Bab 30

73.6K 1.5K 126
                                    

Boy melangkah memasuki rumah Baby dengan kedua tangannya membawa kantung berisi banyak mainan untuk sang putra. Seperti biasa setiap datang berkunjung Boy tak pernah absen membawakan Bima banyak mainan kesukaan pria kecil kesayangannya itu. Karena tak bisa selalu bersama dengan putranya, Boy menebus waktu kebersamaan mereka dengan selalu memberikan apa yang Bima inginkan, termasuk mainan-mainan ini.

Namun, keadaan rumah tampak sepi, tidak ada Bima yang biasanya selalu sigap menyambutnya setiap ia datang berkunjung.

"Kakak Baby ada di kolam Mas Boy" ucap Mbok Ira, yang tadi membukakan pintu untuknya. Boy hanya mangangguk singkat sambil mengucapkan terimakasih, selanjutnya pria itu berjalan ke arah samping rumah tempat kolam renang berada.

Benar saja terlihat sosok Baby bolak-balik berenang dikolam namun hanya seorang diri, ia tak melihat sosok putranya yang biasanya selalu ada bersama Baby.

Boy meletakan jinjingan yang ia bawa lalu berjalan mendekati Baby, ia duduk disisi kolam. Baby juga menyadari kehadirannya terbukti dengan wanita itu berenang mendekatinya.

"Bima mana?" Tanya Boy, menatap wajah Baby yang sore ini terlihat berkilau terkena cahaya matahari sore.

"Diajak pergi Papa sama Bunda" balas Baby, berenang menghampiri Boy.

"Padahal aku udah kangen banget" ucap Boy, mendesah lesu.

Satu minggu terakhir ini ia memang berada di luar kota untuk urusan pekerjaan yang membuatnya tak bisa bertemu langsung dengan Bima. Boy hanya bisa puas melihat wajah putranya dari sambungan video call.

Saking rindunya tadi dari bandara Boy tidak pulang ke apartemennya melainkan langsung pergi ke rumah Baby untuk mengobati rasa rindunya kepada Bima. Namun, ternyata putranya tidak ada dirumah.

"Nanti sorekan Bima nginep di tempat kamu" ucap Baby, memberi pengertian. Bima memang sengaja Kakek Neneknya bawa pergi keluar karena terus merengek menanyakan keberadaan Boy.

Mata Baby tak sengaja melihat kantung berlogo sebuah toko mainan, yang pasti didalamnya adalah mainan yang Boy bawa untuk Bima. Baby menatapnya jengah. Sudah berkali-kali ia katakan kepada Boy untuk jangan terlalu memanjakan Bima dengan mainan. Bahkan mainan yang sebelumnya Boy bawa saja masih tersimpan dan tersegel rapi, sengaja belum Baby buka. Banyak mainan yang Boy belikan juga tak sesuai dengan usia putra mereka. Tapi pria itu tak pernah mendengar ucapannya.

"Aku tau duit kamu banyak, tapi bisa stop beliin Bima mainan?"

"Itu bukan cuma untuk Bima, aku beliin Kevan sama Lea juga. Lagipula terakhir aku beliin Bima mainan udah 2 minggu lalu" ujar Boy, mencari alasan.

"Ya udah, terserah" balas Baby, malas berdebat.

Baby nemilih menyudahi kegiatan berenangnya karena tubuhnya sudah mulai menggigil. Ia naik kedarat membuat kulit tubuhnya yang hanya terbalut bikini berwarna putih terlihat jelas oleh pandangan mata Boy. Melihatnya pemandangan indah yang tersaji di depan matanya Boy sampai kesulitan menelan ludahnya sendiri.

Entah pikirannya saja atau bukan, tapi Boy merasa setelah melahirkan bentuk tubuh Baby semakin bagus saja. Terlihat berisi dibagian-bagian yang tepat. Tidak bohong malam-malamnya Boy masih sering terbayang percintaan panas mereka, hanya Baby wanita yang masih selalu ada dalam pikirannya. Pikiran waras maupun kotornya.

Baby sendiri menyadari jika Boy tak berhenti menatap tubuhnya, tapi ia mencoba acuh saja.

"Nafsu lo?" Tanya Baby, dengan senyum mengejek melihat Boy terus menatapnya seperti orang tolol.

"Hm, kontol aku berdiri" Mendengarnya Baby hanya bisa tertawa dengan puasnya. Sudah lama ia tak mendengar kalimat frontal seperti itu dari mulut Boy. Selama lebih dari satu tahun terakhir ini Boy benar-benar membuktikan jika ia adalah pria dan Ayah yang baik, tak pernah lagi Boy membicarakan hal mesum ataupun bersikap kurang ajar kepadanya.

Baby Boy [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang