Epilog

47.1K 1.3K 61
                                    

Ada satu ruangan di rumah yang sengaja Baby siapkan untuk ruang bermain anaknya namun kenyataanya mainan anak-anaknya tetap berhambur di berbagai sudut ruangan yang ada di rumah ini.

Kini Baby sedang menemani Bian, putra keduanya bermain didalam ruangan tersebut sembari menunggu Bima yang sebentar lagi pulang sekolah.

Baby hanya bisa terkekeh geli ketika perut bundarnya digunakan oleh Bian sebagai lintasan mobil mainannya. Saat ini Baby kembali mengandung anak ketiganya dengan Boy dan usia kandungannya sudah masuk di bulan ke 7.

Meski sebenarnya di awal mengetahui ia kembali mengandung Baby sempat merasa stress sebab Bian masih sangat kecil, saat adiknya nanti lahir Bian bahkan belum genap berusia 2 tahun. Putra keduanya itu masih sangat membutuhkan banyak perhatian.

Tapi, beruntungnya ada Boy juga keluarganya yang selalu mendukung juga. Semuanya memastikan Bian dan Bima tidak akan pernah kekurangan perhatian dan kasih sayang. Dan yang paling membahagiakan di kehamilan yang ke tiga ini adalah anak yang ada didalam kandungan Baby berjenis kelamin perempuan, keinginan Boy untuk memiliki seorang anak perempuan akan terwujud.

"Peut Mama besan" Baby harus pintar-pintar mengartikan segala ucapan yang keluar dari mulut Bian, pria kecilnya yang kini berusia 18 bulan itu memang masih belajar berbicara, masih banyak kata yang pengucapannya belum terlalu jelas. Seperti yang baru saja Bian katakan jika perut Mama besar.

"Ada dedek didalam" balas Baby, sambil mengelus perut bundarnya dengan gerakan memutar.

"Dede" ucap Bian, dengan suara lucunya. Baby meletakan tangan gempal putra keduanya itu di atas perutnya, agar Bian bisa merasakan jika adiknya didalam sana sangat aktif menendang perutnya.

"Dedek tendang perut Mama" jelas Baby, bukan pertama kali Baby menjelaskan jika di dalam perutnya kini sedang tumbuh satu makhluk yang kelak akan menjadi adik untuk Bima dan Bian, meski Bian terlihat masih tidak mengerti setidaknya Bian mebgetahui jika di dalam perut Mamanya sedang tumbuh calon adiknya. Yang membuat Baby selalu gemas dengan Bian adalah ekspresi penuh kekagetan yang Bian tampilkan masih sama setiap merasakan gerakan di atas permukaan perut bundar Baby.

"Dede tenang peut Mama" Beo Bian, dengan wajah mengkerut

"Mama satit, Dede natal" jerit Bian, dengan segera menjauhkan tangannya dari permukaan perut Baby. Bian tak mau Mamanya kesakitan karena kenakalan adik dalam perut Mamanya.

"Mama enggak sakit, dedek juga enggak nakal. Dedek tendang perut Mama itu artinya dedek senang main sama Kakak Bian" Baby kembali membawa tangan Bian di atas permukaan perutnya, lalu mengelusnya dengan gerakan memutar.

"Kakak Bian juga senangkan main sama dedek?" Tanya Baby, yang Bian balas dengan anggukan semangat.

"Nanti kalo dedek sudah lahir Kakak Bima dan Kakak Bian bantu Mama dan Papa jagain dedeknya ya. Nanti main sama dedeknya, ya" ucap Baby, mengelus rambut Bian yang ia ikat. Rambut Bian memang Baby biarkan panjang karena setiap Boy ajak potong rambut bocah itu selalu menangis ketakutan.

"Iya" balas Bian, meski sebenarnya bocah itu tidak terlalu mengerti dengan maksud ucapan sang Mama karena ada kata main didalamnya bocah kecil itu hanya mengangguk mengiyakan saja.

Selanjutnya Baby membiarkan Bian kembali asik dengan perutnya, bahkan kali ini Bian gunakan perut bundarnya sebagai lintasan kereta api. Sampai tak lama Baby mendengar suara sang putra sulung memanggilnya.

"Mama"

"Mama disini, Kak" Baby baru saja mencoba bangkit saat tiba-tiba pintu terbuka lalu masuklah Bima. Putra pertamanya yang kini sudah masuk sekolah dasar itu melemparkan begitu saja tas yang sebelumnya dipegang lalu langsung berhambur masuk dalam pelukan Baby.

Baby Boy [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang