang mulai kesal.

"Gimana kalo...."

Yeonjun menghela napas, mengacak-acak rambutnya frustasi. Astaga, manusia minimalis ini terlalu banyak bicara. "Lo mau pulang apa kagak?"

Karina melirik motor Yeonjun, lalu dia melirik Yeonjun yang menunggunya dengan wajah kesalnya. Mereka mengadakan kontes menatap selama beberapa detik sebelum akhirnya Karina memutuskan. “Aku jalan kaki aja, lagian rumah aku gak terlalu jauh kok dari sini. Kalo bunda liat aku naik motor gak pake helm, bunda bakal bunuh aku.”

'WHAT THE F*CK KARINA?!?!?!'

Yeonjun merasa tersinggung lagi oleh manusia minimalis ini, bagaimana bisa dia sebegitu mudahnya menolak niat baiknya? Sial.

"SERAH LO, GUE GAK URUS. NYESEL GUE BAIKIN LO." Yeonjun menjalankan motornya dengan kencang meninggalkan Karina.

it's between you and me (end)Where stories live. Discover now