Bab 27

41.5K 1.2K 82
                                    

Baby duduk di teras rumah sambil menunggu sang Bunda bersiap. Mereka akan pergi ke supermarket untuk membeli stok air minum Baby yang habis dan juga beberapa makanan yang Baby inginkan. Sembari menunggu tangan Baby tak berhenti mengusap perut bundarnya, mengajak bayinya didalam sana berbicara.

Baby hanya bisa terkekeh gemas ketika anaknya didalam sana seolah membalas ucapannya berupa sebuah tendangan-tendangan kecil.

Namun, suasana hati Baby yang tadi sangat baik mendadak berubah buruk ketika ia melihat gerbang rumahnya terbuka, lalu masuklah sebuah mobil yang ia kenal. Itu mobil Boy. Sudah satu bulan laki-laki itu hampir setiap hari datang ke rumahnya. 
Membujuknya agar mereka bisa kembali bersama yang selalu Baby tolak. Meski Boy sudah menjelaskan semua juga mengakui semua pikiran bejatnya dulu dan mengaku menyesali semuanya, tetap saja Baby tak bisa serta merta bisa menerima laki-laki itu kembali. Baby sudah terlanjur sakit hati. Ia benar-benar merasa dikecewakan oleh cinta pertamanya itu.

Baby memilih bangkit untuk masuk ke dalam. Ia masih malas bertemu Boy, ditambah moodnya yang kini gampang berubah. Setiap melihat wajah Boy, Baby merasa selalu kesal. Namun ketika ia bersiap untuk berdiri, Baby merasakan tendangan kuat dari perutnya. Seketika ia kembali duduk sambil meringis pelan.

"Hai Mama!" sapa Boy, dengan senyum lebarnya.

"Jijik" Baby mendengus sinis sambil memalingkah wajahnya, malas untuk melihat Boy.

"Cantik banget, mau kemana?" Tanya Boy, alih-alih duduk di kursi sebelah Baby ia memilih berjongkok dihadapan wanitanya itu. Hingga kini wajahnya sejajar dengan perut buncit Baby, ingin sekali rasanya Boy mendaratkan tangannya di atas sana. Ikut bergabung dengan tangan Baby yang terlihat sangat nyaman mengelus perut bundarnya. Namun, Baby selalu berteriak marah setiap ia mencoba melakukan itu.

"Bukan urusan lo!" Balas Baby, acuh. Baby bisa bernafas lega, ia tak perlu harus berlama-lama berhadapan dengan Boy saat melihat sang Bunda muncul dari pintu dan berjalan menghampirinya.

"Ada Boy, kamu pergi sama Boy aja deh, ya" ucap Rena, dengan santainya.

"Bun..." Seketika Baby melayangkan tatapan protesnya. Bundanya itu sudah tahu ia malas berlama-lama dekat Boy, bisa-bisanya malah memintanya pergi bersama Boy.

"Sama aja Kak, Kevan tidur takut nanti kebangun cariin Bunda" jelas Rena.

"Titip Baby ya, Boy" ucap Rena, mengelus puncak kepala Baby.

"Siap Tante" Setelahnya Rena masuk kembali ke dalam rumah meninggalkan Baby dengan Boy.

"Ayo, sayang"

"Enggak usah sayang-sayang, jijik" Dengan terpaksa akhirnya Baby mengikuti Boy masuk ke dalam mobil pria itu. Papanya saat ini sedang ada dinas ke luar kota, andai saja ada Papanya ia tak perlu harus terjebak dengan Boy. Pergi sendiri juga Baby tak berani dengan membawa perutnya yang sudah semakin besar sedangkan supir keluarga ikut mengantar Papanya pergi.

"Mama Baby" ucap Boy, masih senang menggoda Baby.

"Gue gak pernah nikah sama bapak lo" dengus Baby.

"Iya, tapi kamu Mama dari anak-anakku"

Baby yang malas berdebat memilih diam. Berbicara dengan Boy hanya menghambiskan tenaganya saja. Sepanjang perjalanan Baby memilih membuka ponselnya menonton video dan membaca beberapa artikel perihal perihal parenting. Semenjak mengetahui jika dirinya hamil, Baby selalu berusaha belajar mempersiapkan diri untuk menjadi seorang Ibu yang baik. Saking serius dengan ponselnya Baby sampai tak menyadari jika mobil yang Boy kendarai sudah melewati tempat tujuannya.

Baby baru tersadar ketika mobil Boy berhenti di parkiran sebuah supermarket yang jauh dari rumahnya. Seketika Baby langsung melayangkan tatapan protesnya, Boy sengaja membawanya ke supermarket yang jauh dari rumahnya.

Baby Boy [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang