Bab 9

64.2K 1.4K 34
                                    

Cidera yang ada di tangan Boy memang tak terlalu parah tapi tetap saja membuat laki-laki itu sulit melakukan kegiatan sehari-harinya. Beruntungnya selain tangan bagian tubuh Boy yang lainnya masih aman, tak ada luka yang mengharuskan penanganan lebih lanjut.

Selama itu juga dengan penuh perhatian Baby membantu merawat Boy, hingga Boy bisa pulang ke rumah. Namun, karena Boy hanya tinggal sendirian di rumah hampir setiap hari sepulang dan sebelum berangkat bekerja Baby mampir ke apartemen laki-laki itu. Beruntungnya jarak tempat tinggal Boy tak terlalu jauh dari tempat tinggalnya.

Seperti sekarang ini, Baby datang berkunjung ke apartemen Boy dengan membawa banyak makanan. Tadi sepulang bekerja Baby sempat mampir ke rumah orangtuanya karena sang Bunda sudah memasak banyak dan minta untuk mengantar sebagian makanannya kepada Boy.

Papa dan Bundanya sangat mendukung Baby membantu Boy melewati masa pemulihan. Bahkan tak jarang Papa dan Bundanya juga berkunjung langsung untuk melihat keadaan Boy.

"Makasih, sayang" Boy menerima piring berisi makanan yang sudah Baby siapkan untuknya.

"Makin cinta sama lo" ucap Boy, dengan pandangan berbinar menatap Baby penuh cinta. Namun, Baby bersikap acuh dengan tak mau memandang wajah Boy, sejujurnya ia malu.

"Gimana tangan lo?" Tanya Baby, ia ikut makan bersama Boy karena makanan yang disiapkan oleh Bundanya memang untuk porsi mereka berdua.

Boy menggerakan tangan kanannya ke atas dan kebawah, tangannya sudah jauh lebih baik. Hanya sedikit rasa linu yang ia rasa.

"Beruntung banget punya dokter pribadi, gue bisa sembuh lebih cepet"

"Enggak gratis, ada bayarannya"

"Gue bayar pake cinta" Baby terang-terangan mencibir mendengarnya.

"Dih, enggak sudi!"

"Tinggal sebut lo mau berapa, sayang. Atau lo mau apa, pasti gue turutin" ujar Boy, tangan kirinya terulur menggenggam pergelangan tangan Baby yang mana terpasang gelang berinisial nama mereka yang dulu pernah Boy berikan. Masih terpasang dengan cantiknya dipergelangan tangan Baby.

"Gue mau setelah tangan lo pulih total, ajakin gue liburan" pinta Baby.

"Siap sayang. Jangankan liburan lo minta cincin kawin sekarang juga pasti gue turutin" balas Boy, dengan semangat. Mendengarnya Baby hanya bisa memutar bola matanya jengah.

Keduanya makan dengan diselingi obrolan ringan. Sampai kemudian terdengar bel apartemen berbunyi keduanya saling berpandangan seolah bertanya siapa yang berkunjung.

"Biar gue aja yang buka" ucap Boy saat melihat Baby bersiap berdiri. Boy bangkit dari duduknya berjalan ke arah pintu sedangkan Baby memilih kembali melanjutkan makannya.

Baby bisa mendengar sedikit keributan karena penasaran siapa tamu yang datang berkunjung Baby berniat menyusul namun tak lama Boy kembali mendekat dengan seseorang yang tak Baby duga-duga. Tante Dena yang tak lain adalah Mama dari Boy.

"Bisa-bisanya kamu sakit Mama enggak dikasih tau, Kak" bisa Baby dengar sekilas percakapan diantara mereka.

"Loh, Baby?" Mata Dena seketika membola melihat siapa yang sedang duduk di atas kursi makan. Ia yang awalnya menggandeng sebelah tangan Boy seketika mendorong sedikit tubuh sang putra yang menghalangi jalannya lalu Dena berlari ke arah Baby, membawa tubuh Baby masuk dalam pelukannya.

Baby yang masih kaget dan tak menyangka bisa kembali bertemu dengan Dena awalnya hanya diam namun tak lama ia balas memeluk tubuh Dena tak kalah eratnya.

"Beneran Baby?" Tanya Dena, ia mengurai pelukannya lalu merangkum wajah Baby menggunakan kedua tangannya.

"Iya Tante, ini aku" balas Baby, tak lupa senyum terbaiknya.

"Tante dan yang lain apa kabar?" Tanya Baby.

"Semua baik, Om dan Lian nanti nyusul kesini, mereka pasti seneng bisa ketemu kamu" ujar Dena. Otaknya kini penuh dengan tanda tanya bagaimana bisa Baby bersama Boy. Seketika Dena langsung melayangkan tatapan tajamnya kepada Boy, bisa-bisanya Boy bertemu kembali dengan Baby tapi tak memberitahunya.

Untuk menuntaskan semua tanda tanya yang ada dikepalanya Dena
mencari tempat yang lebih nyaman untuk mengobrol, ia menarik tangan Baby menuju sofa. Meninggalkan Boy yang kini sedang membereskan bekas makan seorang diri, karena Dena melarang saat Baby akan membatunya. Dena tak menyangka setelah sekian tahun ia bisa kembali bertemu dengan Baby. Dena lihat tak ada yang berubah dari Baby, hanya saja aura wanita dewasa terpancar dari perempuan yang kini sedang duduk berhadapan dengannya.

Baby mulai menceritakan semuanya, bagaimana pertemuannya dengan Boy dan kenapa ia saat ini bisa berada diapartemen laki-laki itu. Kecuali satu yang belum Baby beritahu, perihal statusnya dan Boy yang sepakat menjalin hubungan asmara.

"Kamu tau Tante sedih ternyata kamu kasih Tante alamat palsu" ucap Dena, setelah Baby pergi dan komunikasi mereka tiba-tiba terputus, dulu ia dan keluarganya sempat menyusul ke alamat yang Baby beri namun setelah sampai ia baru mengetahui ternyata Baby memberinya alamat palsu.

"Aku masih malu sama Tante" balas Baby, sambil memutup wajah menggunakan kedua telapak tangannya. Dena yang mengerti apa yang Baby maksud hanya bisa mengelus bahu perempuan itu sambil mengucapkan kalimat penenang, sudah ia duga.

"Gak apa By, Tante masih yakin pasti dulu Boy yang paksa kamu. Anak itu emang brengsek, enggak ada perempuan yang tahan berhubungan lama sama dia" ujar Dena, yang tahu bagaimana seringnya Boy berganti pasangan. Dena yang tau bagaimana gaya pacaran Boy sampai takut jika anak laki-lakinya itu terkena penyakit menular.

"Baby pacarku" Boy yang baru bergabung menyela tak terima atas apa yang Mamanya ucapkan. Dena menatap Boy tak percaya, namun melihat sikap malu-malu yang Baby tunjukan sepertinya memang benar Baby dan anak laki-lakinya memiliki hubungan spesial. Kejutan lain yang ia ketahui hari ini, tentu saja mendengarnya Dena ikut berbahagia.

"Mama masih marah sama kamu, Boy. Enggak kasih tau kalo kamu dua kali kecelakaan dan yang lebih parahnya kamu sembunyiin Baby dari Mama!"

"Baby sendiri yang enggak mau ketemu Mama" balas Boy, padahal sejak awal ia sudah mengajak Baby berkujung ke rumah atau sekedar memberi kabar kepada Mamanya, namun Baby selalu menolak dengan alasan malu karena kejadian dulu.

"Jangan mau kalo dia minta aneh-aneh lagi, nikahin dulu" pesan Dena yang tentunya Baby angguki.

"Boy dengar Mama, jangan macam-macam sama Baby" Kini Dena beralih menatap anak laki-lakinya yang duduk tak jauh darinya. Namun, Boy terlihat acuh saja. Pria itu kini malah fokus dengan ponselnya.

"Boy!"

"Iya Ma, iya"

*****

Selagi ada mood mau langsung upload aja lagi.

Baby Boy [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang