017. Dasar wanita penggoda

1K 70 4
                                    

Halo gays! TMSI update lebih awal, jangan lupa vote gays terimakasih.

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

017. Dasar wanita penggoda

SIAL. Hari ini pekerjaan di kantor begitu banyak! Dewa sedikit kewalahan dengan beberapa pekerjaannya. Ia frustasi. Ia berulang kali mengacak beberapa berkas di mejanya. Kini, ruangan yang hanya memiliki ukuran 6 x 4 itu sepi. Hanya terisi satu manusia saja.

Ruangan yang didominasi dengan warna abu-putih itu terlihat klasik dan menawan. Beberapa barang ditata sempurna di tempat yang telah di sediakan. Pria yang sejak tadi bergelut dengan pikirannya kini masih berada di kursi kerjanya dengan pandangan terus mengarah pada layar laptop.

Di sampingnya terdapat banyak berkas tertumpuk-tumpuk. Entah kenapa tugasnya hari ini begitu banyak. Belum lagi ia harus ada meeting dengan beberapa Klein luar negeri. Membosankan!

Arghh!

Dewa meraung. Ia mengacak rambutnya frustasi. Sesaat, ia melirik berkas di samping kanan-kirinya. Kemudian, ia menggeser semua barang yang ada di meja hingga terlempar mengenaskan ke segala arah. Sial. Pria itu tengah dilanda emosi berlebihan kali ini.

Sesaat, ponsel di saku kemejanya menyala, menampilkan satu pesan di sana. Dewa meraih benda itu, sesaat senyuman tipis tercetak di wajahnya. Seakan yang tadinya dilanda badai, kini mulai datang pelangi.

Istriku:
Semangat kerjanya, Pak Suami! Si bayi dan mamanya nunggu papanya kembali ke rumah. Kata si bayi, semangat, Papa!

Dewa terus memandangi pesan itu selama beberapa saat. Istrinya itu seakan mengetahui isi pikirannya saat ini. Apa memang benar? Pikiran suami dan istri saling tersambung satu sama lain?

“Gemes banget, sih, istriku,” gumam Dewa, sembari mengirim balasan untuk sang istri.

Dewa
Terima kasih, Sayang. Saya akan bekerja lebih semangat hari ini. Jaga kesehatanmu dan anak kita. Bilang ke si bocil, papanya akan segera balik.

Enter. Selepas mengetik beberapa kata itu, Dewa langsung mengirimkannya pada Luna, istrinya.

Dewa meletakkan ponselnya ke atas meja. Lantas beranjak, meraih beberapa berkas yang tadinya ia hamburkan dan meletakkan ke tempat seperti semula. Tanpa sadar, pintu ruangan terbuka, berderit. Pria itu lantas melirik ke ambang pintu.

Sesaat ia terdiam. Wanita masa lalunya kembali di hadapannya. Wanita itu berjalan mendekat ke arahnya dengan langkah anggun bin arogan.

“Kenapa kamu bisa datang kemari, Kirana? Apa maumu?” tanya Dewa dengan nada dingin.

Pria itu kembali berjalan ke kursi kerjanya. Jemarinya bertautan, ditempatkan di dagu. Dengan tatapan tajam menghunus wanita di hadapannya.

“Apa mauku?” Wanita itu kembali mengulang ucapan Dewa. Dia berjalan mendekati Dewa, berdiri di sebelahnya.

“Tak harus ku jawab pasti kamu tahu apa mauku, kan, Priaku.” Kirana, wanita itu kini duduk di paha Dewa. Jemari lentiknya menjamah area sensitif Dewa, kemudian berjalan ke bibir pria itu.

Transmigrasi Menjadi Seorang Istri [ On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang