bab 4

92.1K 1.8K 58
                                    

Setelah lelah seharian bekerja hari ini Baby memilih pulang ke apartemen miliknya yang kebetulan dekat dengan rumah sakit tempat ia bekerja. Tak perlu naik kendaraan ia hanya harus berjalan beberapa puluh meter saja untuk sampai. Kebetulan sekali ia juga tak membawa kendaraan karena tadi pagi ia diantar oleh Boy, meski tadi ia dibuat telat oleh laki-laki itu sampai di rumah sakit karena permintaan Boy yang membuat suasana hati Baby seharian ini mejadi kurang baik.

Maka dari itu setelah sampai di apartemennya Baby memilih berendam untuk merilekskan tubuh dan pikirannya. Meski sebenarnya rasanya percuma saja karena ia masih tak bisa menghilangkan kekesalannya pada Boy. Ia menyesali dirinya yang bisa dengan mudah mengiyakan permintaan Boy untuk mengambil keperawanannya. Namun, Baby sadar itu semua terjadi akibat perbuatan nekatnya di masa lalu. Yang tak Baby sangka setelah sekian tahun berlalu Boy kini malah terlihat sangat terobsesi untuk menidurinya.

Baby baru menyudahi acara berendamnya saat kulit tubuhnya mulai keriput dan menggigil kedinginan. Ia membilas tubuhnya  lalu dengan cepat pergi ke kamar untuk berpakaian.

Baby sedang mengeringkan rambutnya saat terdengar bel berbunyi. Tanpa ada pikiran aneh apapun Baby berjalan ke depan untuk membuka pintu. Namun, ternyata sosok yang tak ia sangka dan ia harapkan kini berdiri tepat di hadapannya. Bagaimana bisa Boy mengetahui apartemennya ini. Baby mencoba kembali menutup pintu tapi Boy menahannya.

"Tadi gue ke rumah lo tapi Om Revan bilang lo enggak pulang ke rumah" mendengar penjelasan Boy seketika membuat Baby mengerti darimana laki-laki itu bisa mengetahui keberadaanya.

"Ada apa?" Tanya Baby.

"Kasih gue masuk"

"Enggak!" Tolak Baby, ia mendorong tubuh Boy lalu menutup pintu apartemennya dari luar, terang-terangan menolak kehadiran Boy.

"Gue bawa makanan untuk lo" ujar Boy, tangan kanannya terangkat menunjukan plastik berlogo sebuah restoran makanan yang ia bawa.

Namun Baby masih menggelengkan kepala, menolaknya dengan tegas.

"Cuma makan By, sayang udah gue beli. Gue gak akan berani macam-macam, kecuali kalo lo minta duluan" ucap Boy diakhiri kerlingan mata menggoda.

Malas berdebat dan takut juga menganggu tetangga apartemennya, akhirnya Baby mengizinkan Boy untuk masuk. Ia langsung membawa laki-laki itu ke arah meja makan karena tujuan Boy datang juga untuk numpang mencari tempat makan.

Karena Baby juga ternyata sudah cukup kelaparan setelah tadi lama berendam, ia tak menolak makanan yang Boy berikan untuknya.

"Enggak lo kasih apa-apakan?" Tanya Baby, memicing menatap Boy curiga.

"Pikiran lo buruk terus" Boy berdecis sebal, namun Baby hanya mengangkat bahunya acuh. Ia hanya berjaga-jaga. Setelahnya ia mulai menyuapkan potongan demi potongan sushi ke dalam mulutnya. Entah sengaja atau tidak, Baby berpikir sepertinya Boy masih mengingat sushi adalah makanan kesukaanya.

"Sebenernya lo ngapain ada disini?" Tanya Baby, dengan mulut penuh makanan. Sudah sejak awal ia ingin menanyakan itu kepada Boy.

"Gue ada kerjaan disini" jelas Boy, Baby hanya menganggukan kepala mengerti, cukup memuaskan dan ia tak mau bertanya lebih jauh lagi.

"Gue heran sama lo" ujar Boy, membuat Baby mengangkat sebelah alisnya, tak mengerti maksud ucapan Boy.

"Kenapa lo keliatan enggak suka sama gue?"

"Emang" balas Baby acuh.

"Kenapa? Apa salah gue?" Cecar Boy, namun Baby hanya diam. Ia sendiri tak memiliki jawaban untuk pertanyaan itu.

Boy terlihat menyudahi makannya kemudian laki-laki itu mengeluarkan lipatan kertas yang terlihat sudah usang dari dalam dompetnya lalu ia ulurkan kertas tersebut ke arah Baby.

Baby Boy [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang