005. Kedatang Mertua

2.4K 118 4
                                    

Halo gays, TMSI sudah update. Jangan lupa Vote ya! Hargai author yang menulis dengan susah payah

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

005. Kedatangan Mertua

Luna dan Dewa sekarang sedang berada di ruang tamu, setelah menyelesaikan sarapan bersama mereka memilih duduk di ruang tamu sambil menunggu kedatangan Mama Dewa.

Luna sedari dari tadi hanya diam, ia masih kesal dengan sikap Dewa tadi pagi. Walaupun, mereka sudah menikah tapi kan Luna masih belum siap dengan semuanya.

Hampir lima belas mereka menunggu di ruang tamu, suara deruman mobil terdengar dari arah luar. Luna dan Dewa berdiri dari tempat duduknya dan melangkahkan kakinya ke arah pintu masuk rumah, bisa di lihat ada seorang wanita setengah paruh baya turun dari mobil.

Dewa menghampiri wanita tersebut dan ia langsung menyalami tangan wanita tersebut.

"Selamat datang Ma, Papa ga ikut Ma?" tanya Dewa setelah ia menyalam tangan wanita tersebut.

"Papa kamu lagi sibuk dengan kerjaan nya, gimana keadaan kamu?" tanya wanita itu.

"Keadaan aku baik-baik saja Ma," jawab Dewa.

Wanita itu melirik ke arah samping Dewa, ia menatap Luna dengan tatapan tidak suka.

"Assalamualaikum Mama, gimana keadaan Mama?" tanya Luna sambil menjulurkan tangannya yang hendak menyalam tangan wanita itu.

Tetapi tangan wanita itu hanya diam, dan Luna yang tangannya di respon menurunkan kembali tangannya.

"Tidak kamu lihat keadaan saya gimana? Padahal tadi saya sudah jawab bahwa saya baik-baik saja," jawab wanita itu dengan ketus.

"Ayok masuk Ma," ajak Dewa.

Mereka bertiga masuk ke dalam rumah, Dewa mengajak Mamanya ke meja makan.

"Mama udah makan?" tanya Luna.

"Dewa mungkin Mama akan agak lama di sini, tidak apa-apa kan?" tanya wanita itu.

Luna yang merasa di abaikan pertanyaannya merasa sakit hati, tapi dia tidak akan menyerah begitu saja.

"Boleh Ma, ga ada yang ngelarang Mama lama-lama di sini," jawab Dewa.

"Oh iya Ma, Luna tadi masak ayam kecap manis buat Mama, Luna siapkan ya," sela Luna dan melenggang pergi dari sana.

"Kenapa istri kamu Dewa?" tanya Tari - Mama Dewa.

"Ga kenapa-kenapa Ma, beberapa hari ini dia emang sangat berubah," ucap Dewa sambil menatap ke arah Luna yang sibuk membereskan makanan yang hendak di hidangkan.

"Apakah dia sedang melakukan rencana? Tidak mungkin dia berubah secepat itu," ucap Tari lagi.

Tari Alexia Bimantara seorang wanita setengah paruh baya, Tari adalah Mama dari Dewa. Ia mempunyai sifat yang humble serta humoris dengan orang-orang sekitarnya, walaupun wajah ia terlihat judes tetapi hatinya begitu lembut. Dia dengan Luna tidak akrab di karenakan sifat Luna yang sombong dan angkuh, di lubuk hatinya ia sebenarnya sayang dengan menantunya.

"Mungkin saja dia emang udah berubah, kita jangan berpikir jelek Ma, positif thinking aja."

Setelah menyesuaikan perkataan itu, Luna datang dengan membawa sebuah nampan berisikan makanan, ia juga di bantu oleh Rena menyusun makanan di meja makan. Setelah beres ia menarik kursi yang ada di samping Dewa, dan ia menduduki nya.

"Lama tidak bertemu dengan mu Rena," sapa Tari.

"Ah... selamat siang nyonya, maaf tidak menyambut kedatangan nyonya," jawab Rena.

"Tidak apa-apa Rena, saya tahu kamu sibuk pastinya."

"Makasih atas pengertiannya nyonya, kalau begitu saya permisi kebelakang lagi nyonya," pamit Rena.

Tari mengambil nasi serta lauk yang ada di depannya, ia memasukkan sesuap nasi serta laut ke dalam mulutnya. Luna yang melihat itu merasa deg-degan, karena ia takut rasa masakkan nya tidak enak.

"Enak sekali ayam ini." batin Tari

"Gimana Ma? Enak kan?" celetuk Luna ketika melihat ekspresi wajah mertuanya yang sepertinya menyukai masakkan nya.

"Biasa aja," jawab Tari dengan singkat.

Luna yang mendengar itu terkekeh geli, ia tahu bahwa mertua nya ingin mengatakan enak.

"Kata tidak enak. Tapi, makannya lahap banget," batin Luna sambil tersenyum.

Dewa yang melihat Mamanya makan dengan lahap, menggelengkan kepalanya. "Dasar Mama, kata tadi enggak enak, tapi lahap juga makannya."

Beberapa menit kemudian, akhirnya Tari selesai makan, ia berpamitan untuk ke kamar.

"Mama ke kamar dulu, kamar Mama masih sama kan?" tanya Tari.

"Masih Ma, mari Luna antarkan," ajak Luna.

"Saya tidak bertanya dengan kamu, dan saya tidak perlu di antarkan," jawab Tari dengan ketus.

Lagi-lagi Luna hanya bisa menghela nafas nya, Tari yang melihat itu hanya melenggang pergi dari sana. Kepergian Tari, membuat tangisan Luna jatuh begitu saja, Dewa yang melihat itu lantas menghampirinya Luna dan langsung memeluknya.

"Kamu yang sabar, pasti Mama bakalan tidak begitu sama kamu," ucap Dewa sambil mengelus punggung Luna.

"Makasih Mas, aku bakalan berusaha untuk mengambil hati Mama kamu," ucap Luna dengan semangat.

Halo gimana dengan part ini?
Jangan lupa Vote ya!!
Terimakasih sudah meluangkan waktunya untuk mampir.
See you the next chapter

Transmigrasi Menjadi Seorang Istri [ On Going]Where stories live. Discover now