Bab 23

40.1K 1.1K 126
                                    

Boy mengerang frustasi, sudah beberapa kali ia memasukan kode akses apartemen Baby namun pintu dihadapannya belum juga terbuka. Sepertinya Baby mengubah kode akses masuk apartemennya.

"Sayang, buka pintunya!" Tak kehabisan akal Boy berteriak sambil tangannya tak berhenti mengetuk pintu dihadapannya. Kekasihnya itu ada di dalam karena tadi sepulang dari rumah sakit Boy mengikuti mobil Baby dari belakang. Baby tak mengindahkan ucapannya yang memintanya menunggu sampai ia datang menjemput.

"Baby, buka sayang!"

"Baby!"

Sambil terus memanggil, Boy juga mencoba menelpon kekasihnya itu. Tersambung namun panggilannya terus saja ditolak.

Sudah lebih dari 10 menit tapi tidak ada tanda-tanda pintu dihadapannya akan terbuka. Apa yang Boy lakukan tentu membuat kegaduhan yang membuat para penghuni lain merasa terganggu.

Orang yang tinggal tepat disebelah Baby mencoba menegur Boy, namun laki-laki itu tak menghiraukannya. Sampai tak lama datang dua orang petugas yang mendapat laporan jika ada yang sudah membuat keributan. Meski awalnya menolak, pada akhirnya Boy hanya bisa pasrah ketika ia diseret menjauh.

****

Boy benar-benar dibuat uring-uringan dengan perubahan sikap Baby. Sudah satu minggu terakhir sejak ajakan putus yang tentunya Boy tolak, kekasihnya itu sangat sulit untuk ia temui.

Segala akses komunikasi juga terputus karena Baby sepertinya memblokir nomor ponselnya dan semua akun sosial medianya. Boy benar-benar tidak mengerti dengan perubahan sikap Baby yang sangat drastis itu. Apakah ada kesalahan yang tanpa sadar ia perbuat. Jika memang benar ia berbuat kesalahan, Boy ingin tahu dimana letak kesalahannya.

Hari ini weekend, Boy meminta ketiga sahabatnya untuk berkumpul di apartemennya. Boy tidak tahan lagi, ia memilih cara nekat agar bisa bertemu dengan kekasihnya.

"Pukulin gue!"

"Hah?" Reza, Satria dan David saling tatap keheranan, mereka kira dikumpulkan untuk membicarakan perihal rencana lamaran. Kenapa permintaan Boy aneh sekali?

"Pukulin gue sekarang!" Ucap Boy lagi karena melihat ketiga temannya masih bergeming ditempat.

"Lo kenapa? Gila?" Tanya Satria, masih menatap Boy heran.

"Cepetan bangsat, pukulin gue apa susahnya!" Ucap Boy, dengan nada tinggi.

"Enggak usah ngegas anjing!"

Dengan kode berupa anggukan pelan Reza meminta kepada David dan Satria untuk memuruti saja ucapan Boy. Tinjuan pertama berasal dari Reza berhasil mendarat di wajah Boy, tak main-main sampai membuat bibir Boy berdarah. Disusul pukulan-pukulan lain dari ketiga pria itu membuat Boy yang tidak melawan hanya bisa merintih kesakitan.

"Udah stop, gue bisa mati" Sambil melindungi kepalanya Boy meminta ketiga sahabatnya untuk berhenti, sudah cukup. Beberapa bagian tubuhnya sudah terasa sakit dan mati rasa.

"Bawa gue ke rumah sakit" pinta Boy, sambil memegangi dadanya yang terasa sakit.

Meski sebenarnya masih penasaran apa maksud Boy meminta mereka melakukan semua ini, lagi-lagi ketiganya hanya menurut, dengan dipapah oleh David dan Reza, Boy berjalan ke arah parkiran. Menggunakan mobilnya sendiri Boy mengarahkan Reza yang menyetir mobilnya pergi ke rumah sakit tempat Baby bekerja.

Diperjalanan sambil menahan rasa sakit Boy mulai bercerita tentang perubahan sikap Baby padanya. Ia sengaja meminta ketiga temannya itu untuk memukulinya agar bisa datang ke rumah sakit sebagai pasien. Awalnya Boy ingin menjatuhkan diri dari motor atau menabrakan dirinya, tapi itu terlalu beresiko. Dengan datang sebagai pasien tentu Baby tidak akan bisa menghindarinya lagi.

Baby Boy [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang