15 | Cupcakes

12 3 0
                                    

| happy reading |
| don't forget to give your best support |

###







Di luar kesepakatan bersama bahwa aku akan pulang sebelum malam, nyatanya kini aku telah pulang sebelum petang datang. Aku tidak tahu persisnya jam berapa, hanya saja langit masih terang saat aku melihat di jendela kamar.

Begitu sampai, aku langsung bersembunyi ke kamar. Namun belum sempat aku membaringkan tubuh di atas ranjang, kakiku yang lemas duluan malah membuatku berakhir duduk bersandar di pintu kamar. Menangis untuk yang kesekian kali, aku merasa bodoh karena tak tahu cara menghentikan tangisan ini. Bukan apa, sesaknya mulai membuatku kesusahan mengambil napas.

Aku butuh Han Seungri. Namun dia pulang masih beberapa jam lagi.

Aku bahkan tidak menyangka bahwa aku akan berakhir tidur di sana. Mungkin lebih tepatnya ketiduran, karena posisi kepalaku yang bertumpu pada lutut, hingga leher belakangku terasa sakit.

"Tari? Kenapa dikunci?"

Oh, aku melupakan alasan kenapa bisa sampai terbangun. Aku mendengar suara ketukan pintu beberapa saat sebelumnya, lalu barusan suara Han Seungri. Di titik ini aku tersadar bahwa sekarang sudah malam.

Aku tidak perlu berpikir panjang setelah tahu yang di luar adalah Han Seungri, dalam satu kali gerakan aku sigap berdiri, yang akhirnya membuatku merintih karena pusing, juga sempat merasa seperti melayang walau sebentar. Cepat-cepat kuraih pegangan pintu, membukanya dan langsung menubruk tubuh kekar pacarku.

Dan meski sudah lelah, wajahku kembali banjir air mata. Ini adalah perasaan tenang karena bisa melihatnya lagi.

"Kau kenapa, hei?"

Balasanku hanya menggeleng. Namun sepertinya itu sangat kurang untuk Han Seungri, lelaki itu justru melepas paksa pelukanku, dari matanya kulihat dia seperti terkejut melihat keadaanku.

Apa aku sekacau itu?

"Wajahmu pucat sekali, kau tidak makan? Dan ini kenapa bisa terluka begini astaga..." Aku terdiam dengan masih sesenggukan saat jemarinya meraba bibirku yang terluka. Aku bahkan terkejut yang kulakukan untuk menghapus jejak Park Ji-young ternyata sampai membuat bibirku terluka.

"Bukankah kau habis dari Park Ji-young? Dia yang membuatmu begini?"

Iya. Namun yang kulakukan justru menggeleng. "Tidak."

Maafkan aku telah berbohong, tapi aku tidak ingin menjadi penyebab perseteruan antara dua laki-laki ini.

"Lalu siapa?"

Sekali lagi, aku menggeleng. "Han Seungri, aku... tidak ingin tinggal di sini."

"Maksudmu?"

"Apa kita bisa tinggal di rumah orangtuamu saja? Aku benar-benar tidak ingin di sini..."

"Kenapa?"

Untuk beberapa saat, aku terdiam. Bingung harus merangkai kebohongan yang bagaimana karena aku tidak boleh melibatkan Park Ji-young di sini.

"Di lift tadi, aku bertemu seseorang, dia membuatku tak nyaman karena terus mengajakku bicara. Dia sampai berani meminta nomorku padahal aku sudah memberitahunya aku punya pacar."

Dia sedang menahan amarah, aku merasakan cengkraman tangannya di bahuku semakin kuat. "Siapa laki-laki brengsek itu?"

"Aku tidak tahu, tapi sepertinya masih satu lantai dengan ini, dia keluar lift bersama denganku."

Aku tidak menyangka dampak kebohonganku ini ternyata cukup besar, lihat saja bagaimana Han Seungri yang seperti sedang menahan amarah setelah mendengarkan ceritaku. "Kau sama sekali tidak mengenalnya?"

Cupcakes | JisungWhere stories live. Discover now