26 | Cupcakes

15 4 0
                                    

| happy reading |
| don't forget to give your best support |

###







Ini bukan pertama kali. Aku sudah sering melihat kerumunan orang yang sama-sama mengagumi Park Ji-young, baik di dalam acara maupun di jalanan kota Seoul. Seharusnya aku biasa saja, tapi entah apa yang terjadi padaku, hari ini aku merasa jauh dari kata biasa. Perasaan gugup bercampur dengan banyak pikiran negatif, aku jadi merasa takut tanpa alasan.

Aku tidak tahu apa ini karena kali pertama kami bertemu lagi setelah sekian bulan, atau karena aku takut dengan reaksi yang diberikan pria itu setelah tahu kehamilanku.

Hari ini fanmeeting idolaku, Park Ji-young. Aku berakhir pergi berdua dengan Agam seperti kesepakatan. Dia kini di sampingku, namun dia tak sekalipun berani bertanya atau mengajakku berbincang sejak kami duduk. Entah, sepertinya Agam merasa segan setelah melihatku bertengkar dengan Mama pagi ini.

Tanpa diberitahu sepertinya kalian sudah bisa menebak apa yang kami debatkan.

"Perutmu mulai kelihatan, kamu mau menanggung malu sendirian?"

Aku bahkan masih ingat bagaimana ekspresi dan nada yang dikeluarkan Mama yang saat itu sedang menyapu lantai ruang tengah. Aku hanya menjawab sekenanya, dan harus ku akui kalimat itu merusak moodku di pagi ini.

Namun Agam yang berniat membelaku justru mendapat sahutan tak kalah mengiris hatiku. Moodku semakin hancur.

"Nunggu dia siap sama aja memperbesar peluang dia mempermalukan keluarga kita, Agam. Kamu paham itu gak sih?"

Apa aku akan mempermalukan keluarga?

Jawabannya, iya.

Aku tidak tahu berapa lama lagi waktu yang kupunya hingga semuanya terungkap, tapi aku harus mulai mempersiapkan diri dari sekarang. Aku tidak boleh lemah, sampai anak ini lahir. Karena setelahnya, biar jadi urusan Park Ji-young saja.

Suara jeritan yang tiba-tiba meriuhkan aula utama membuatku mengerjap karena terkejut. Rupanya artis yang ditunggu sudah hadir di depan sana. Park Ji-young yang termasuk ke dalam jajaran aktor dengan bayaran tinggi.

Aku bagaimana? Jangan tanyakan bagaimana perasaanku. Jantungku berdebar kencang seiring dia berjalan dan duduk di depan sana, semakin tak karuan saat tatapan mata kami bertemu. Singkat, dia hanya tersenyum. Aku tidak yakin dia menemukanku atau hanya menyapa penggemarnya secara formal.

Nak, kamu sudah selangkah lebih dekat dengan ayahmu.

Di tengah suasana itu, Agam mendadak berbisik ke telingaku.

"Dia, kan?"

"Apa?"

"Bapak bayi lo."

Saat itu tubuhku seperti disengat aliran listrik dengan jumlah volt yang banyak dalam satu waktu. Seluruh bagian tubuhku melemas, bingung sekaligus terkejut menerima fakta Agam benar-benar pandai dalam menebak. Tapi, bagaimana bisa?

***

"Kalau lo kenapa-napa siapa yang disalahin? Gue! Gue yang diberi amanat buat jaga lo selama di sini. Nggak. Gue ikut."

Berdebat dengan Agam di ruang publik, aku sejujurnya sangat malu. Apalagi suara Agam yang tinggi jelas bisa didengar orang-orang yang masih di dalam aula. Terbukti mereka yang masih di sekitarku menatap kami penuh penasaran. Demi Tuhan situasi ini terlihat aku seperti sedang berdebat dengan suamiku. Mungkin itu juga yang membuat orang-orang di sana enggan ikut campur.

Cupcakes | JisungWhere stories live. Discover now