Renggang

375 13 0
                                    

'Aku menyembunyikannya dan menahannya sendirian, bukan berarti aku merasa sok kuat! Hanya saja aku tidak mau menjadi belas kasihan semua orang.'

-Danniela Allana-

***

Keesokan harinya, di kantin SMA Darmawangsa ramai seperti biasanya.

Saat ini jam pertama semua siswa di free kan karena ada rapat guru, itu sebabnya kantin saat ini walaupun masih pagi sudah ramai murid yang tengah berkumpul disana.

Sekedar membeli makanan ringan atau makanan berat.

Sedangkan dipojok kantin, lebih tepatnya di meja Arsen dan ketiga temannya terdengar suara tawa nyaring mereka.

Diantara semuanya, tawa Elang dan Varo lah yang paling menonjol. Secara dari mereka ber—empat, hanya mereka berdua lah yang paling heboh.

"Nihh!" Dewangga melempar sebatang coklat kearah Arsen.

Hampir setiap hari Arsen mendapat entah itu minuman, makanan atau bunga yang selalu tersedia di meja Arsen atau kadang di loker miliknya. Mereka semua sudah hafal, tetapi belum ada yang tahu siapa pengirimnya.

"Makan aja! Gabutuh gue," tolak Arsen mentah-mentah, melemparkan kembali coklat itu ke tengah-tengah meja.

Ia sesekali melirik Allana di sebrang mejanya, gadis itu tengah sedang santai memakan makanan ringan.

Sejak semalam pikiran Arsen terpenuhi oleh gadis yang masih menyandang status sebagai kekasihnya itu, memikirkan tentang pesan yang dikirim Habian—temannya.

Dalam pesan yang lelaki itu kirim, Habian menegaskan kepada Arsen tentang taruhan diantara keduanya.

Arsen bingung harus bagaimana, ia melihat Allana yang sepertinya sudah menyukainya. Bahkan hubungan keduanya sudah semakin dekat.

"Gua makan dahh, daripada mubazir!" Ucap Varo, meraih coklat yang awalnya tergelatak ditengah meja.

"Arsen udah ngga butuh coklat, dia sekarang udah tobat jadi buaya. Nohh liat aja!" Suruh Elang, menunjuk kearah Arsen dengan dagunya.

"Lagi mantau ibu negara, yang lagi asik makan!" Imbuhnya, dengan alis yang sengaja ia naik turunkan.

"Cihhh, bener kata orang. Buaya darat kalau udah menemukan pawang yang tepat, bakal bucin abis!" Ucap Varo bermonolog, dengan tangan yang ia angkat keatas seolah sedang menggambarkan sesuatu diudara.

Setelahnya menatap kedua temannya—Dewangga dan Elang, sedangkan keduanya hanya memandang malas Varo.

"Ckk, jomblo lumutan ga seru lo pada!" Decak Varo memandang keduanya malas.

"Lo aja masih jomblo anjing, pake ngatain! Ngaca sana!" Kesal Elang, menyahut.

"Belum punya duit gue buat beli materai," sahutnya. Membuat keduanya menatap Varo, keheranan.

"Lo mau langsung nikah? Segala pake materai," ujar Elang.

"Pake surat perjanjian diatas materai, biar terverifikasi."

"Anjing!"

"Selagi nggak ngrugiin ternak warga, biarin aja!" Pasrah Elang.

Dewangga beralih memandang lelaki didepannya. Kemudan dia berbalik, menoleh mengikuti arah pandang Arsen.

Ternyata Allana, Arsen sedari tadi diam mematung dengan tatapan lurus meluruh ke gadis itu.

Apa sebenarnya yang sejak tadi temannya itu pikirkan. Candaan yang dibuat Varo dan Elang, bahkan Gelaan tawa kedua curut itu tidak dapat menyadarkan Arsen dari lamunannya.

SECRET ADMIRERWhere stories live. Discover now