012. Hamil?

1.7K 69 2
                                    

Halo gays! TMSI update, jangan lupa tinggalkan jejak. Vote and komen gays!

Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

012. Hamil?

Beberapa Minggu kemudian, Luna merasa aneh dengan tubuhnya, akhir-akhir ini ia sering banget kelelahan dan mual.

Baru saja ia melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi, lagi-lagi ia harus masuk ke dalam kamar mandi karena ingin muntah.

Cairan putih itu keluar dari mulutnya, Dewa yang melihat istrinya muntah langsung segera mengusap tengkuk leher Luna.

Huek... huek... huek

Ntah udah beberapa kalinya ia memuntahkan cairan putih bening, setelah memastikan ia tidak akan muntah lagi ia langsung membasuh wajahnya serta berkumur-kumur.

Badannya lemas, tidak mempunyai tenaga untuk berjalan. Dewa langsung sigap mengangkat tubuh Luna dan membaringkan tubuhnya di atas kasur, ia juga menyodorkan sebuah minyak kayu putih kepada Luna.

"Kita periksa ke dokter ya sayang?" ajak Dewa.

"Tapi kamu kerja mas, aku tidak apa-apa," jawab Luna dengan suara pelan.

"Aku bakalan hubungi asisten aku untuk ngehandel perusahaan, aku tidak mau kamu terus-terusan begini," ucap Dewa dengan tegas.

"Tapi... aku beneran---"

Sebelum Luna menyelesaikan ucapannya, Dewa terlebih dahulu memotong. "Gada tapi-tapian, aku bukan meminta tapi memerintah!"

Luna yang mendengar itu mengangguk, ia takut dengan suara Dewa yang sudah agak berubah.

"Good girl," ucap Dewa sambil mengusap pucuk kepala istrinya.

Ia mengangkat kembali tubuh Luna, dan membawanya keluar kamar. Sesampainya di bawah ia tidak sengaja bertemu Mamanya.

"Luna kenapa Dewa?" tanya Tari dengan panik.

"Dewa ga tahu Ma, mulai kemarin Luna selalu muntah dan Dewa takut terjadi sesuatu dengan Luna," jawab Dewa.

"Jadi kamu mau bawa Luna ke rumah sakit? Mama ikut ya?"

"Yaudah Ma, ayok."

Mereka pun langsung masuk kedalam mobil, dan mobil yang di tumpangi mereka berjalan meninggalkan rumah. Hampir sekitar lima belas menit, akhirnya mereka sampai di rumah sakit.

Dewa langsung berteriak memanggil suster dan suster langsung siap siap menyiapkan brangkar. Di taruh nya tubuh Luna di brangkar tersebut, setelah itu di dorong ke arah ruangan UGD (Unit Gawat Darurat) sesampainya di UGD tiba-tiba suster tersebut langsung memberhentikan gerakan Dewa.

"Maaf pak, anda di larang masuk ke dalam," ucap suster tersebut.

"Saya mau masuk lihat istri saya sus! Jadi jangan menghalangi saya!" jawab Dewa dengan tegas.

"Tapi pak, walaupun begitu bapak tetap tidak di bolehkan masuk."

"Tapi saya mau masuk!" Kekeh Dewa.

Tari yang melihat menantunya udah sangat lemas dan melihat Dewa yang adu mulut sama suster merasa sangat pusing.

"Sudah lah Dewa! Taati saja aturan rumah sakit, kamu ga kasian sama istri kamu!" teriak Tari dengan menatap kesal ke arah Dewa.

"Sudah sus, dorong aja ke dalam jangan hiraukan anak saya," perintah Tari dan langsung di lakukan sama suster tersebut.

Setelah pintu ruangan tersebut tertutup, Dewa tidak hentinya mondar mandir. Tiba-tiba suara nada dering panggilan dari ponselnya membuatnya berhenti, ia melihat nama yang menelponnya dan tertera nama Lucas.

"Halo Pak, kok bapak belum datang? Meeting sebentar lagi akan di mulai," ucap Lucas dari sebrang sana.

"Saya hari ini tidak masuk kantor, Lucas. Batalkan meeting nya ataupun kamu yang gantiin saya," jawab Dewa.

"Kenapa mendadak sekali Pak?" tanya Lucas dengan heran.

"Karena istri saya lagi sakit, tolong urus perusahaan beberapa hari ke depan," perintah Dewa dan langsung memutuskan panggilannya tanpa menunggu jawaban dari orang yang di sana.

Selang beberapa menit, keluarlah seorang dokter dari ruangan itu dan Dewa langsung menghampiri dokter itu.

"Dengan keluarga pasien?" tanya dokter itu.

"Ya dok, saya suaminya. Gimana keadaan istri saya dok? Istri saya tidak kenapa-kenapa kan dok?" tanya Dewa beruntun.

"Selamat pak, istrinya bapak lagi hamil," ucap dokter tersebut.

Deg... deg... deg...

Bagaikan di samber petir, Dewa seketika terpaku dengan ucapan yang keluar dari orang yang ada di depannya ini, perutnya menggelitik seperti ada kupu-kupu.

"Dewa... Mama ga salah dengarkan? Berarti Mama akan segera punya cucu," tanya Tari dengan girang, ia sangat-sangat terharu bahwa doanya di kabulkan oleh tuhan yang maha esa.

"Dok, dokter tidak bercanda kan?" tanya Dewa yang tersadar dengan lamunannya, ia malah tidak menanggapi omongan Mamanya.

"Bapak bisa USG, ataupun konsul ke dokter spesialis kandungan, untuk memastikan apakah saya berbohong atau tidak," jawab dokter itu.

"Saya percaya dok, dan apakah saya bisa menemui istri saya sekarang?" tanya Dewa lagi.

"Nanti bapak bisa menemui istri bapak setelah di pindahkan ke ruang inap."

Setelah mengucapkan kata itu, dokter tersebut langsung berpamitan untuk menjalankan tugasnya. Setelah, kepergian dokter itu lagi-lagi Dewa masih tidak menyangka bahwa secepat itu ia akan di panggil Papa.

"Dewa, Mama akan kabari Papa kamu agar segera ke sini."

"Iya Ma, Mama tunggu Luna keluar dari ruangan ini ya, Dewa mau membayar admitrasi."

Jangan lupa vote ya gays!
Vote kalian buat aku makin semangat!!
See you the next chapter

Transmigrasi Menjadi Seorang Istri [ On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang