Bab 18 Hasrat dan sebuah pengungkapan

741 45 4
                                    

Halo gays, TMSI double update. Jangan lupa untuk vote!
Kalau hanya ingin menjatuhkan tidak usah membaca cerita saya!

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

018. Hasrat dan sebuah pengungkapan

Perilaku Dewa sekarang sudah seperti monster yang hendak menerkam mangsanya. Ia lebih agresif dan sedikit ganas, hingga pulang dari kantor lebih cepat.

Datang ke rumah tanpa di sambut oleh siapa pun. Mamanya pergi entah ke mana. Sedangkan Luna? Wanita itu sudah terlelap ke alam mimpi entah sejak kapan.

Dewa menaiki anak tangga dengan langkah gontai. Ia membuka kamarnya, matanya langsung menyorot tubuh istrinya yang tergeletak di atas ranjang dengan pakaian seksi. Tubuh Dewa semakin panas. Hasrat sex nya membludak. Entah apa yang telah terjadi pada dirinya. Ia tak tahu menahu. Tubuhnya mendadak panas dan hasratnya memuncak selepas minum satu gelas air putih sewaktu di ruang kerjanya.

“Sayang... ahh....” Dewa berjalan ke ranjang, lantas membanting tubuhnya ke sana.

Luna yang tadinya terlelap lantas terbangun. Ia melihat ke arah kasur. Suaminya tergeletak di bawahnya.

“Mas Dewa, kenapa kamu—“

Belum sempet mengucap sepatah kata, tetapi dengan cepat Dewa bangun dari posisinya, ia lantas terbaring di atas tubuh istrinya, mengunci kedua tangan istrinya.

“Mas Dewa, kamu ... kenapa?” Luna sedikit takut dengan perilaku suaminya sekarang.

Pria itu tersenyum seksi, menatap wajah istrinya, lalu meletakkan telunjuknya sendiri ke bibir sendirinya.

“Ssshhh, diamlah dulu. Kamu sangat cantik. Kamu siapa? Begitu cantik.”

Luna tersentak dengan pertanyaan Dewa. Ia tak tahu apa yang telah terjadi pada suaminya. “Mas Dewa? Kamu kenapa? Kamu mabuk?” Luma mencium area tubuh suaminya, tak ada bau alkohol di sana. “Mas Dewa ini aku Luna, istrimu.”

“Ah, ya, benar. Kamu istri saya. Aku... membutuhkanmu sekarang, Baby.” Setalah mengucapkan semua kata itu, Dewa langsung membungkam bibir Luna dengan ciuman kasarnya.

“Mas Dewa... mmhhh!” Sekuat apa pun Luna meraih pundak suaminya untuk melepaskannya, tetap saja tangan pria itu tak membuatnya bergerak.

“Mas Dewa... berhenti...,” lirih Luna, bibirnya sudah bengkak akibat ciuman ganas suaminya.

Dewa tak menggubris. Ia menyobek kasar semua kain yang ada di tubuh istrinya dengan kasar. Hasrat sex nya memang sudah tak terkendali. Selepas merobek semua kain yang ada pada tubuh istrinya, ia kemudian menyobek paksa semua kain yang ada di tubuhnya.

Dada bidangnya sudah kelihatan dengan campuran keringat yang sudah membasahi setiap jengkal tubuhnya. Celana yang tadinya menutupi area sensitifnya kini telah terlepas. Kini keduanya telah telanjang di atas ranjang.

“Kamu istriku yang begitu cantik, Sayang. Saya merindukan permainanmu. Mari kita bermain lagi seperti malam panas waktu itu.”

Setelah mengatakan itu, Dewa langsung menyatukan diri dengan tubuh istrinya dengan kasar. Membuat Luna memekik dan mengeluarkan cairan embun dari kelopak matanya. Perih.

Hubungan badan itu dilakukan dengan panas pada siang hari. Dewa melakukannya dengan kasar. Setelah melakukan hubungan sex selama hampir 3 jam, Dewa menyudahinya. Pria itu terbaring di sebelah istrinya yang tubuhnya sudah penuh dengan bercak ciuman dan noda merah.

“Maafkan saya, Luna, karena sudah bermain kasar. Terima kasih atas pelayananmu.” Dewa mencium kening istrinya, lantas memejamkan mata.

••••••

Sialan! Dewa lupa dengan acara kolega bisnisnya. Bodoh! Ia lupa dengan acara bisnis koleganya sendiri, malam ini! Ia baru bangun pukul 7 malam. Sedangkan acara kolega bisnis dimulai pukul 8 malam. Sial!

Pria itu sejak tadi asyik mencari pakaiannya yang akan ia kenakan. Belum lagi ada drama, istrinya tidak berjalan akibat ulahnya. Mau tidak mau ia harus menggendongnya.

“Gimana, Mas? Udah?” tanya Luna yang sudah siap untuk menghadiri acara kolega bisnis.

“Sudah, Sayang. Ayo jalan.” Dewa menggandeng tangan istrinya. Wanita itu berjalan terseok-seok menuju mobil.

“Ayo, Sayang. Masuk.” Dewa membukakan pintu samping kemudi untuk istrinya.

Luna mengangguk dan masuk ke mobil. Setelah sudah siap duduk di kursi sebelah kemudi, Dewa menutup pintu. Lantas berlari ke sisi kemudi.

“Udah pakai sabuk pengamannya?”

“Udah.”

“Oke kalau gitu.” Dewa menyalakan mesin mobil dan melajukannya ke tempat acara kolega bisnis berada.

Selama di perjalanan, Luna sedari dari tadi merasa gugup. Dewa yang melihat Luna menautkan jari-jari tangannya, merasa heran.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Dewa.

"Emm... aku mau berbicara sesuatu sama kamu," jawab Luna dengan pelan.

"Sesuatu apa sayang?" tanya Dewa heran.

"Kalau aku bilang aku bukan Luna istri kamu gimana?" lirih Luna tetapi masih di dengar oleh Dewa.

Cit!!!

Dewa seketika mengerem mobilnya mendadak, sampai membuat Luna kepalanya hampir terhantuk dashboard mobil.

"Maksud kamu apa Luna?" tanya Dewa dengan menatap Luna dengan tatapan dalam.

"Aku bukan Luna mas, sebenarnya aku tidak mau jujur sama kamu. Tapi aku takut kalau kamu tau sendiri dan kamu membenci ku," jelas Luna sambil menunduk, jujur ia takut kalau Dewa bakalan marah kepadanya.

Dewa yang mendengar itu menghela nafasnya, ia juga sedari dari awal sudah sedikit curiga dengan perubahan drastis istrinya.

"Siapa pun kamu, saya tidak mempermasalahkannya. Sekarang kamu istri saya, lembaran yang kamu buat udah membuat saya jatuh kepada mu Luna," tutur Dewa sambil menggenggam tangan Luna.

"Kamu serius? Kamu tidak akan meninggalkan aku?" tanya Luna sambil menatap mata Dewa untuk mencari kebohongan.

"Saya tidak akan meninggalkanmu, kamu milikku. Walaupun kamu bukan Luna yang asli, tapi kamu yang selama ini membuat saya merasa di cintai, jadi kamu ga usah khawatir sayang, sekarang kita udah mau mempunyai buah hati," jelas Dewa sambil membawa tubuh Luna ke pelukannya.

"Makasih mas Dewa, Luna sayang sama mas Dewa," ucap Luna di tengkuk leher Dewa sambil membalas pelukan Dewa.

Jangan lupa vote ya!

See you the next chapter

Transmigrasi Menjadi Seorang Istri [ On Going]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें