O3 | Cupcakes

21 5 0
                                    

| happy reading |
| don't forget to give your best support |

###

Sebagai penggemar, mendengar kabar bahwa pekerjaan idolnya disambut begitu antusias, tentu saja aku senang. Apalagi proyek terakhir Ji-young kemarin, film Death Note, benar-benar sukses besar. Dua bulan berlalu sejak film yang rilis awal Desember kemarin, kudengar dia sampai menggelar tur Asia dan pergi ke 7 negara. Itu suatu pencapaian yang baik setelah hiatusnya kemarin.

Aku tahu betul salah satu sifat manusia adalah serakah. Doaku agar pekerjaannya lancar dan sukses terkabulkan. Namun aku ingin dia lebih lagi. Dia harus mendapat yang lebih untuk semua kerja kerasnya yang harus mengorbankan masa muda. Minimal harus seperti aktor seniornya, Lee Min-ho yang menjadi idaman ibu-ibu tetanggaku di Indonesia. Atau Kim Bum yang tahun kemarin terlibat proyek film dengan Maudy Ayunda.

Sebentar, kenapa aku malah mengabsen aktor-aktor Korea, sih?

Kerjakan dulu skripsimu, Tari!

Aku mendengus keras-keras, kalau bukan karena mengejar cumlaude, aku tidak akan seburu-buru begini. Aku bahkan masih di pertengahan semester tujuh. Tapi kupastikan aku akan lulus wisuda akhir tahun ini. Semoga saja.

Puncak musim dingin sudah berakhir akhir Januari kemarin, dan ya... aku kembali masuk poliklinik karena terserang flu. Di pertengahan Februari ini, untungnya aku sudah sehat.

Aku sendirian sekarang. Duduk di bangku taman fakultas. Han Seungri... entah ke mana laki-laki itu, sejak pagi sampai sore begini, dia tidak sekalipun menghubungiku. Aku pun tak melihatnya berkeliaran di kampus. Mungkin dia sedang pulang ke rumahnya, atau justru mencari pacar di kencan buta?!

Jari-jariku yang semula lihai mengetik dalam laptop praktis berhenti. Kalau opsi kedua benar, wah... aku sudah tidak punya kesempatan lagi.

Lalu kau kemana saja selama 3 tahun kemarin, Tari?

Sebentar...

Apa itu artinya aku... menyukainya?

Eh, apa kataku barusan?

Tidak! Aku tidak mungkin menyukai sahabatku sendiri. Aku tidak rela dia punya pacar alasannya hanya satu, aku tidak ingin waktu bersamaku dengannya menipis karena dia punya wanita lain. Sungguh, temanku hanya dia. Aku mungkin mengenal dan sering berbincang dengan beberapa senior, tapi yang paling dekat denganku hanya Han Seungri. Yang Papa percaya hanya Han Seungri.

Damn, lagi-lagi aku sibuk berpikir hal lain daripada memperbaiki revisi yang diberikan Miss Choi.

Oke, ini tidak akan berjalan baik ketika pikiranku saja sedang tidak bersamaku. Aku tidak bisa memikirkan satu kalimat pun untuk kuisioner yang harus kubuat. Jadi daripada membuang waktu, aku menutup halaman Microsoft Word di laptopku, menggantinya ke halaman beranda yang memuat wallpaper Park Ji-young.

Oh, dia tampan sekali.

Astaga Tari, sadarlah! Berhenti mengagumi laki-laki tampan seperti Park Ji-young dan Han Seungri. Ada tugas yang harus kau selesaikan, yaitu skripsi!

Tas ransel biru langit tersampir di bahuku saat aku berdiri, meninggalkan area itu dengan tangan sibuk mengotak-atik ponsel. Aku akan mencoba menghubungi Han Seungri.

"Kau di mana?"

"Di sini!"

Mataku yang semula memandangi kaki yang tengah berjalan seraya menendang-nendang kerikil kecil sontak mendongak. Namun, tak aku temukan siapa-siapa di depan sana.

"Di samping kiri, Tari."

Aku menoleh cepat sesuai arahannya, lalu kutemukan sosoknya di kejauhan. Mungkin sekitar 30 meter? Raut wajahnya yang sebelumnya buram di penglihatanku pelan-pelan semakin jelas, sampai kini dia berdiri tepat di depanku.

Cupcakes | JisungWhere stories live. Discover now