OO | Cupcakes

64 8 0
                                    

| happy reading |
| don't forget to give your best support |


###


Sejauh aku hidup selama 22 tahun, jujur hari ini jadi hari yang paling mendebarkan untukku. Pagi ini, jantungku lagi-lagi tidak bisa kukendalikan. Namun ini jauh lebih parah dari saat aku wisuda dan wawancara kerja.

Hidup dan masa depanku bergantung pada tes yang akan kujalani saat ini.

Sebenarnya bukan tes besar, hanya melakukan testpack untuk mendapat jawaban dari kejanggalan yang aku rasakan selama seminggu ini. Untuk orang yang sudah menikah, ini bisa jadi momen berdebar yang membahagiakan, tapi untukku yang masih lajang, jelas ini jadi debaran perasaan gelisah. Aku takut, tapi demi mendapat kejelasan aku harus melakukan ini. Jadi dengan tekad yang bulat, aku mendatangi apotek kemarin malam, membeli 3 buah sekaligus dengan bermacam merk dan tingkat sensitivitas yang berbeda.

Bermenit-menit berlalu dengan hening, aku setia menunggunya sembari menutup kedua mataku. Aku cemas demi apapun, bahkan tak berani membuka mata setelah menunggu sekitar lima menit lamanya.

Nggak apa-apa, dia udah bilang akan bertanggungjawab kalau memang ada yang hadir dari kejadian itu.

Dengan sedikit dorongan semangat yang dibuat otakku sendiri, pelan-pelan aku akhirnya berani membuka mata. Dan aku melihatnya. Dua tanganku yang semula mencengkeram erat tepian wastafel langsung lemas detik itu juga.

Nggak mungkin...

Tanganku tiba-tiba tremor saat hendak mengambil testpack yang tersimpan di dalam wastafel itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tanganku tiba-tiba tremor saat hendak mengambil testpack yang tersimpan di dalam wastafel itu. Dia yang sedari tadi kutunggu dengan perasaan was-was, akhirnya mengeluarkan hasil yang praktis membuat kakiku lemas.

Testpack itu hasilnya garis dua. Yang artinya aku positif hamil?

Bagaimana ini?

Tidak, pertanyaan yang lebih pantas adalah- bagaimana bisa?

Demi Tuhan aku baru dapat pekerjaan. Tidak mungkin aku harus resign saat aku belum genap dua bulan berada di sana.

Ada banyak seandainya yang aku pikirkan. Seandainya aku tidak ke sana, seandainya aku tidak minum, seandainya aku tidak menaruh kepercayaan sebesar itu padanya, semua ini mungkin tidak akan terjadi. Tapi mau bagaimana lagi? Aku harus menerima fakta bahwa di dalam diriku ada seseorang yang sedang tumbuh. Aku sedang mengandung.

Tidak tidak, apa aku bisa? Bagaimana dengan reaksinya? Bagaimana dengan nasib karirnya? Haruskah aku memberitahunya?

Ini anaknya. Park Ji-young, walaupun dia seorang selebriti papan atas, dia tetaplah ayah dari anak ini dan harus bertanggungjawab atas perbuatannya.

Di tengah diriku yang sedang bergelut dengan pikiran sendiri, samar kudengar pintu kamar dibuka. Aku menoleh panik, buru-buru memasukkan testpack positif itu ke saku celana. Padahal orang yang di luar jelas tidak akan masuk kemari karena aku sudah mengunci pintunya tadi.

"Kak? Kak lo di dalem?"

Oh, Agam.

"Iya, kenapa?"

"Dipanggil Mama. Buruan sarapan katanya, lo mau ke dokter, kan?"

Damn, Tari.

"Iya, sebentar."

"Buruan. Awas kalau masih lama, yang kena omel gue ya, bukan elo."

"Iya."

Aku sempat menunggunya selama beberapa saat, dan setelah merasa adikku sudah keluar, aku akhirnya keluar dari kamar mandi. Lagi-lagi aku diam di sana, mengabaikan perintah Agam untuk turun sarapan.

Aku hanya bingung, bagaimana cara memberitahunya? Aku sadar aku harus segera melakukan itu untuk menutupi kecelakaan ini. Tapi perbedaan negara dan zona waktu kami jadi halangan paling besar. Dia di Seoul, aku di Jakarta. Perbedaan waktunya saja 2 jam lebih cepat dari waktu sini. Dan lagi, dia seorang aktor besar, aku tidak bisa bebas menghubunginya. Masalah lainnya adalah, pertemuanku dengannya hanya beberapa kali selama setahun kemarin. Hebat sekali aku sudah berani tidur dengannya.

Hanya karena dia aktor favoritku, aku memberikan semua kepercayaan dan perasaan yang aku punya padanya.

Naif sekali.

"KAK TARI LO LAGI NGAPAIN? CEPETAN TURUN!"

Aku sedikit terperanjat hingga benda yang sejak tadi kugenggam hampir lepas dari tanganku. Agam yang menyebalkan, selalu saja begitu. Karena tidak ingin membuatnya lebih marah, aku bergegas menyimpan asal testpack itu di dalam laci, berdampingan dengan testpack lain yang belum dipakai. Sepertinya aku tidak akan memberitahu siapapun untuk saat ini, termasuk Ji-young sendiri.

Tanpa aku sadari, aku baru saja membuat kesalahan kedua.

###

hiii! cupcakes hadir dengan sudut pandang baru! diambil dari pov tari, karena ada beberapa alasan yang mendukung. maaf udah ngilang selama seminggu ini, sekarang cupcakes akan mulai aku garap. thank you.




| 23byeolbamm|

Cupcakes | JisungWhere stories live. Discover now