14 | Cupcakes

7 3 0
                                    

| happy reading |
| don't forget to give your best support |

###





"Apa sakit sekali? Wajahmu..."

Aku menatap prihatin Han Seungri yang berbaring telentang di sisiku. Sejak tadi dia hanya diam, dan wajahnya seperti menyiratkan kesedihan. Aku jadi merasa bersalah, tapi mau bagaimana lagi? Situasinya tidak memungkinkan.

"Aku akan tidur saja."

Dia memunggungiku kemudian, aku membelalak tak percaya. Demi Tuhan, Han Seungri jika merajuk ternyata bisa sangat merepotkan. Padahal aku tidak sepenuhnya bersalah. Dia saja yang tidak mau mengerti kondisiku. Dasar aneh.

"Tidur saja, tidak usah bangun lagi sekalian!"

Itu jadi kali kedua, kami tidur saling membelakangi.

***

Ternyata kalau sudah cinta, tidak bisa marah lama-lama. Saat bangun dan menemukan dia masih di sampingku, dengan wajah yang jauh lebih polos dibanding saat dia sadar, kemarahan yang kusimpan selama tidur menguap begitu saja. Hilang, habis tak bersisa.

Dari samping begini, yang kutatap pahatan wajah bagian kanannya. Rahang tegas, hidung mancung, bibir pink pucat, kulit putih. Tapi dari semua itu, yang paling menarik perhatianku adalah sejak kapan bulu matanya menjadi sangat lebat? Untuk ukuran laki-laki, itu malah jadi terkesan cantik. Tapi aku suka.

Kumainkan bulu matanya, tidak peduli dia terusik. Toh, dia harus bangun karena sudah hampir jam 7.

"Bangun, hei." Aku tak bisa menahan tawaku kala melihat dia kebingungan. Tentu saja nyawanya belum terkumpul sempurna. "Mandilah dan siap-siap, aku akan siapkan sarapan."

Sebelum keluar, aku mencuci muka lebih dulu. Namun begitu aku keluar dari kamar mandi, kulihat pacarku yang ganteng itu malah kembali masuk ke alam mimpi. Aku menggeleng kepala tak habis pikir.

"Bangun! Kau tidak mau bekerja?"

"Sebentar lagi..."

"Tidak ada. Bangun sekarang atau aku pulang."

Walau dalam hati mungkin ingin sekali mengumpat, Han Seungri-ku akhirnya bangun. Aku tahu itu gelagat terpaksa, jelas sekali dia malas bangun. Makanya untuk membuatnya segar di pagi yang dingin ini, aku mengecup bibirnya sekilas. Dan lihat betapa cepat perubahan di kedua matanya yang langsung terbuka lebar-lebar. Aku terkikik, cepat menjauh sebelum dia menarikku.

"Kalau jam 8 kau belum juga keluar, aku pulang malam ini."

***

Apa yang kukatakan tadi sebenarnya hanya ancaman kosong, maksudku agar Han Seungri cepat bangun. Tapi saat aku berjalan menuju dapur, ponsel yang sejak tadi aku genggam tiba-tiba saja bergetar panjang, refleks aku melihatnya, cukup terkejut karena sebaris nama Papa yang tertampil sangat jelas.

Yang kemudian membuatku berpikir, apa perkataanku sebelumnya adalah sebuah firasat?

"Iya, Pa?"

"Anak Papa baik-baik aja di sana? Gimana kabar kamu?"

"Aku baik. Papa sendiri?"

"Papa nggak, Nak."

"Hah?"

"Papa kangen putri Papa..."

Ya Tuhan, bikin kaget saja.

"Kapan kamu pulang?" Aku sudah yakin Papa pasti akan membawa topik ini di dalam percakapan kami.

Cupcakes | JisungWhere stories live. Discover now