O2 | Cupcakes

30 4 0
                                    

| happy reading |
| don't forget to give your best support |

###

Sepertinya aku baru mengetahui sisi positif dari mengagumi Park Ji-young. Jika sebelumnya aku banyak diejek karena terlalu fokus padanya, maka kini aku akan sangat bangga mengatakan aku berhasil masuk Universitas Hanyang karena dirinya.

Ini tidak bohong. Aku melanjutkan studi di Korea Selatan tujuan utamanya karena ingin lebih dekat dengan Park Ji-young. Bayangkan saja, enam tahun aku memendam perasaan karena tidak pernah bertemu dengannya.

Ya... walaupun selama tiga tahun hidup di kota yang sama, aku hanya mampu melihatnya dari jauh, tidak berhadapan secara langsung. Apalagi bertemu secara tidak sengaja di luar seperti yang dipamerkan orang-orang di sosial medianya.

Aku lahir dari keluarga yang sederhana- maksudku, tidak kaya-kaya amat yang bisa liburan sampai ke luar negeri. Enam tahun dari bangku SMP sampai SMA, aku mengagumi sosok kerennya hanya dari ponsel saja, itu pun sangat amat terbatas karena peraturan yang dibuat Mama untuk fokus belajar.

Aku berterima kasih pada Mama karena berkat peraturan itu, aku bisa lulus di kampus incaranku. Walau butuh sedikit perjuangan karena aku masuk jalur beasiswa, aku bersyukur karena kuliahku dimudahkan.

Namun tetap, di awal aku merasa kewalahan dengan jam belajar di sini yang jomplang banget sama jam belajar Indonesia. Ketat dan gila-gilaan! Aku sampai harus dapat infus minimal sebulan sekali, untungnya setahun kemudian aku sudah bisa beradaptasi.

Menuju kelulusanku, apalagi saat aku pulang ke Indonesia nanti, akan aku pamerkan pada teman maupun keluargaku, bahwa aku berhasil lulus di kampus terkenal karena mengidolakan Park Ji-young. Tidak sia-sia title jones yang tersemat di namaku. Karena aku benar-benar jadi fokus pada pendidikan.

Tidak ada kendala yang cukup merepotkan selama aku di sini. Aku cukup dibantu oleh Han Seungri, sahabatku yang minggu lalu membelikan tiket press screening film Death Note. Anak tunggal kaya raya itu banyak mentraktirku makanan yang enak-enak, sampai aku jarang mengeluarkan uang saku.

Hari ini, kami kembali duduk berdua di salah satu meja ruang belajar. Duduk berhadapan namun tidak ada percakapan, sejak tiga jam yang lalu, kami mengerjakan tugas bersama di tempat sunyi ini.

Dua menit ketika aku masih sibuk berkutat dengan papan ketik laptop, kulihat Han Seungri membereskan buku-bukunya. Apa yang laki-laki itu lakukan menarik seluruh atensiku hingga aku berhenti mengetik, dan beralih menatapnya dengan heran.

"Kau sudah selesai?"

Dia mengangguk ringan. "Sudah. Ayo jalan-jalan sebentar di luar."

"Aku belum selesai..."

Dia tidak menjawab, tetapi berjalan lalu berhenti tepat di sampingku. Menunduk untuk melihat tugas yang tengah kukerjakan. "Oh, ini. Aku saja yang kerjakan."

"Hah?"

"Kemarikan." Bahkan dia tak memerlukan izinku dan langsung mengambil laptopku dengan wajah tanpa dosa, aku saja masih mencerna kalimatnya saat laptop kembali menghadap padaku. "Sudah."

"What?!"

"Kau lihat saja sendiri."

Dia benar. Soal nomor 2 yang belum kujawab sudah dapat penyelesaian. Astaga dia pintar sekali!

"Hei, terima kasih. Aduh... aku traktir kau makan mau?" Ini sebagai ucapan terima kasih, karena aku benar-benar berhutang budi padanya.

"Uangmu sudah turun?"

Cupcakes | JisungWhere stories live. Discover now