11 | Cupcakes

12 4 0
                                    

| happy reading |
| don't forget to give your best support |

###


Aku tidak berbohong saat mengatakan tidak jadi pulang ke Indonesia kemarin. Saat menunggu di bandara, aku mengutarakan keinginanku untuk tidak pulang, dengan alasan aku masih ingin menikmati suasana ini. Awalnya Papa tidak setuju, tapi berkat pertolongan Mama yang membujuknya, akhirnya beliau menurut.

Aku masih belum puas menikmati suasana Seoul. Sungguh 4 tahun ini tidak banyak tempat yang kukunjungi dan makanan yang kucicipi. Aku sibuk mengejar cumlaude, tidak seperti Han Seungri yang meskipun santai tetap mendapat gelar summa cumlaude.

Lantas, berapa lama aku di sini? Semalam aku belum mengatakannya, jam terbang yang sudah tiba mempersingkat diskusi kami. Tapi hari ini aku sudah memutuskan, mungkin sampai akhir tahun saja. Toh, hanya sebulan.

Setelah apa yang terjadi semalam, aku hanya bisa tidur 3 jam. Jam 4 subuh tadi, kedua mataku terbuka dengan sendirinya dan aku tidak bisa tidur lagi. Bahkan setelah memandangi wajah tidur pacarku yang teramat damai. Untuk melakukan pekerjaan rumah di luar sepagi ini rasanya dingin, beberapa bagian badanku juga sakit—sepertinya aku tidak bisa berjalan untuk beberapa jam ke depan. Huft.

Dan untuk mengusir rasa bosanku, aku menulis random buku catatannya yang tak sengaja kutemukan saat membuka laci nakas. Seperti harta karun, karena aku bisa membaca beberapa catatan baru yang sudah dia tulis namun enggan dia tunjukkan padaku.

Isinya tak lebih dari harapan dan rencana untuk kehidupannya setelah lulus kuliah. Wow, dia sudah merencanakan semuanya dengan matang bahkan sampai tenggat waktunya pun tertulis.

Langsung bekerja setelah lulus, ada catatan tambahan usia yaitu 23 tahun—yang berarti tahun ini. Ada daftar yang harus dibeli untuk kebutuhan apartemen dan catatan keuangan juga—eyy, padahal dia tidak perlu pusing-pusing memikirkan uang. Uangnya sudah menumpuk di kartunya.

BAHKAN ADA RENCANA UNTUK MENIKAH DI USIA MUDA.

Ketika aku membacanya, aku speechless selama hampir satu menit. Teringat semalam dia melamarku. Dia tidak mungkin mengajakku menikah besok atau lusa, kan?

Di halaman selanjutnya, dia mendeskripsikan tentangku. Tentang pandangannya saat pertama bertemu denganku, pengakuannya yang menyimpan rasa padaku selama bertahun-tahun, dan harapan untuk hidup bersama dengan sepuluh anak.

Oke, aku tahu dia bercanda.

Dia seserius ini ternyata, aku terharu dan tak menyesal dengan apa yang kami lakukan semalam. Setelah menarik napas panjang, aku menulis deskripsi tentangnya juga di halaman sebelahnya. Anggap saja sebagai balasan. Aku juga menyelipkan permintaan maaf karena tak pernah menyadari perhatiannya selama ini adalah bentuk rasa sayangnya padaku. Aku pikir itu memang gelagat seorang teman. Terakhir, aku membalas kalimat cintanya, dan menerima lamaran yang dia tulis. Namun dengan catatan tidak dalam waktu dekat alias tunggu sampai kami sama-sama lebih dewasa.

Aku tidak tahu berapa lama aku menulis, karena saat aku selesai dan menutup bukunya kembali, kulirik Han Seungri masih nyaman tertidur. Kali ini aku tidak melihat wajahnya lama-lama, karena fokusku lebih pada beberapa luka bekas kuku yang menyerupai bulan sabit di bahunya. Ulahku semalam, ternyata tanpa sadar aku telah menyakitinya.

Lupakan soal itu, pagi telah tiba karena gorden terlihat lebih cerah.

"Han Seungri..." Perlahan aku menepuk pipinya sebanyak dua kali. Mudah sekali membangunkannya, hanya sentuhan itu kelopak matanya sudah bergerak-gerak. "Sudah pagi," sambungku ketika matanya memandangku sayu.

Cupcakes | JisungWhere stories live. Discover now