Bab 29

43.7K 1.5K 109
                                    


Hari ini jadwal terakhir Baby untuk mengecek kandungannya. Tapi, siapa sangka dokter memintanya untuk tetap stay di rumah sakit karena air ketubannya kering. Bayinya harus segera dikeluarkan padahal usianya baru masuk di minggu ke 37.

Tapi, dokter mengatakan usia dan berat bayinya sudah cukup baik untuk segera dilahirkan. Minggu ke 37 sudah mencapai batas aman untuk melahirkan. Jika harus menunggu akan berbahaya, bukan hanya untuk bayi tapi ibunya juga.

Baby saat ini sedang ada di ruang perawatan, operasinya baru bisa dilakukan nanti malam. Wajah Baby terlihat tegang, ia menatap kosong Bundanya yang terlihat sedang menelpon sang Papa, menjelaskan sedikit apa yang terjadi dan memintanya untuk segera datang ke rumah sakit.

Sebenarnya Baby ingin melahirkan secara normal, namun dokter tak menyarankan karena tekanan darahnya tinggi. Padahal Baby sudah mempersiapkan diri untuk melahirkan secara normal dengan mengikuti banyak kelas kehamilan. Tapi, Baby juga tak mau nekat mengambil resiko, yang ia inginkan saat ini adalah persalinannya berjalan lancar juga ia dan bayinya bisa selamat.

"Bun..."

"Tolong telpon Kak Boy, kasih tau juga Tante Dena" ucap Baby. Teringat dengan permintaan Boy yang ingin menemaninya melahirkan.

"Dena sudah Bunda telpon, mereka baru bisa kesini sore. Kalo Boy handphonenya enggak aktif" jelas Rena, "Tapi Bunda sudah kirim Boy pesan" tambahnya.

"Jangan tegang kak, nanti tekanan darah kamu naik lagi" ucap Rena, tangan kanannya menggenggam tangan Baby yang terasa sangat dingin sedangkan tangan lainnya mengusap puncak kepala putrinya. Juga tak lupa memberi sebuah senyum penuh ketenangan untuk mengendurkan sedikit ketegangan.

"Takut, Bun" cicit Baby. Entah kenapa ada perasaan gelisah yang tak bisa ia jelaskan, semua ketakutan berkumpul dalam kepalanya.

"Rileks, Kak. Semuanya pasti berjalan lancar"

"Mau jalan-jalan keluar dulu?" Tawar Rena, agar pikiran Baby bisa sedikit lebih tenang.

Baby mengiyakan, berada didalam ruang perawatan hanya akan membuatnya terus dihantui ketakutan. Karena Baby malas berjalan, ada sang Bunda yang dengan senang hati mendorongkan sebuah kursi roda untuknya. Tidak jauh, mereka hanya berkeliling disekitar area rumah sakit.

Rumah sakit ini bukan rumah sakit dulu tempatnya bekerja. Tapi, Baby mengenal baik beberapa dokter yang bekerja disini. Sepanjang lorong rumah sakit Baby menyapa beberapa orang yang ia kenal. Obrolan singkat tentu saja terjadi. Mereka yang mengetahui jika Baby akan segera melakukan prosedur operasi caesar memberi banyak dukungan. Dan, sebagian lagi sedikit terkejut karena tiba-tiba ia akan melahirkan. Baby memang tak pernah mempublikasikan ataupun meyembunyikan kehamilannya, ia membiarkan saja orang-orang tahu dengan sendirinya.

"Papa udah sampai, kita balik ke kamar lagi, ya" ucap Rena yang baru mendapat pesan dari sang suami jika sudah berada diruang perawatan Baby tapi tentunya disana kosong. Baby hanya balas dengan anggukan kepala menurut.

Rena yang baru akan memutar balik kursi roba Baby membatalkan niatnya karena ia melihat para perawat yang setengah berlari mendorong sebuah brangkar. Rena
sedikit menyingkir untuk memberikan ruang.

Namun, mata kedua wanita itu sama-sama memicing. Merasa familiar dengan sosok yang berbaring tak sadarkan diri di atas brangkar yang baru saja lewat tersebut.

"Loh, itu Kak Boy, Bun" Baby berseru panik. Bagaimana tidak, tadi jelas-jelas ia melihat Boy dalam kondisi tak sadarkan diri dengan banyak darah ditubuhnya. Apa yang terjadi dengan laki-laki itu?

Rena juga melihatnya dengan jelas. Boy terlihat tak sadarkan diri dengan banyak darah ditubuhnya. Tetesan darahnya bahkan terlihat menetes pada lantai yang dilewati.

Baby Boy [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang