Perhatian atau Kasihan?

411 18 0
                                    

"Dia menyepelekan rasa sakitnya hanya untuk terlihat baik-baik saja"

-Hastanta Dewangga-

***

Derum suara motor kian mendekat dari jalanan tepat di depan rumah besar milik keluarga Adyaksa.

Menyelinap masuk melewati pintu gerbang yang sudah terbuka lebar. Dari arah depan, mobil putih muncul dari sana, bersimpangan dengan motor itu dan keluar melewati gerbang, melaju kencang.

Motor sport itu terparkir di sudut halaman rumah. Figur lelaki tinggi semampai turun dari motor besar itu, melepas helm yang masih terpasang sempurna di kepalanya.

Tatapannya tak lepas dari mobil yang baru saja bersimpangan dengannya, beralih mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang mungkin bisa ia tanyai keberadaan gadis yang saat ini ia tengah cari.

Ia memutuskan membawa langkah kakinya untuk mendekat kearah pintu utama. Tangannya terangkat, mengetuk pelan daun pintu sebanyak 3 kali.

Tidak menunggu lama, suara kunci pintu terbuka dari dalam rumah terdengar samar di pendengarannya.

Saat pintu mulai terbuka, figur yang dapat ia lihat disana adalah wanita yang sudah berumur dan tengah tersenyum ramah kearahnya.

"Malam. Maaf, Allana nya ada bu?" Tanya Dewangga sopan, sembari menundukan punggungnya.

Lelaki itu Dewangga, ia malam ini datang ke rumah Allana karna ingin mengembalikan buku catatan Allana yang terbawa di dalam tas nya, ketika sepulang sekolah tadi.

"Non Allana—nya ada di dalam. Tapi sepertinya tidak bisa di temui. Tapi coba bibi panggilkan dulu." Ujar Bi Asih panjang lebar, menjelaskan.

Dewangga mengangguk, "iya Bi. Bilang aja, dicari Dewangga." Ungkap Dewangga mengenalkan dirinya sendiri.

"Den Dewangga masuk dulu, tunggu non Allana—nya di dalam aja." Suruh Bi Asih sedikit memundurkan posisinya kebelakang, memberi jalan untuk lelaki itu masuk.

Dewangga menurut. Mengikuti langkah kaki Bi Asih untuk lebih masuk ke dalam rumah besar itu.

Semakin dalam, langkah Dewangga memelan, menatap ruangan di depannya yang sudah dalam keadaan berantakan. Bahkan, bisa saja jika melewati lantai ruangan itu tanpa alas kaki dan tidak berhati-hati, kemungkinan besar kakinya akan terkena pecahan kaca yang masih berserakan di atas lantai.

Bi Asih yang tengah tersadar belum membersihkan ruangan di di depannya, menoleh ke belakang ke arah dimana Dewangga berada.

Sedetik kemudia ia berbalik, melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Menaiki satu-persatu anak tangga menuju kamar Allana berada.

Saat Bi Asih membuka pintu kamar anak majikannya itu, menatap kesekeliling ruangan itu. Tapi tetap saja, tidak ada Allana di dalam sana.

Kembali menutup pintu itu dan berjalan cepat kembali menuruni puluhan anak tangga dengan langkah tergesa-gesa.

Dewangga yang masih berdiri terdiam dengan menatap sebuah foto keluarga yang sudha hancur, pandangannya teralihkan. Menatap Bi Asih yang sedang terlihat cemas.

"Kenapa Bi, Allana udah tidur?" Tanya Dewangga, dan di balas gelengan oleh Bi Asih.

"Non Allana ndak ada di kamarnya den," terang Bi Asih yang masih menatap kesekeliling sudut ruangan.

"Kira-kira Allana ada di mana bi?" Tanya Dewangga ikut cemas.

"Biasanya kalau habis melihat orang tuanya berantem, non Allana cuma diam di kamar. Tapi hari ini mungkin dia udah tidak bisa menahan lagi, akhirnya keluar."

SECRET ADMIRERWhere stories live. Discover now