PAPA

789 28 2
                                    

"Kenapa harus sedih? Kan udah hancur dari kecil."

***

Situasi malam ini, dirumah Allana seperti biasa. Rumah begitu besar, namun di dalam nya hanya ada Allana dan satu irt yang mengurus Allana sedari dirinya kecil.

Orang tua yang jarang sekali pulang dan Kakak lelakinya yang memilih untuk tinggal di Apartemen. Membuat hari-hari Allana dirumah hanya sendirian.

Saat ini Allana sedang duduk sendiri di meja makan. Tatapan yang terus menatap kearah pintu utama, seakan dirinya sedang menunggu seseorang yang datang.

Setengah jam yang lalu memang Allana memberi kabar abangnya untuk datang, dan langsung di—iyakan oleh Daegar.

Baru saja mobil dengan merk Lamborghini urus 4.0L, bewarna merah. Memasuki pagar rumah itu. Saat sudah terparkir di pekarangan luas, pintu mobil terbuka dan lelaki dengan tinggi berkisar 180cm keluar dari sana.

Dia daegar, Daegar Cakra Argarend. Lelaki itu memenuhi keinginan Allana yang menyuruhnya malam ini pulang kerumah.

Sebenarnya, Daegar tidak ingin pulang kerumah ini. Tetapi jika adiknya yang meminta, Daegar tidak perlu berfikir dua kali untuk meng—iyakan permintaan Allana.

Derap langkah kakinya yang memasuki rumah, membuat bibir Allana tertarik keatas dan membuat senyuman manis terukir di wajah cantiknya kala melihat kakak laki-lakinya sudah berada duduk didepannya.

"Kenapa menyuruh abang pulang?" Tanya Daegar, menatap sang adik yang berada di sebrangnya. Keduanya duduk berhadapan, meja makan menjadi penengah antara kakak beradik itu.

"Lo emang ga kangen sama gue?" Tanya Allana memandang jengah Daegar yang saat ini tengah terkekeh itu.

"Ada apa?" Bukannya menjawab, Daegar malah melayangkan kembali pertanyaan kepada Allana. Ia tau, saat ini Allana sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

Pasalnya, Allana malam ini tidak seperti biasanya. Daegar dapat melihat mata adiknya sembab, seperti baru saja menangis.

Allana menghela nafas panjangnya. "Tadi ketemu mama," tuturnya. Membuat Daegar merubah raut wajahnya yang dari tersenyum kembali datar.

"Dimana?"

"Cafe"

Tangan Allana merambat, meraih ponsel yang berada di dekatnya. Jarinya berkutik diatas layar yang menyala. Membuka dan mencari foto yang tadi sempat ia ambil saat berada di toko buku.

Saat sudah ketemu. Ia menyerahkan ponselnya kedepan Daegar, lelaki itu menatap tajam layar ponsel yang berada di hadapannya.

"Kamu udah makan?"

Allana menggeleng, daegar merogoh ponselnya dan memainkan benda pipih itu, mengirimkan pesan kepada seseorang.

"Sebentar lagi Arsen datang. Keluar sama dia cari makan," ucapnya menyuruh.

Lagi lagi Allana menggeleng, "mau makan sama abang."

"Abang ada urusan Allana," ucap Daegar, menatap Allana intens

"Allana mau makan. Tapi sama abang," tekannya langsung diangguki oleh Daegar.

"Oke, kamu ambil jaket. Abang tunggu disini," Allana mengangguk dan tersenyum senang.

Dia beranjak dari duduknya dan membawa langkahnya untuk menaiki tangga menuju kamarnya yang berada di lantai 2.

Daegar kembali memainkan ponselnya. Menelfon seseorang lewat benda pipih itu. Setelahnya, ia dekatkan ponsel itu ketelinganya, menunggu panggilannya dijawab.

SECRET ADMIRERWhere stories live. Discover now