13 | Cupcakes

11 3 0
                                    

| happy reading |
| don't forget to give your best support |

###



"Hai."

Sepertinya aku tidak ada sebulan tak melihatnya, tapi lihatlah sebanyak apa perubahan yang ada pada diri Park Ji-young. Rambutnya lebih pendek dari yang terakhir aku ingat, dan entah perasaanku atau bukan, dia sedikit lebih berisi.

Aku pangling karena sudah tidak pernah melihat dia lagi di sosial media.

"Masuklah."

Derit pintu, berikut suaranya menarik kembali atensiku yang dengan bodohnya malah menelisik penampilannya. Sadar, Tari, jangan salah fokus.

Setelah pesan itu, kami memang sepakat bertemu. Untuk mengganti yang terjadi tempo hari, aku hanya butuh waktu setengah jam untuk memutuskan mengingat waktunya pasti tidak banyak.

"Aku belum menyiapkan apa-apa karena baru pulang, tapi kebetulan aku habis belanja."

Oh, aku menyadari kehadiran beberapa barang yang sebelumnya tidak ada di tempatnya, rumah ini sekarang jauh lebih lengkap. Bahkan alat-alat di dapur pun sudah banyak.

Sementara itu, di balik meja dapur, Park Ji-young mengeluarkan barang-barang belanjaan dalam dua dus ukuran sedang. Banyak, yang kemudian memunculkan satu pertanyaan dalam kepalaku.

"Apa kau mendapat jatah libur panjang?"

Tak terduga, laki-laki itu mengangguki pertanyaanku. "Sampai akhir tahun."

"HAH?"

"Sebenarnya tidak full libur juga karena aku harus menghadiri acara award. Tapi jadwalku sedikit akhir tahun ini." Dia tertawa, dan di titik ini aku sadar, tawanya merdu sekali.

"Omong-omong, selamat natal dan tahun baru."

Natal masih seminggu lagi dan tahun baru 5 hari setelahnya, aku jadi bingung mau menanggapi dengan apa. Akhirnya tersenyum tipis dan berjalan mendekatinya. Niatku ingin membantu membuka dus kedua, tapi...

Aku tidak sengaja menyenggol ponselnya sampai jatuh. Parahnya, saat aku refleks merunduk untuk memungutnya, kepala kami justru membentur dan itu lumayan bikin pusing. Kami sama-sama meringis.

"Maafkan aku. Apa sangat sakit?"

Tahu rasanya pusing yang sampai ngilu ke gigi? Itu rasanya! Tapi aku tak mau membuat Park Ji-young khawatir berlebihan, jadi aku hanya menggeleng dan kembali berdiri.

"Ponselmu, tidak apa-apa?" Aku bertanya loh, tapi dia hanya mengambil ponselnya dan menyimpannya lagi di atas meja. Tidak memeriksanya padahal jelas-jelas aku baru saja bertanya.

"Jie? Kenapa tidak diperiksa?"

"Nanti saja. Tidak apa-apa."

"Kalau begitu aku saja—"

"Tidak!"

Pertama kalinya mendengar dia menyeru sekencang itu, bagaimana mungkin aku tidak terlonjak? Aku sampai praktis mundur, wajahku mungkin sudah pias.

"Maaf."

Kecanggungan hampir menguasai udara di sekitar kami setelah ucapan maafnya, tapi aku cepat-cepat berdeham untuk mengusirnya. "Kalau ada apa-apa, beritahu aku," pintaku kemudian, tersenyum tipis dan lekas sibuk membuka dus.

Meski tidak diniatkan, kami berakhir memasak bersama. Semua berawal ketika aku sedang memasukkan bahan-bahan ke dalam freezer, lalu menemukan seonggok daging yang sudah keras, aku lantas berinisiatif memasak sesuatu untuknya. Park Ji-young sendiri setuju tanpa banyak bantahan, juga ikut membantu dan harus aku akui, dia cukup kompeten untuk ukuran selebriti laki-laki. Dalam waktu 2 jam, daging iga bumbu tersaji menggiurkan di atas piring.

Cupcakes | JisungWhere stories live. Discover now