18 | Cupcakes

12 3 0
                                    

| happy reading |
| don't forget to give your best support |

###








Setelah aku pikir-pikir, daripada membenci Park Ji-young, aku jauh lebih membenci diriku sendiri. Marah saja sudah tidak sanggup saking kecewanya. Aku kecewa pada diriku.

Ingatanku sangat lemah pada kejadian semalam. Bahkan aku tidak tahu berapa banyak aku minum karena yang berhasil kuingat hanya racauanku yang terus meminta soju. Namun aku ingat betul saat seseorang berusaha menggendongku, yang kukira adalah pacarku, ternyata orang lain.

Dari bangun sekitar satu jam yang lalu, aku belum berani keluar kamar. Hanya Park Ji-young yang ku suruh keluar dan pulang. Tidak, aku tidak bisa menghadapi pacarku, walau dia sepertinya belum bangun karena masih belum menyusulku.

Setengah jam kemudian, setelah memantapkan hati dan memaksa diri beranjak, aku melangkah pelan menuju luar. Kubiarkan dingin lantai menusuk-nusuk telapak kakiku.

Hawa sisa semalam masih bisa kurasakan begitu aku tiba di luar. Dan seperti dugaanku, seseorang yang kucari masih terlelap nyaman dalam mimpi. Dia terbaring di sofa dengan satu tangan menjuntai ke bawah. Namun yang menarik perhatianku adalah meja di dekatnya yang telah bersih. Botol-botol sudah tidak ada, balon yang semula dibiarkan di lantai juga sudah tidak ada. Ruang tamu ini lebih rapi dari bayanganku.

Dibersihkan Park Ji-young?

"Han Seungri."

Aku berlutut di dekatnya, menepuk-nepuk pipinya pelan hingga dua mata yang terpejam itu bergerak-gerak samar. Han Seungri dengan mata sipitnya akhirnya membalas tatapanku.

"Sudah siang," sambungku. Dia mengusap wajah lalu bertukar posisi jadi duduk. "Bersihkan dirimu, aku akan buatkan sup pengar."

Dia mengangguk dan berlalu, namun belum juga kembali bahkan setelah aku selesai membuat sup pengar. Sambil menunggunya, aku memilih membereskan ruang tengah. Baru saat aku tengah menbersihkan sofa dengan vacum cleaner, sosoknya yang lebih segar berjalan menghampiriku.

"Semalam kau pindah?"

Pertanyaannya membuat pergerakanku berhenti beberapa saat. Dadaku berdebar panik saat menoleh ke arahnya. "Hm?"

"Jam 3 pagi tadi aku sempat bangun sebentar, tapi aku tidak menemukanmu. Kau pindah ke kamar?"

"... iya. Maaf."

"Kau tidak perlu minta maaf, itu bagianku. Di sini pasti dingin kemarin."

"Apa kau ingat yang terjadi semalam?" Aku sepenuhnya meninggalkan pekerjaanku yang belum selesai, ganti duduk di sampingnya. "Aku tidak mengingat apapun, apa aku sangat mabuk?"

"Kita bertiga mabuk, dan kau memang yang paling parah. Sementara Park Ji-young tidak."

"Kenapa bisa?"

"Dia beberapa kali menolak saat kusodorkan gelas." Han Seungri nenarik napas panjang. "Kurasa dia sengaja membatasinya karena sadar harus ada seseorang yang waras di sini."

"..."

"Dia sudah pulang pasti. Kalau rasa penasaranmu belum habis, tanyalah dia, dia pasti ingat semua yang terjadi semalam."

Bagaimana itu mungkin? Sementara jawabannya tadi pagi sangat bertolak belakang dengan penjelasan ini.

"Aku tidak ingat. Maaf."

***

Aku melangkah cepat setelah keluar dari lift. Berjalan sendirian menuju unit apartemen Park Ji-young yang berada di ujung. Ini minggu, seharusnya dia ada di rumah. Walau jadwal kerjanya tidak menentu seperti pekerja kantoran. Aku tidak peduli dan memilih nekat.

Cupcakes | JisungWhere stories live. Discover now