021. Penangkapan pelaku

571 24 0
                                    

Halo, gays!! TMSI udah update. Jangan lupa untuk ninggalin jejak. Vote and komen!!

Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

021. Penangkapan pelaku

Para pihak polisi, sudah bergerak untuk menatap pelaku yang menyabotase mobil Dewa dan sampai membuat mobil Dewa kecelakaan.

Ada sekitar dua mobil polisi, dan beberapa motor beriringan mengejar sebuah mobil sport yang di kemudikan oleh seorang pemuda.

DORR!!!

Suara tembakan di lepas untuk memperingati sih pelaku untuk berhenti, tetapi sih pelaku makin membawa mobilnya dengan kecepatan penuh.

Di dalam mobil, seorang pemuda dari tadi mengumpat. Ia tidak menyangka bahwa polisi sudah bergerak untuk menangkapnya, ia tidak menyangka bahwa bukti-bukti yang dia percayakan sama wanita itu tidak sepenuhnya di hilangkan.

"SIALAN! Bodoh kau Gilang, kenapa percaya sama wanita gila itu!" umpat Gilang sambil mencengkram erat stir mobilnya.

"Gua harus bisa kabur dari kejaran polisi, gua ga mau ketangkep," desis nya.

Ia semakin menekan gas mobilnya dan sesekali melihat ke arah kaca spion untuk memastikan jarak mobil polisi dengan mobilnya cukup jauh.

Mobilnya ga terkendali, ia tidak sadar bahwa di depan sana akan ada tikungan yang curam, dan ketika mobilnya memasuki tikungan itu dengan kecepatan penuh, tiba-tiba mobilnya hilang kendali.

Brak!!

Mobil yang di tumpangi nya terjun bebas ke jurang yang ada di samping jalan itu.

Mobil itu berguling-guling ke arah jurang, para polisi yang melihat itu langsung memberhentikan mobilnya.

Dan mobil itu berhenti di dalam jurang, mobilnya hancur tak tersisa.

Polisi langsung memanggil tim basarnas untuk mengevakuasi korban.

••••

Sudah beberapa hari, Tari selalu menemani Luna di dalam ruang inapnya.

"Sayang, kamu ga mau bangun?" ucap Tari.

"Kamu ga kangen Mama?"

Tak hentinya, wanita paruh baya itu selalu mengajak bicara tubuh Luna yang terpendam di atas brangkar.

Sudah 2 hari terhitung tubuh Luna di rawat di ruangan ini. Tatapan lelah, sangat nampak di mata Tari.

Ketika ia menggenggam tangan Luna, tiba-tiba jemari lentik Luna bergerak secara perlahan, diikuti oleh matanya yang terbuka. Matanya berkedip untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya, ketika sudah sesuai ia dapat melihat mertuanya menggenggam tangannya.

"Mama...," lirih Luna.

Wanita itu langsung tersentak mendengar suara lirih milik Luna, ia langsung mengangkat kepalanya untuk melihat.

"Sayang, alhamdulillah kamu sudah sadar, bentar Mama panggilkan dokter," jawab Tari.

Ia langsung memijit tombol yang ada di dinding, tombol tersebut langsung menghubungkan ruang asisten dokter.

"Janin aku mana Ma?" tanya Luna masih dengan suara yang lirih.

"Kamu jangan nanyain itu dulu, kamu fokus sama kesehatan kamu dulu."

Tak lama datanglah seorang dokter dan seorang perawat, dokter tersebut langsung memeriksa keadaan Luna.

Sedangkan si perawat mengecek infus Luna, memastikan tidak ada yang bahaya.

"Gimana keadaan menantu saya, Dok?" tanya Tari.

"Alhamdulillah, semuanya sudah stabil Bu," jawab dokter itu.

"Kalau begitu saya pamit, kalau ada sesuatu panggil saya saja. Permisi," pamit dokter itu.

"Baik Dok. Terimakasih," jawabnya.

Dokter itu langsung pergi dari ruangan Luna diikuti oleh perawat yang datang bersamanya.

"Aku haus," lirih Luna.

Tari langsung segera mengambil botol yang sudah ia taruh pipet dan menyodorkannya ke arah Luna. Luna langsung menyedot air putih itu, sampai habis setengah botol. Ia benar-benar haus, dan setelah meminum akhirnya haus itu hilang.

"Maaf, Mama ga bisa selamatin janin kamu."

Deg....

Luna langsung mengusap perutnya yang sudah rata, ia rasanya tidak berguna menjadi seorang ibu.

"Maafin Mama sayang, Mama tidak bisa jaga kamu," ucapnya dengan penuh kesedihan.

"Mama bodoh, Mama jahat."

"Kamu ga bodoh Luna! Itu udah takdir yang di kasih sama Allah."

"Tapi Luna tetap bodoh, Ma! Luna ga bisa jaga janin Luna."

"Mama tau, kalau Luna sangat menantikan kehadiran nya begitu juga mas Dewa."

"Mama tau sayang, Mama juga terpukul atas kematian janin kamu, tapi itu semua udah kehendak Allah, kita tidak bisa membantahnya."

"Kalau kalian udah pulih, kalian pergilah jalan-jalan ke luar negri."

"Mas Dewa dimana Ma?"

"Mas Dewa ada ruangan sebelah kamu, kamu mau lihat?"

"Iya aku mau lihat keadaan mas Dewa."

Tari langsung mengambil kursi roda dan membawanya ke arah Luna. Ia membantu Luna untuk naik ke kursi roda dengan perlahan, sesekali Luna meringis di area bawah perutnya.

"Udah nyaman?" tanya Tari sambil mencantolkan infus Luna di besi kursi roda itu.

"Udah Ma."

Tari langsung mendorong kursi roda itu keluar dari ruangan itu, dan ia mendorong kursi roda itu ke kamar yang ada di samping kamar inap milik Luna.

Jangan lupa Vote!!
See you gays!!

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 02 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Transmigrasi Menjadi Seorang Istri [ On Going]Where stories live. Discover now