Bab 19 Menyabotase

423 20 0
                                    

Halo gays! TMSI update, jangan lupa vote!

Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

019. Menyabotase

Sedangkan di tempat lain, tepatnya di sebuah restoran. Ada dua orang manusia yang sedang membicarakan sesuatu, terlihat dari tatapan yang serius.

"Gimana setuju kan dengan rencana aku?" tanya sesosok perempuan di depannya.

"Kalau ketahuan gimana?" tanya lelaki yang ada di depan sesosok perempuan itu.

"Tenang aja ga bakalan ketahuan, aku bakalan suruh asisten aku untuk mematikan cctv ketika kamu ngelakuin itu," ucap perempuan itu.

"Baiklah, tapi sesuai dengan janji awal kan?" tanya lelaki itu.

"Iya Gilang, kamu tenang aja. Selain kamu mendapatkan uang dari aku, kamu juga bisa mendapatkan Luna," tukas perempuan itu.

"Oke, kalau kamu bohongi aku, aku bakalan bawa ini ke ranah hukum," imbuh Gilang.

"Aku ga bakalan bohongi kamu, yaudah aku pamit duluan. Aku mau datangi pesta, di mana Luna dan Dewa berada," pamit Kirana.

Tanpa menunggu jawaban dari Gilang, Kirana langsung pergi dari restoran tersebut.

"Maafin aku Luna, aku harus ngelakuin ini buat kamu. Andai kamu tidak melupakan ku, aku tidak akan mencelakai mu," batin Gilang sambil mengepalkan tangannya.

*****
Mobil Dewa baru saja memasuki parkiran di mana tempat kolega bisnisnya menggelar acara.

Setelah memarkirkan mobilnya, Dewa langsung turun dari mobil. Ia memutari mobilnya dan membuka pintu samping pengemudi.

Dengan balutan sebuah dress berwarna merah, Luna sangat nampak cantik sekali. Ia menyambut uluran tangan Dewa yang mempersilahkan dirinya untuk keluar dari mobil.

"Kamu sangat cantik sekali Luna," puji Dewa sambil menatap sang istri.

"Kamu bisa aja mas, kamu juga ganteng," balas Luna sambil mengedipkan matanya sebelah.

Dewa yang melihat istrinya genit, menahan untuk senyum. Ia harus menjaga image, tanpa lama-lama ia menggandeng tangan Luna untuk masuk ke dalam.

Sorotan lampu flash dari wartawan membuat Luna merasa silau, ia pun langsung menundukkan kepalanya.

"Angkat kepala mu sayang," bisik Dewa di telinga istrinya.

"Aku tidak terbiasa dengan kilauan flash kamera wartawan mas," jawab Luna dengan pelan.

Dewa yang mendengar itu, langsung menatap tajam para wartawan, dan wartawan yang di tatap begitu langsung tidak berani memfoto dirinya.

Banyak pasang mata yang melihat Luna, Luna yang merasa di lihatin langsung mengeratkan genggaman tangannya kepada Dewa.

Sesosok pasangan yang sudah tua menghampiri mereka berdua.

"Wah saya tidak menyangka Pak Dewa bakalan datang," ucap pria itu sambil mengulurkan tangannya.

"Tidak mungkin saya tidak datang Pak Dermo," jawab Dewa sambil menerima uluran tangan pria tersebut.

Wanita yang ada di samping pria itu juga ikut menjabat tangan Dewa, sekarang padangan mereka jatuh kepada Luna.

"Wah... siapa gadis cantik yang ada di sebelah bapak?" tanya Dermo sambil melirik Luna.

"Ahh.. ini istri saya Pak Dermo," jawab Dewa sambil menatap Luna yang merasa takut.

"Sayang ayok kenalkan diri kamu kepada pemilik acara ini," bisik Dewa.

Dengan tatapan yang sedikit takut, Luna menatap lelaki paruh baya itu.

"Malam tuan, perkenalkan saya Luna istri mas Dewa," ujar Luna sambil tersenyum.

"Lihat lah Pa, senyumannya sangat manis sekali, beruntung Pak Dewa mendapatkan istri seperti dia," sela wanita itu.

Luna yang dengar itu merasa tersipu malu, ia melirik Dewa yang hanya memasang wajah datarnya.

"Kami permisi dulu Pak Dewa, silahkan dinikmati hidangannya."

"Terimakasih pak Dermo atas tawarannya."

Sepasang paruh baya itu, melangkahkan kakinya meninggalkan tempat dimana Luna dan Dewa berada.

Di ujung ruangan, ada sepasang mata yang tidak terima dengan kemesraan Dewa dan Luna, ia mengepalkan tangannya dan tersenyum sinis.

"Lihat aja, sebentar lagi, kalian akan hancur." batin seseorang itu.

***
Dengan dibaluti baju serba hitam dan penutup wajah, rupa Gilang sangat tidak di kenali oleh orang-orang.

Ia berjalan santai ke sebuah mobil, sesampainya di mobil itu, ia langsung menelpon seseorang untuk mematikan cctv.

"Matikan sekarang cctv nya," ucap Gilang sambil menekan earphone yang ada di telinganya.

"Baik tuan," jawab orang yang ada di sebrang sana.

Beberapa menit kemudian, akhirnya ia menjalankan aksinya. Ia masuk ke dalam kolong mobil, dan mengotak-atik bagian bawah mobil. Ia mengeluarkan sebuah tang untuk memutuskan sebuah kabel, akhirnya ia berhasil memutuskan kabel tersebut. Setelah itu ia keluar dari kolong mobil, dan menelpon orang tadi untuk menghidupkan kembali cctv-nya.

Aman dengan semuanya, ia pun melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu sambil tersenyum tipis.

"Sebentar lagi, kebahagian kalian akan berakhir dan aku akan menjadi pahlawan agar Luna mau kembali kepada ku." batin lelaki itu.

*****
Jam sudah hampir menunjukkan pukul 12 malam. Luna yang sudah mengantuk langsung mengajak Dewa untuk pulang, akhir-akhir ini ia sering banget merasa ngantuk, mungkin karena ia sedang hamil.

"Mas, ayok pulang. Aku dah ngantuk dan dede bayi juga sepertinya udah lelah," ajak Luna.

"Ayok sayang, tapi kita pamit dulu ke pembuat acara," jawab Dewa dan langsung menarik tangan Luna untuk mencari rekan bisnis yang mengundang dirinya.

"Pak Dermo, saya sama istri saya izin pamit pulang," ucap Dewa.

"Kenapa cepat sekali pak? Tidak mau minum-minum dulu?" tawar Pak Dermo.

"Terimakasih atas tawarannya, tapi istri saya sudah ngantuk. Jadi saya tidak mau istri saya bakalan marah kalau tidak menuruti ucapannya," tolak Dewa dengan halus.

"Oh begitu ya pak, saya sangat berterimakasih untuk pak Dewa karena sudah mau meluangkan waktunya untuk acara saya," ucap pak Dermo dan mengulurkan tangannya.

"Ya sama-sama pak," jawab Dewa dan menerima uluran tangan pak Dermo.

Setelah berpamitan, Dewa dan Luna langsung keluar dari tempat itu. Berjalan ke arah mobil yang ia parkir dan masuk ke dalam mobil untuk meninggalkan tempat tersebut.

Jangan lupa vote gays!

Transmigrasi Menjadi Seorang Istri [ On Going]Where stories live. Discover now